Eka Pangestu (21), mahasiswi sebuah perguruan tinggi swasta di Kota Malang, berkunjung ke Taman Alun-alun, Sabtu (5/3) lalu. Dia datang bersama teman kuliahnya. Mereka we-fie. "Bagus soalnya," kata Eka.
Hal serupa dilakukan pengunjung lain. Mereka bergiliran mengabadikan diri di dekat air mancur.
"Kita buat durasi waktu, jadi tidak selama seharian penuh menyala," terang Kepala Dinas DKP Erik Setyo Santoso.
Foto: M Aminudin/detikcom |
Alun-alun Malang dibuka untuk umum pada Juni 2015. Sejak itu, pengunjung tak berhenti datang. Mereka terlihat antusias. Wajar, karena sebelumnya, kawasan ini dulu tidak taman biasa dengan fasilitas minim.
Dulu, lokasi itu dijejali PKL. Kini bersih. Tak heran, orang enggan nongkrong lama. Namun kini sudah berubah. Banyak tambahan fasilitas di dalamnya. Ada fasilitas untuk bermain anak, tempat duduk baru, dan yang paling menarik adalah air mancur.
Wali Kota Malang Moch Anton sengaja mendatangkan air mancur spesial. Diimpor khusus dari China dengan harga Rp 800 juta sampai Rp 1,2 miliar.
"Sejak awal, memang dipilih yang bisa menari sesuai irama musik," tuturnya.
Dana penataan Alun-alun bukan berasal dari APBD, melainkan perusahaan swasta. Karena itu, dana publik tidak terlalu tersedot. Anton mengaku akan melanjutkan penataan ruang publik. (ugik/trw)