Academia.eduAcademia.edu
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut Sampul Tata Letak Editor : Tim penulis : Tim penulis : Henky Irawan, S.Pi., M.P., M.Sc Diterbitkan pertama kali oleh UMRAH PRESS Alamat penerbit: Gedung Rektorat Kampus Universitas Maritim Raja Ali Haji, Lantai III, Jalan Dompak, Tanjungpinang, Provinsi Kepri 29111. Telp: 0771-7001550 Fax: 0771-7038999. Email: umrahpress@gmail.com / umrahpress@umrah.ac.id Hak Cipta © dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit. Cetakan Pertama: Januari 2023 Huruf Ukuran : Cambria : 11 Tim Penulis Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut Tanjungpinang: Universitas Maritim Raja Ali Haji. 2023 v + 79 Hal, 14,8 x 21 cm ISBN : 978-623-5818-87-0 Perpustakaan Nasional RI: Data Katalog Dalam Terbitan (KDT) Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut i PENULIS Tim Penulis : Rachmad Nor, S.Pi Dimas Syahputra, S.Pi Tri Yulianto, S.Pi., M.PSDA Henky Irawan, S.Pi., M.P., M.Sc Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut ii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan Rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan buku yang berjudul “Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut”. Penulis menyadari dalam penyusunan buku ini tidak akan terlepas dari bimbingan, dukungan dan bantuan dari semua pihak sehingga terselesaikannya buku ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kedua orang tua yang selalu memberikan doa, semangat, motivasi, serta nasehatnasehat dengan penuh keiklahsan, kesabaran serta kasih sayang yang tiada tara, serta semua pihak yang turut terlibat dan memberi dukungan dalam penelitian-penelitian ini sehingga diharapkan kehadiran buku ini dapat menjadi inspirasi untuk memajukan ilmu pengetahuan. Akhirnya penulis berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya. Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dari buku ini, maka kritik dan saran sangat penulis harapkan. Semoga Allah SWT selalu menyertai langkah-langkah kita. Tanjungpinang, Januari 2023 Penulis Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut iii DAFTAR ISI PENULIS..................................................................................... ii KATA PENGANTAR ............................................................... iii DAFTAR ISI .............................................................................. iv BAB I ........................................................................................... 1 Tinjauan Pustaka ................................................................... 1 A. Biologi Ikan Badut ................................................................ 1 B. Morfologi Ikan Badut .......................................................... 1 C. Klasifikasi Ikan Badut Premnas biaculeatus............... 4 D. Klasifikasi Ikan Badut Amphiprion percula ............... 5 E. Habitat Ikan Badut ............................................................... 6 F. Labu Kuning Curcubita moschata .................................. 7 G. Wortel Daucus carota L...................................................... 8 H. Ubi Jalar Ungu Ipomea batatas L .................................... 9 BAB III. ..................................................................................... 12 Persiapan dan Pengamatan ............................................. 12 A. Rancangan Percobaan ..................................................... 12 B. Alat dan Bahan ................................................................... 13 C. Prosedur ................................................................................. 14 1. Persiapan Wadah dan Media Pemeliharaan ........... 15 2. Persiapan Pakan Uji.......................................................... 16 3. Persiapan Kotak Foto....................................................... 20 4. Pemeliharaan Ikan Badut ............................................... 23 5. Pengelolaan kualitas air.................................................. 24 Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut iv 6. Pengambilan Data ............................................................. 24 A. Parameter Penelitian ....................................................... 25 1. Pengukuran Warna Ikan Badut ................................... 25 2. Pertumbuhan Bobot Mutlak.......................................... 28 3. Pertumbuhan Panjang Mutlak ..................................... 28 4. Tingkat Kelangsungan Hidup ....................................... 29 5. Pengukuran Kualitas Air................................................. 29 BAB IV ...................................................................................... 31 A. Hasil ........................................................................................ 31 8. Data Kualitas Air ................................................................ 59 B. Pembahasan ........................................................................ 60 BAB V........................................................................................ 70 DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 71 RIWAYAT HIDUP PENULIS ................................................ 76 Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut v BAB I Tinjauan Pustaka A. Biologi Ikan Badut Ikan badut pada umumnya memiliki tiga kombinasi garis dibagian kepala, badan kemudian pangkal ekor, serta umumnya memiliki warna oranye cerah atau merah cerah pada tubuhnya. Memiliki postur tubuh yang mungil ikan ini memiliki gerakan yang lincah serta tidak agresif terhadap ikan lainnya (Arjanggi, 2013). Ikan badut juga masuk kedalam famili Pomacentridae dan memiliki 2 genus yaitu Premnas dan amphiprion. Memiliki sirip dorsal yang unik dengan sisik yang relatif besar. Pola warna pada ikan ini sering dijadikan dasar dalam proses identifikasi mereka, disamping bentuk bentuk tubuh, kepala dan gigi. Variasi warna dapat terjadi pada spesies yang sama, khususnya berkenaan dengan lokasi sebarannya. Ukuran maksimalnya bisa mencapai 10 – 18 cm. Ikan badut terlahir dalam keadaan jantan dan yang akan berubah kelamin menjadi betina (hemaprodit). Ikan badut betina merupakan ikan yang terbesar ukuran badannya dari kelompoknya atau pasangannya. B. Morfologi Ikan Badut Ikan badut amphipirioninae termasuk dalam famili pomacentridae. Famili ini berukuran kecil, gerakannya lincah, Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 1 cantik, dan berwarna terang. Bentuk badannya pipih, panjang dan sedikit bulat. Ikan jenis ini mempunyai bentuk mulut tipe terminal yang berukuran kecil. Sisiknya stenoid dan berukuran besar. operkulum dan pipinya mempunyai kulit yang bersisik. Gurat sisi memanjang sampai kebelakang dasar sirip punggung dan dapat berlanjut sampai ke dasar ekor. Pre-operkulumnya bergerigi dengan tepi sirip ekor berlekuk. Spesies Premnas biaculeatus mempunyai nama umum yang dikenal dengan ikan balong padang atau ikan klon merah marun. Ikan ini mempunyai tubuh yang dapat mencapai ukuran 17 cm dan badannya memiliki warna merah tua termasuk siripnya. Badannya juga terdapat tiga belang melintang yang cukup lebar berwarna kecokelatan dengan pinggiran putih. Pada bagian kepala, belang ini mulai dari atas melewati operkulum sampai kebawah, sedangkan pada pertengahan badan dimulai dari akhir dasar sirip punggung berjari-jari keras sampai kebawah dipermulaan dasar sirip dubur. Belang tersebut juga melewati pangkal ekor mulai dari penghabisan dasar sirip punggung yang berjari-jari lemah sampai akhir dasar sirip dubur. Tulang di muka dan dibawah mata masing-masing berduri panjang dan mengarah kebelakang bentuk sirip ekornya bundar (Poernomo Achmad, 2003). Ciri khas yang paling menarik di ikan badut adalah badannya yang dihiasi dengan warna-warna yang cerah sesuai dengan tempat hidupnya, yaitu anemon laut. Ikan badut Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 2 Premnas biaculeatus biak yang terdapat di BPBL Batam cenderung memiliki warna merah dan hitam yang pudar tidak seperti dihabitat asli ikan badut ini. Menurut Mahariesti (2009) tubuh ikan badut Premnas biaculeatus betina, memiliki warna merah gelap atau marun dan ukurannya lebih besar dibanding jantan, namun ikan badut jantan memiliki warna merah terang. Ikan Badut Amphipirion percula tergolong family pomacentridae. Ikan ini berukuran kecil, memiliki warna terang dan gerak yang lincah, bentuk badan yang bulat. Ikan jenis ini memiliki. Badannya bulat, panjang, dan pipih. Ikan jenis ini mempunyai mulut tipe terminal berukuran kecil. Sisik ukuran besar dan stenoid. Pipi dan operkulumnya bersisik. Gurat sisi memanjang sampai ke belakang dasar sirip punggung dan dapat berlanjut sampai ke dekat dasar ekor. Preoperkulumnya bergerigi dengan tepi sirip ekor berlekuk. Ikan dalam nemon ini mempunyai satu sirip punggung yang terdiri dari 9 – 14 jari-jari keras, 11-18 jari – jari lemah, serta sirip dubur yang terdiri dari 2-3 jari (Poernomo et al., 2003). Spesies Amphiprion percula memiliki tubuh yang mencapai ukuran 11 cm. Badan yang berwarna dasar orange dengan tiga belang di bagian kepala, badan, dan pangkal ekor. Jari – jari keras sirip punggungnya tidak sama panjang. Bentuk sirip ekornya bundar (Kordi, 2011). Ciri khas yang menarik diikan badut Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 3 adalah badan yang dihiasi warna yang cerah sesuai dengan tempat hidupnya, yaitu nemone laut (Fautin, D. G. et al., 2007). C. Klasifikasi Ikan Badut Premnas biaculeatus Gambar 1. Ikan badut Premnas biaculeatus (Dokumentasi pribadi, 2022) Klasifikasi ikan badut Premnas biaculeatus adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actynopterygii Ordo : Perciformes Filum : Pomancentridae Genus : Premnas Spesies : Premnas biaculeatus Sumber : Fishbase.se/Summary/6632 Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 4 D. Klasifikasi Ikan Badut Amphiprion percula Klasifikasi ikan Badut Amphiprion percula (Fishbase.se/summary/9209, 2022) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Actinoptergii Ordo : Perciformis Family : Pomacentridae Genus : Amphiprion Spesies : Amphiprion percula Gambar 2. Ikan Nemo Amphiprion percula Sumber. Foto Pribadi, 2022 Terdapat beberapa jenis ikan Badut, jenis-jenis Ikan Nemo : 1. Ikan Badut Amphiprion chagosensis 2. Ikan Badut Amphiprion polymnus 3. Ikan Badut Amphiprion sebae 4. Ikan Badut Amphiprion ocellaris 5. Ikan Badut Amphiprion percula Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 5 6. Ikan Badut Premnas biaculeatus Menurut Allen et al., (2003) ikan Badut Amphiprion percula bewarna merah jingga dan tiga garis putih, garis tengah tampak menonjol ke depan, serta jumlah tepi hitam pada garis dan sirip bervariasi. E. Habitat Ikan Badut Habitat ikan badut adalah terumbu karang di perairan dangkal hingga pada kedalaman 2 m. ikan badut biasa hidup berdampingan dengan anemon laut. Ikan badut mendapat keuntungan dari anemon karena mendapat tempat berlindung dari musuh-musuhnya tentakel anemon memiliki sel jalatang yang dapat menyengat ikan lain, tetapi tidak dapat menyengat ikan badut. Sebaliknya anemon mendapat keuntungan, karena ikan badut selalu bergerak diantara tentakel dan membawa oksigen bagi anemon dan ikan badut juga memakan produk sisa yang dihasilkan oleh anemon (Kordi, 2011). Ikan Badut hidup bersimbiosis bersama anemon laut. Anemon laut memberikan tempat tinggal bagi ikan badut dan juga ikan badut membantu mengusir ikan kupu-kupu butterfly fish yang mencoba memakan tentakel anemon. Namun, berdasarkan penelitian terbaru memperlihatkan bahwa ikan badut mengeluarkan zat/sisa pencernaan yang digunakan oleh anemon laut sebagai nutrisi penting dan sebagai gantinya, ikan badut bisa bersarang diantara tentakel anemon yang Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 6 menyengat sebagai perlindungan. Ikan badut juga tetap aktif pada malam hari bergerak dan mengibaskan siripnya. Ikan badut juga hidup pada perairan karang terutama di puncak dan dicelah karang begitu juga dengan spesies lainnya, namun khusus pada Premnas biaculeatus mereka banyak tersebar diperairan Sibolga dan Padang. F. Labu Kuning Curcubita moschata Labu kuning Curcubita moschata merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan komoditas yang lain. Labu kuning merupakan jenis sayuran buah yang memiliki daya simpan tinggi, mempunyai aroma dan cita rasa yang khas. Labu kuning mengandung gizi-gizi lainnya seperti karbohidrat, mineral, protein, dan vitamin. Labu kuning juga banyak mengandung βkaroten, vitamin A, serat, vitamin C, vitamin K, dan Niacin atau vitamin B3. Kandungan mineral pada labu kuning yaitu kalium, zat besi, fosfor, dan magnesium. Gambar 3. Labu kuning Curcubita moschata (Dokumentasi pribadi, 2022) Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 7 G. Wortel Daucus carota L Wortel adalah bahan pangan yang memiliki harga murah dan memiliki ketersediaan yang melimpah. Wortel memiliki beberapa kandungan senyawa atau zat yang bermanfaat bagi kesehatan, mulai dari akar/umbinya yang dikenal sebagai wortel, daunnya hingga bijinya. Wortel dapat dibuat menjadi tepung yang akan menjadi bahan penambahan pada pakan dikarenakan wortel mengandung β-karoten yang akan berguna untuk meningkatkan kecerahan warna pada ikan badut. Wortel merupakan salah satu bahan pangan yang sering disebut sumber vitamin A karena tinggi akan kandungan β- karoten. β-karoten adalah pigmen yang memberikan warna oranye kemerahan pada wortel dan merupakan salah satu pewarna alami yang umum digunakan dalam pengolahan pangan. β-karoten merupakan provitamin A sehingga dapat dikonversi menjadi vitamin A. Selain itu β -karoten juga merupakan senyawa antioksidan. (Christy, 2020). Pada tepung wortel mengandung kadar air 6,73%, kadar karbohidrat 13,15%, kadar lemak 1,15%, kadar protein 7,7% dan β- karoten 3,37 mg /100 g. (Rochimiwati, 2011). Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 8 Gambar 4. Wortel Daucus carota L. (Dokumentasi pribadi, 2022) Menurut Cahyono (2002), klasifikasi wortel adalah sebagai berikut : H. Divisi : Spermatophyta Subdevisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Umbelliferales Famili : Umbellifirae/ Apiaceae/ Ammiaceae Genus : Daucus Spesies : Daucus carota L. Ubi Jalar Ungu Ipomea batatas L Ubi jalar ungu adalah ubi yang mempunyai daging berwarna ungu hingga ungu muda (Juanda dan Cahyono, 2000). Ubi biasanya memiliki permukaan rata sampai tidak rata dan bulat sampai lonjong. Bentuk ubi yang ideal adalah lonjong agak panjang dengan berat antara 200 g- 250 g per ubi. Kulit ubi berwarna putih, kuning, ungu atau ungu kemerahManipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 9 merahan tergantung jenis varietasnya. Memiliki kadar serat pangan tinggi yaitu 4,72% per 100 gram. Selain itu, ubi jalar ungu juga mengandung sumber antioksidan yang berasal dari antosianin, vitamin E, vitamin C dan β-karoten. Kandungan antosianin pada ubi jalar ungu yaitu 110-210 mg/100g. Ubi jalar ungu memiliki kandungan β-karoten 1.208 mg dan vitamin C sebesar 10,5 mg (Norhasanah, et al., 2016). Kandungan gizi pada ubi memiliki hubungan pada warna daging terutama kandungan β-karoten. Ubi jalar ungu mengandung β-karoten yang paling tinggi jika dibandingkan dengan ubi jalar oren atau kuning serta ubi jalar putih yaitu 9900 μg (32,967 SI) β-karoten per 100 g, dan 260 μg β-karoten untuk ubi jalar putih, serta 2900 μg β-karoten untuk ubi jalar kuning. (Aini, 2004). Kadar β-karoten dalam bentuk tepung berdasarkan pengolaan dry basis (db), adalah 440,31 μg/100 g. Gambar 5. Ubi jalar ungu Ipomea batatas L (Dokumentasi pribadi, 2022) Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 10 Ubi Jalar mempunyai klasifikasi sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Convolvulales Famili : Convolvulaceae Genus : Ipomoea Spesies : Ipomoea batatas (L.) Lamb. Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 11 BAB III. Persiapan dan Pengamatan A. Rancangan Percobaan Pengamatan kecerahan warna pada ikan badut ini dilakukan dengan Metode Eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penggunaan dosis sebesar 15% mengacu pada penelitian Sartikawati et al, (2020). Aspek yang diteliti adalah penambahan tepung labu kuning, wortel dan ubi jalar ungu dengan dosis yang sama pada pakan pelet komersial, melalui 4 perlakuan dan 5 kali ulangan sehingga diperoleh 20 unit percobaan. Penempatan setiap unit percobaan dilakukan secara acak. 1 Kontrol K : Pelet 100 g (tanpa penambahan tepung dan perekat) 2 Perlakuan : Penambahan tepung labu kuning 15 g + 5 g A perekat + 80 g pelet. 3 Perlakuan : Penambahan tepung wortel 15 g + 5 g B perekat + 80 g pelet. 4 Perlakuan : Penambahan tepung ubi jalar ungu 15 g + 5 C g perekat + 80 g pelet Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 12 Rancangan penelitian disajikan pada Tabel 3 sebagai berikut : Tabel 1. Perlakuan dan Pengkodean Perlakuan : Pelet 100 g (Tanpa penambahan tepung) Perlakuan A : Penambahan tepung labu kuning 15 g + 5 g perekat + 80 g pelet. Perlakuan B : Penambahan tepung wortel 15 g + 5 g perekat + 80 g pelet. Perlakuan C : Penambahan tepung ubi jalar ungu 15 g + 5 g perekat + 80 g pelet Kontrol B. Ulangan K1 K2 K3 K4 K5 A1 A2 A3 A4 A5 B1 B2 B3 B4 B5 C1 C2 C3 C4 C5 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam pengamatan ini, disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut : Tabel 2. Nama dan fungsi alat yang digunakan dalam penelitian No. Nama Alat Jumlah Satuan 1. Fungsi/Kegunaan Media pemeliharaan Wadah pemeliharaan Sebagai ruang foto ikan Mencampur bahan pakan Menyedot kotoran/feses Sebagai sumber oksigen Bak 1 Buah 2. Wadah keranjang bulat 20 Buah 3. Kotak foto 1 Unit 4. Molen mini 1 Buah 5. Selang sifon 1 Buah 6. Aerator 1 Buah 7. Kamera Iphone XS MAX 1 Buah Media foto ikan 8. Timbangan emas 1 Buah Mengukur ikan berat Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 13 No. Nama Alat Jumlah Satuan 9. Penggaris 1 Buah 10. pH meter 1 Buah 11. DO meter 1 Buah 12. 13. 14. 1 1 1 Buah Buah Buah 1 Unit 16. Thermometer Refraktometer Laptop Adobe Photoshop CS4 Seser 1 Buah 17. Baskom 1 Buah 18. Botol semprot 1 Buah 15. Fungsi/Kegunaan Mengukur panjang ikan Mengukur pH air Mengukur kadar oksigen terlarut Mengukur suhu air Mengukur salinitas Media Ukur RGB Mengukur nilai indeks RGB Menyerok ikan Wadah ikan sementara Menyemprot perekat cair Bahan yang digunakan disajikan pada Tabel 3 sebagai berikut : Tabel 3. Nama dan fungsi bahan yang digunakan dalam penelitian No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Nama Bahan Ikan badut Pelet Otohime Tepung labu kuning Tepung wortel Tepung ubi jalar ungu Perekat Jumlah 20 80 15 Satuan ekor g g Fungsi/Kegunaan Hewan uji Pakan ikan Bahan uji 15 15 g g Bahan uji Bahan uji 5 g Bahan uji C. Prosedur Prosedur yang dilakukan terdiri dari: persiapan wadah dan media pemeliharaan, persiapan pakan uji, persiapan kotak Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 14 foto, pemeliharaan ikan, pengelolaan kualitas air dan pengambilan data. 1. Persiapan Wadah dan Media Pemeliharaan Media pemeliharaan yang digunakan adalah bak dengan ukuran panjang 2 m, lebar 1,1 m, tinggi 0,7 m. Bak pemeliharaan diisi dengan wadah keranjang berdiameter 20 cm dan tinggi 10 cm, dengan volume air 3,1 liter. Menurut Sari, (2014) padat tebar pembesaran benih yang berukuran >2,5 cm adalah 2-3 ekor/liter. Wadah keranjang untuk pemeliharaan ikan badut didesain agar mengapung di permukaan air pada media bak, masing-masing wadah keranjang ini berfungsi sebagai pemisah antar perlakuan dan ulangan agar peneliti dapat mengamati ikan yang diuji selama pengamatan berlangsung. Permukaan lingkaran pada wadah keranjang yang akan didesain mengapung dapat diikatkan dengan gabus yang telah dipotong berukuran panjang 5 cm dan lebar 5 cm. Gabus yang diikatkan pada permukaan wadah diikat mengelilingi permukaan wadah keranjang, agar wadah keranjang seimbang sehingga tidak terjadi kemiringan pada wadah yang menyebabkan ikan keluar dari wadah keranjang. Metode penelitian rancangan acak lengkap (RAL) 4 perlakuan 5 kali ulangan, maka jumlah wadah keranjang berjumlah 20 unit. Setiap wadah keranjang dibuat label perlakuan dan ulangan menggunakan alas plastik berwarna putih yang diberi tulisan kode masing-masing perlakuan menggunakan spidol Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 15 berwarna hitam. Pada bak pemeliharaan diberi aerator untuk suplai oksigen yang baik pada proses pemeliharaan. Ikan badut yang diuji berukuran ± 3 cm dengan padat tebar 1 ekor/wadah keranjang. 2. Persiapan Pakan Uji a. Persiapan Tepung Uji Pembuatan pakan dilakukan secara bertahap. Adapun yang dilakukan pertama adalah mempersiapkan buah labu kuning, buah wortel dan ubi jalar ungu. Proses pembuatan tepung yakni dengan mencuci buah yang didapat dengan bersih, lalu setelah itu kupas kulitnya dan dilakukan pemarutan dengan cara memarut tipis tipis dengan ketebalan ± 1 mm kemudian setelah masing masing buah sudah diparut, selanjutnya yang dilakukan adalah dengan mengeringanginkan. Hingga kadar air berkurang, dan setelah kering, maka buah tersebut dihaluskan menggunakan blender yang bertujuan untuk mendapatkan tekstur yang halus sampai kemudian menjadi tepung. Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 16 Gambar 6. Pemarutan dan pengeringan buah (Dokumentasi Pribadi, 2022) b. Coating Pakan Pada persiapan pakan ikan yang digunakan berupa pelet ikan. K (Kontrol) tanpa penambahan tepung, A (tepung labu kuning 15%) B (tepung wortel 15%), C (tepung ubi jalar ungu 15%). dengan berat bersih pakan berjumlah 100 gram dan tepung buah masing-masing perlakuan berjumlah 15 gram. Pelet yang digunakan adalah pelet Otohime yang diproduksi dari Negara Jepang. Pelet Otohime mempunyai ukuran pelet C1 atau 900 mikron. Pelet ini mengandung protein sebesar 55%, lipid 9%, serat 1,9%, dan kadar air 8%. Alat dan bahan yang harus dipersiapkan adalah pelet, tepung buah, perekat, aquades, timbangan digital, dan molen mini manual. adapun pembuatannya dilakukan secara bertahap dengan menimbang bahanbahan yang telah dipersiapkan yaitu pelet seberat 80 g, tepung buah 15 g, perekat 5 g dan aquades seberat 125 ml. langkah menggunakan utama air yaitu aquades melarutkan yang perekat dihangatkan. Selanjutnya perekat di masukkan kedalam botol semprot, kemudian masukkan pelet kedalam molen mini manual dan semprot pelet tersebut menggunakan larutan perekat, dan diaduk dengan cara memutar Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 17 molen mini manual hingga permukaan pelet basah secara merata, langkah selanjutnya adalah masukkan tepung buah yang telah disiapkan ke dalam molen mini manual kemudian putar lagi molen hingga tepung menempel di pelet yang telah disemprot larutan perekat. Langkah terakhir ketika pakan keseluruhan telah tercampur maka selanjutnya adalah pakan dikeringanginkan. Setelah kering bobot pakan harus sesuai dosis penelitian yaitu memiliki bobot akhir 100 g pakan. Gambar 7. Penyemprotan perekat ke pakan (Dokumentasi Pribadi, 2022) c. Biaya Pembuatan Pakan Dalam proses pembuatan pakan perlu melihat perhitungan pembiayaan dalam pembuatan pakan, mulai dari harga bahan-bahan mentahnya hingga menjadi tepung serta merincikan bahan tersebut hingga dicampur menjadi 100 g pakan utuh. Adapun Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 18 perhitungan biaya pembuatan pakan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui informasi mengenai berapa biaya yang dibutuhkan untuk membuat 100 g pakan dari harga bahan-bahan yang dibutuhkan. Mulai dari pakan kontrol, perlakuan A (Tepung labu kuning), perlakuan B (Wortel) dan perlakuan C (Tepung ubi jalar ungu). Adapun rincian biaya pembuatan pakan akan disajikan pada tabel dibawah sebagai berikut. Tabel 4. Harga bahan pakan keseluruhan No 1 2 3 4 5 Bahan Jumlah/ berat Labu Kuning 10 Wortel 12 Ubi Jalar 4 Ungu Perekat 1 Pelet 1 Otohime C1 Satuan Harga/kg Total Harga kg kg kg Rp. 7.000 Rp. 17.000 Rp. 10.000 Rp. 70.000 Rp. 204.000 Rp. 40.000 kg kg Rp. 17.000 Rp. 200.000 Rp. 17.000 Rp. 200.000 Total Keseluruhan Rp. 531.000 Tabel 5. Biaya pembuatan pakan kontrol tanpa menggunakan tepung No 1 Keterangan Jumlah Bahan Bahan (g) Pelet Otohime C1 80 Harga per kg Biaya Rp. 200.000 Rp. 16.000 Total Rp. 16.000 Tabel 6. Biaya pembuatan pakan A menggunakan tepung labu kuning No 1 Keterangan Bahan Pelet Otohime C1 Jumlah Bahan (g) 80 Harga per kg 200.000 Biaya 16.000 Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 19 2 Tepung Labu Kuning 15 70.000 1.050 3 Perekat 5 17.000 85 Total 17.135 Tabel 7. Biaya pembuatan pakan B menggunakan tepung wortel No 1 Keterangan Bahan Pelet Otohime C1 Jumlah Bahan (g) 80 Harga per kg 200.000 16.000 2 Tepung Wortel 15 170.000 2.550 3 Perekat 5 17.000 85 Total Biaya 18.635 Tabel 8. Biaya pembuatan pakan C menggunakan tepung ubi jalar ungu No 1 Keterangan Bahan Pelet Otohime C1 Jumlah Bahan (g) 80 Harga per kg 200.000 Biaya 16.000 2 Tepung Ubi Jalar Ungu 15 40.000 600 3 Perekat 5 17.000 85 Total 3. 16.685 Persiapan Kotak Foto Persiapan kotak foto dilakukan dengan membuatnya terlebih dahulu menggunakan bahan dasar kardus yang dilapisi dengan material flexi atau spanduk berwarna putih, kemudian dipotong membentuk pola persegi sehingga membentuk kotak lalu studio tersebut dirancang berbentuk mini dengan ukuran, dan bisa dilipat bertujuan agar lebih praktis dan mudah dibawa dan diaplikasikan dimana saja. Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 20 Selanjutnya memberikan kotak foto dengan lampu LED strip 3 mata 220 Volt. Gambar 8. Lampu LED strip 3 mata dan kotak foto (Dokumentasi Pribadi, 2022) Lampu LED dirangkai di dalam kotak foto yang telah disiapkan,tepatnya dibagaian dalam langit-langit kotak foto, agar cahaya dari lampu LED menyorot keseluruh ruangan kotak foto. Melakukan pemotretan sebelumnya sangat penting untuk melihat apakah ruangan didalam kotak foto tersebut sudah mendapatkan cahaya yang optimal. Pengukuran intensitas cahaya sangat penting untuk dilakukan agar dapat menjadi tolak ukur, berapa besaran intensitas cahaya yang terdapat di dalam kotak foto tersebut. Cahaya lampu membuat ruangan didalam kotak foto menjadi terang dan objek tubuh ikan badut yang akan dipotret akan terlihat jelas. Mengukur intensitas cahaya lampu LED yang terdapat pada kotak foto diukur menggunakan lux meter, dan setelah dilakukan pengukuran, intensitas cahaya yang terdapat didalam kotak Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 21 foto mini ini memiliki nilai intensitas cahaya sebesar 1043 lux. Pengukuran intensitas cahaya pada kotak foto dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Pengukuran intensitas cahaya menggunakan lux meter (Dokumentasi Pribadi, 2022) Pemotretan ikan badut dilakukan menggunakan kamera ponsel bermerek Iphone XS MAX yang mempunyai spesifikasi sebagai berikut: Tabel 9. Spesifikasi kamera belakang Iphone XS MAX No Spesifikasi 1 Kamera ganda telefoto dan wide‑angle 12 MP 2 Wide‑angle: bukaan ƒ/1.8 3 Telefoto: bukaan ƒ/2.4 4 Zoom optik 2x; zoom digital hingga 10x 5 Mode Potret dengan bokeh yang disempurnakan dan Depth Control 6 Pencahayaan Potret dengan 5 efek 7 Penstabilan gambar optik ganda 8 Lensa enam elemen Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 22 9 10 11 12 13 14 15 16 17 4. Flash True Tone Quad‑LED dengan Slow Sync Penutup lensa kristal safir Sensor penerangan sisi belakang Filter IR hibrida Fokus otomatis dengan Focus Pixels Ketuk untuk fokus dengan Focus Pixels Smart HDR untuk foto Pemetaan warna lokal Koreksi mata merah yang disempurnakan Pemeliharaan Ikan Badut Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan badut Premnas biaculeatus, usia 3 bulan, dengan ukuran panjang ± 3 cm, sebanyak 20 ekor, Ikan yang digunakan adalah ikan badut jantan. Bak pemeliharaan yang digunakan sebanyak 1 unit yang dilengkapi dengan aerator untuk suplai oksigen dan bak diisi wadah keranjang sebanyak 20 unit. Padat penebaran benih ikan badut adalah 1 ekor/wadah. Feeding rate (FR) sebesar 5% dari bobot tubuh ikan dan diberikan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore (Ghufran & Kordi, 2011). Pemeliharaan yang terdapat di BPBL Batam mempunyai manajemen pemberian pakan yang terstruktur sesuai dengan kegiatan pembenihan ikan badut yang terdapat disana, yaitu dengan memberikan pakan diberikan setiap tiga kali sehari pada pagi pukul 08.00, siang pukul 12.00 dan sore hari pada pukul 16.00. Pakan yang diberikan adalah pelet komersial dengan merek dagang Otohime ukuran C1 800 mikron, dengan Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 23 campuran tepung buah labu kuning, wortel dan ubi jalar ungu sesuai dosis pada masing-masing perlakuan sebanyak 15%. 5. Pengelolaan kualitas air Selama pemeliharaan berlangsung, pengelolaan kualitas air dilakukan dengan membersihkan wadah keranjang, dan mencuci media bak setiap seminggu sekali atau melakukan pergantian air. Pergantian air ini dilakukan dengan cara menguras kering air yang ada didalam bak, kemudian bak dicuci dengan cara di sikat dan di bersihkan menggunakan kaporit dan sabun detergen. Setelah bak bersih dari lumut dan sisa kotoran, kemudian bak dibilas serta dilakukan pengisisan air laut kembali ke dalam bak. Setelah air terisi dan aerator sudah dipasang pada bak. Kemudian ikan dimasukkan kembali kedalam bak pemeliharaan ini dilakukan setiap satu minggu sekali. Setiap harinya pembersihan sisa pakan atau feses di dasar bak dilakukan menggunakan teknik penyiponan. Penyiponan dilakukan setiap hari agar feses dapat dikeluarkan dari wadah sehingga tidak terjadi penumpukan serta meningkatnya kadar amonia (Kalidupa et al., 2018). 6. Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan dengan cara mengukur parameter-parameter yang diamati selama penelitian. Adapun pengambilan data untuk pengukuran warna ikan badut dilakukan menggunakan kamera ponsel bermerek Iphone XS MAX dan selanjutnya gambar hasil pemotretan ikan uji akan Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 24 diukur menggunakan software Adobe photoshop CS4 untuk dilihat berapa nilai tingkat kecerahan indeks RGB pada warna merah dan putih di badan ikan badut. Kemudian pertumbuhan panjang mutlak menggunakan penggaris, adapun ikan yang diukur mulai dari ujung kepala hingga ujung ekor, lalu untuk mengukur pertumbuhan bobot mutlak dilakukan dengan menggunakan timbangan emas digital ketelitian 0,01 g. Parameter kualitas air diamati menggunakan alat-alat tertentu untuk mengukur kadar kualitas di dalam suatu perairan dalam hal ini air laut, yaitu dengan menggunakan pH meter, DO meter, saltmeter, dan thermometer. A. Parameter Penelitian Parameter penelitian yang diamati selama penelitian terdiri dari ; pengukuran warna ikan badut, pertumbuhan bobot mutlak, pertumbuhan panjang mutlak, tingkat kelangsungan hidup dan analisis kualitas air. 1. Pengukuran Warna Ikan Badut Teknik mengambil gambar pada ikan badut ketika proses pemotretan yaitu ikan badut di serok dari bak pemeliharaan kemudian ikan diletakkan kedalam kotak foto mini yang didalamnya terdapat akuarium kecil yang didesain memiliki latar belakang green screen, sebagai wadah saat akan mengambil gambar ikan, tujuan diberi green screen agar warna putih pada tubuh ikan badut tidak tercampur dengan warna putih pada bahan flexi pada kotak foto. Pemotretan Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 25 dilakukan di kotak foto mini bertujuan agar pencahayaan yang ada didalam kotak foto tersebut stabil dan tidak terpengaruh dari kondisi pencahayaan diluar ruangan. Kotak foto diberi lampu LED warna putih. Kemudian sebelum melakukan pemotretan, hal yang harus diperhatikan adalah jarak antara kamera dan akuarium ± 15 cm agar pada saat pemotretan hasil foto atau gambar ikan uji pada setiap perlakuan dan ulangan seragam atau sama mulai dari awal penelitian hingga akhir penelitian. A B Gambar 10. Skema pemotretan ikan uji menggunakan kamera dan kotak foto (Keterangan : A). Tampak depan, B). Tampak keseluruhan) Langkah utama untuk penggunaan metode ini yaitu siapkan kotak foto dan kamera untuk mengambil gambar ikan uji yang akan diamati, lalu buka aplikasi Adobe photoshop CS4 di laptop, kemudian import gambar ikan yang telah difoto, setelah itu pilih menu Eyedropper Tool, klik di bagian tubuh Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 26 ikan uji yang telah ditentukan pada titik tertentu untuk pengambilan nilai RGB nya, maka setelah di klik akan muncul nilai indeks RGB nya. Gambar 11 yang disajikan terdapat 6 titik pengambilan nilai indeks RGB pada bagian yang diukur meliputi kepala, badan dan ekor pada warna merah dan putih yang terdapat pada tubuh ikan badut, Pengukuran nilai indeks RGB dapat dilihat pada Gambar 11. Kepala Putih Badan putih .. Kepala Merah Badan Merah Ekor putih .. . . Ekor Merah Gambar 11. Pengukuran nilai indeks RGB menggunakan adobe photoshop CS4 (Dokumentasi Pribadi, 2022) Titik tersebut merupakan titik pengambilan nilai RGB pada beberapa bagian tertentu, titik diambil dari persilangan garis horizontal yang terletak tepat ditengah badan ikan badut, yang kemudian titik-titik yang terdapat pada persilangan garis Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 27 horizontal tersebut akan digunakan sebagai point untuk megarahkan kursor eyedropper tool untuk melihat nilai indeks RGB nya, kemudian dilakukan penjumlahan pada nilai indeksnya di setiap ulangan. Pengamatan kecerahan warna yang muncul pada ikan badut ini mengacu pada penelitian (Sigit, 2020) yaitu diukur menggunakan aplikasi Adobe Photoshop CS4. 2. Pertumbuhan Bobot Mutlak Pengukuran pertumbuhan bobot mutlak dilakukan dengan cara menimbang berat ikan badut yang dipelihara. Penimbangan dilakukan setiap seminggu sekali. Perhitungan pertumbuhan bobot mutlak dilakukan dengan menggunakan rumus (Effendi, 1997) sebagai berikut: 𝐖 = 𝐖𝐭 − 𝐖𝟎 Keterangan : W : Pertumbuhan bobot mutlak (g) Wt : Bobot rata-rata ikan uji diakhir penelitian (g) W0 : Bobot rata-rata ikan uji diawal penelitian (g) 3. Pertumbuhan Panjang Mutlak Pengukuran pertumbuhan panjang mutlak dilakukan dengan cara mengukur panjang ikan badut yang dipelihara. Pengukuran dilakukan setiap seminggu sekali. Perhitungan pertumbuhan panjang mutlak dilakukan dengan menggunakan rumus (Effendi, 1997) sebagai berikut: Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 28 𝐋 = 𝐋𝐭 − 𝐋𝟎 Keterangan : L : Pertumbuhan panjang mutlak (cm) Lt : Panjang rata-rata ikan uji diakhir penelitian (cm) L0 : Panjang rata-rata ikan uji diawal penelitian (cm) 4. Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup adalah perbandingan jumlah ikan yang hidup pada akhir dan awal penelitian. Persentasi kelangsungan hidup pada ikan badut dihitung dengan menggunakan rumus Effendie, (1997) sebagai berikut: 𝐒𝐑 = 𝐍𝐭 𝐱 𝟏𝟎𝟎% 𝐍𝐨 Keterangan : SR : Tingkat kelangsungan hidup hewan uji (100%) Nt : Jumlah ikan uji pada akhir penelitian (ekor) No : Jumlah ikan uji pada awal penelitian (ekor) 5. Pengukuran Kualitas Air Parameter kualitas air yang akan diukur meliputi suhu, dissolved oxygen (DO), pH meter, dan salinitas. Alat yang digunakan adalah; thermometer untuk mengukur suhu, pH meter digunakan untuk mengukur pH, DO meter digunakan untuk mengukur DO (Dissolved oxygen), Refraktometer digunakan untuk mengukur salinitas. Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 29 Tabel 10. Persyaratan Kualitas Air Pemeliharaan Ikan Hias Badut No Parameter Standar Mutu Satuan Kualitas Air 1 Suhu 27 – 30 * °C 2 Salinitas 30 – 34 * ppt 3 DO >4,0 * mg/l 4 pH 7 - 8,5 * (*) Berdasarkan baku mutu air laut untuk biota laut. Sumber : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 51 tahun 2004. B. Analisis Data Data perubahan warna ikan badut, pertumbuhan bobot mutlak, pertumbuhan panjang mutlak dan kelangsungan hidup yang didapatkan selama penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Data kualitas air akan disajikan secara deskriptif. Kemudian data akan dilakukan uji normalitas dan homogenitas setelah data penelitian dinyatakan normal dan homogen maka dilakukan Analysis of variance (ANOVA). Apabila data menunjukkan perbedaan nyata (p<0,05) maka dilakukan uji lanjutan tiap perlakuan menggunakan uji post hoc test (Tukey) untuk menentukan perbedaan antar perlakuan. Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 30 BAB IV Hasil dan Pembahasan A. Hasil Perubahan nilai indeks RGB pada warna badan merah dan badan putih, merupakan hasil pengukuran dari minggu awal dan minggu akhir selama pengamatan berlangsung yaitu 28 hari atau selama 4 minggu. Hasil parameter perubahan warna ikan badut selama penelitian sebagai berikut: 1. Perubahan kecerahan warna badan merah ikan badut jenis Premnas biaculeatus pada nilai indeks R, G dan B Perubahan warna merah di badan pada nilai indeks R (Red) diukur dengan cara menghitung jumlah nilai indeks R pada akhir penelitian dikurangi dengan nilai indeks R pada awal penelitian. Perubahan warna merah di badan pada indeks R (Red) disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 12. Perubahan warna merah pada nilai indeks R (Red) K 0,0 -2,0 -4,0 -6,0 -8,0 -10,0 -12,0 -14,0 -16,0 (-8,7±3,5)a A B C (-9,5±2,3)a (-10,5±1,3)a (-14,1±4,1)a Perlakuan Gambar 12. Perubahan warna merah ikan badut pada nilai indeks R (Red) di setiap perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 31 penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Tepung ubi jalar ungu 15%.) Gambar 12. menunjukkan bahwa perubahan warna badan merah pada indeks R (Red) tertinggi terdapat pada perlakuan B (-14,1±4,1) diikuti dengan perlakuan A (10,5±1,3) dan selanjutnya perlakuan C (-9,5±2,3) dan kontrol K (-8,7±3,5). Nilai signifikansi p 0,056 (p >0,05), yang berarti bahwa perubahan warna badan merah pada nilai indeks R (Red) tidak berbeda nyata. Maka dilanjutkan dengan uji homogenitas setelah dilakukan uji Anova didapati hasil data homogen. Dapat dikatakan bahwa pemberian tepung labu kuning, wortel dan ubi jalar ungu, tidak memberikan perbedaan secara nyata atau signifikan terhadap perubahan warna R (Red) pada badan merah ikan badut Premnas biaculeatus. 80,0 70,0 60,0 50,0 61,7 53,0 73,4 62,9 67,7 53,6 72,3 62,7 40,0 R (M0) 30,0 R (M4) 20,0 10,0 0,0 K A B Perlakuan C Gambar 13. Grafik rata-rata nilai awal (M0) dan nilai akhir (M4) indeks R (Red) pada warna merah disetiap perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 32 kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Tepung ubi jalar ungu 15%.) Hasil paired T test perbandingan pada nilai R kondisi awal warna merah dengan nilai R pada kondisi akhir warna merah baik pada kontrol dan disetiap perlakuan tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0,05), namun yang memberikan pengaruh paling tinggi adalah perlakuan B dengan nilai perubahannya -14,1±4,1. Perubahan warna merah di badan pada nilai indeks G (Green) diukur dengan cara menghitung jumlah nilai indeks G pada akhir penelitian dikurangi dengan nilai indeks G pada awal penelitian. Perubahan warna merah di badan pada indeks G (Green) disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 14. Perubahan warna merah pada nilai indeks G (Green) K A B C 0,0 -5,0 -10,0 (‑8,9±2,7)a -15,0 -20,0 (‑9,0±1,6)a (‑14,0±10,3)a (‑16,1±3,8)a Perlakuan Gambar 14. Perubahan warna merah ikan badut pada nilai indeks G (Green) di setiap perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.) Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 33 Gambar 14 menunjukkan perubahan warna badan merah pada nilai indeks G (Green) tertinggi terdapat pada perlakuan B (-16,1±3,8) diikuti dengan perlakuan A (14,0±10,3) dan selanjutnya perlakuan C (-9,0 ±1,6) dan perlakuan K (-8,9±2,7). Hasil uji Anova nilai signifikansi p 0,155 (p>0,05), yang berarti bahwa perubahan warna badan merah pada nilai G (Green) tidak berbeda nyata. Maka dilanjutkan dengan uji homogenitas setelah dilakukan uji homogenitas didapati hasil data tidak homogen. Kemudian dilanjutkan dengan uji Kruskall-Wallis dengan nilai signifikansi p 0,125 Dapat dikatakan bahwa pemberian tepung labu kuning, wortel dan ubi jalar ungu, tidak memberikan perbedaan secara nyata atau signifikan terhadap perubahan warna G (Green) pada badan merah ikan badut Premnas biaculeatus. 70,0 60,0 50,0 40,0 55,3 46,4 60,6 46,6 63,1 47,0 66,4 57,4 G (M0) 30,0 G (M4) 20,0 10,0 0,0 K A B Perlakuan C Gambar 15. Grafik rata-rata nilai awal (M0) dan nilai akhir (M4) indeks G (Green) pada warna merah disetiap perlakuan Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 34 (Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.) Hasil paired T test perbandingan pada nilai G kondisi awal warna merah dengan nilai G pada kondisi akhir warna merah baik pada kontrol dan disetiap perlakuan tidak terdapat perbedaan yang nyata (p >0,05), namun yang memberikan pengaruh paling tinggi adalah perlakuan B dengan nilai perubahannya -16,1±3,8. Perubahan warna merah di badan pada nilai indeks B (Blue) diukur dengan cara menghitung jumlah nilai indeks B pada akhir penelitian dikurangi dengan nilai indeks B pada awal penelitian. Perubahan warna merah di badan pada indeks B (Blue) disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 16. Perubahan warna merah pada nilai indeks B (Blue) K 0,0 -1,0 -2,0 -3,0 -4,0 -5,0 -6,0 -7,0 -8,0 -9,0 -10,0 A (‑2,7±3,5)a B C (‑4,4±6,2)a (‑9,3±5,8)a Perlakuan (‑7,7±4,1)a Gambar 16. Perubahan warna merah ikan badut pada nilai indeks B (Blue) di setiap perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.) Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 35 Gambar 16 menunjukkan bahwa perubahan warna badan merah pada nilai indeks B (Blue) tertinggi terdapat pada perlakuan B (-9,3±5,8) diikuti dengan perlakuan C (-7,7±4,1) dan selanjutnya perlakuan A (-4,4±6,2) dan kontrol K (2,7±3,5). Nilai signifikansi p 0,543 (p >0,05), yang berarti bahwa perubahan warna badan merah pada nilai B (Blue) tidak berbeda nyata. Maka dilanjutkan dengan uji homogenitas setelah dilakukan uji homogenitas didapati hasil data homogen setelah diuji Anova dan dapat dikatakan bahwa pemberian tepung labu kuning, wortel dan ubi jalar ungu, tidak memberikan perbedaan secara nyata atau signifikan terhadap perubahan nilai B (Blue) pada badan merah ikan badut Premnas biaculeatus. 25,0 20,2 20,0 15,0 10,0 5,0 11,1 8,3 13,3 8,9 18,4 10,9 10,7 B C B (M0) B (M4) 0,0 K A Perlakuan Gambar 17. Grafik rata-rata nilai awal (M0) dan nilai akhir (M4) indeks B (Blue) pada warna merah disetiap perlakuan (Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.) Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 36 Hasil paired T test perbandingan pada nilai B kondisi awal warna merah dengan nilai B pada kondisi akhir warna merah baik pada kontrol dan disetiap perlakuan terdapat perbedaan yang nyata (p >0,05), namun yang memberikan pengaruh paling tinggi adalah perlakuan B dengan nilai perubahannya -9,3±5,8. 2. Perubahan kecerahan warna badan putih ikan badut jenis Premnas biaculeatus pada nilai indeks R, G dan B Perubahan warna putih di badan pada nilai indeks R (Red) diukur dengan cara menghitung jumlah nilai indeks R pada akhir penelitian dikurangi dengan nilai indeks R pada awal penelitian. Perubahan warna putih di badan pada indeks R (Red) disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 18. Perubahan warna putih pada nilai indeks R (Red) 30,0 25,0 (28,3±0,8)a 20,0 (23,5±1,2)c (25,1±1,0)a (22,5±1,7)b 15,0 10,0 5,0 0,0 K A B Perlakuan C Gambar 18. Perubahan warna putih ikan badut pada nilai indeks R (Red) di setiap perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.) Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 37 Gambar 18 menunjukkan perubahan warna badan putih pada nilai indeks R tertinggi terdapat pada kontrol K (28,3±0,8) diikuti dengan perlakuan B (25,1±1,0) dan selanjutnya perlakuan A (23,5±1,2) dan perlakuan C (22,5±1,7). Hasil uji Anova nilai signifikansi p <0,001 (p<0,05), yang berarti bahwa perubahan warna badan putih pada nilai indeks R (Red) berbeda nyata. Maka dilanjutkan dengan uji post hoc test tukey, hasil uji lanjut tukey menunjukkan bahwa perlakuan A (labu kuning 15%), tidak berbeda nyata terhadap perlakuan B (wortel 15%), dan perlakuan C (ubi jalar namun berbeda nyata terhadap kontrol K (tanpa penambahan tepung), kemudian perlakuan B (wortel 15%), berbeda nyata terhadap perlakuan C (ubi jalar ungu 15%) serta kontrol K (tanpa penambahan tepung) kemudian perlakuan C (Ubi jalar ungu 15% %) berbeda nyata terhadap perlakuan K (tanpa penambahan tepung). Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 38 180,0 160,0 140,0 120,0 168,1 139,7 163,4 139,9 164,8 139,7 162,9 140,4 100,0 R (M0) 80,0 R (M4) 60,0 40,0 20,0 0,0 K A Perlakuan B C Gambar 19. Grafik rata-rata nilai awal (M0) dan nilai akhir (M4) indeks R (Red) pada warna putih disetiap perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.) Hasil paired T test perbandingan pada nilai R kondisi awal warna putih dengan nilai R pada kondisi akhir warna putih baik pada kontrol dan disetiap perlakuan terdapat perbedaan yang nyata (p <0,05), namun yang memberikan pengaruh paling tinggi adalah kontrol K dengan nilai perubahannya -28,3±0,8. Perubahan warna putih di badan pada nilai indeks G (Green) diukur dengan cara menghitung jumlah nilai indeks G pada akhir penelitian dikurangi dengan nilai indeks G pada awal penelitian. Perubahan warna putih di badan pada indeks G (Green) disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 20. Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 39 Perubahan warna putih pada nilai indeks G (Green) 40,0 35,0 30,0 (34,5±3,1)a (23,2±1,2)a 25,0 20,0 (26,9±2,0)b 15,0 (17,9±2,0)c 10,0 5,0 0,0 K A Perlakuan B C Gambar 20. Perubahan warna putih ikan badut pada nilai indeks G (Green) di setiap perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.) Gambar 20 menunjukkan bahwa perubahan warna badan putih pada nilai indeks G (Green) tertinggi terdapat pada Kontrol K (34,5±3,1) diikuti dengan perlakuan B (26,9±2,0) dan selanjutnya perlakuan A (23,2±1,2) dan perlakuan C (17,9±2,0). Hasil uji Anova nilai signifikansi p <0,001 (p <0,05), yang berarti bahwa perubahan warna badan merah pada nilai R berbeda nyata. Maka dilanjutkan dengan uji post hoc test tukey, hasil uji lanjut tukey menunjukkan bahwa perlakuan A (labu kuning 15%), tidak berbeda nyata terhadap perlakuan B (Wortel 15%), namun perlakuan A (labu kuning 15%) berbeda nyata terhadap perlakuan C (ubi jalar ungu 15%), dan kontrol K (tanpa penambahan tepung), selanjutnya pada perlakuan B (wortel 15%), berbeda nyata terhadap perlakuan C (ubi jalar Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 40 ungu 15%) serta kontrol K (tanpa penambahan tepung) diikuti dengan perlakuan C (Ubi jalar ungu 15%) yang berbeda nyata terhadap perlakuan K (tanpa penambahan tepung). 220,0 210,0 214,7 203,5 200,0 206,5 190,0 180,0 180,2 180,3 K A 179,6 197,8 179,9 G (M0) G (M4) 170,0 160,0 B Perlakuan C Gambar 21. Grafik rata-rata nilai awal (M0) dan nilai akhir (M4) indeks G (Green) pada warna putih disetiap perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.) Hasil paired T test perbandingan pada nilai G kondisi awal warna putih dengan nilai G pada kondisi akhir warna putih baik pada kontrol dan disetiap perlakuan terdapat perbedaan yang nyata (p <0,05), namun yang memberikan pengaruh paling tinggi adalah kontrol K dengan nilai perubahannya -34,5±3,1. Perubahan warna putih di badan pada nilai indeks B (Blue) diukur dengan cara menghitung jumlah nilai indeks B pada akhir penelitian dikurangi dengan nilai indeks B pada Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 41 awal penelitian. Perubahan warna putih di badan pada indeks Perubahan warna putih pada nilai indeks B (Blue) B (Blue) disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 21. 30,0 25,0 (28,5±1,0)a 20,0 b (24,1±1,1)a (25,2±1,3) (20,0±1,7)c 15,0 10,0 5,0 0,0 K A B Perlakuan C Gambar 22. Perubahan warna putih ikan badut pada nilai indeks B (Blue) di setiap perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.) Gambar 22. menunjukkan bahwa perubahan warna badan putih pada nilai indeks B (Blue) tertinggi terdapat pada kontrol K (28,5±1,0) diikuti dengan perlakuan B (25,2±1,3) dan selanjutnya perlakuan A (24,4±1,1) dan perlakuan C (20,0±1,7). Hasil uji Anova nilai signifikansi p <0,001 (p <0,05), yang berarti bahwa perubahan warna badan putih pada nilai indeks B (Blue) berbeda nyata. Maka dilanjutkan dengan uji post hoc test (Tukey), hasil uji lanjut tukey menunjukkan bahwa perlakuan A (labu kuning 15%), tidak berbeda nyata terhadap perlakuan B (wortel 15%), namun berbeda nyata terhadap perlakuan C (ubi jalar ungu 15%) dan kontrol K Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 42 (tanpa penambahan tepung). kemudian perlakuan B (wortel 15%) berbeda nyata terhadap perlakuan C (ubi jalar ungu 15%)dan kontrol K dan selanjutnya perlakuan C (ubi jalar ungu 15%) berbeda nyata terhadap kontrol K (tanpa penambahan tepung). 180,0 160,0 140,0 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 158,0 129,5 154,8 130,4 156,0 130,8 154,1 134,1 B (M0) B (M4) K A B C Perlakuan Gambar 23. Grafik rata-rata nilai awal (M0) dan nilai akhir (M4) indeks B (Blue) pada warna putih disetiap perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.) Hasil T test perbandingan pada nilai B kondisi awal warna putih dengan nilai B pada kondisi akhir warna putih baik pada kontrol dan disetiap perlakuan terdapat perbedaan yang nyata (p <0,05), namun yang memberikan pengaruh paling tinggi adalah kontrol K dengan nilai perubahannya (28,5±1,0). Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 43 3. Perubahan kecerahan warna badan merah ikan badut jenis Amphiprion percula pada nilai indeks R, G dan B Perubahan warna merah di badan pada nilai indeks R (Red) diukur dengan cara menghitung jumlah nilai indeks R pada akhir penelitian dikurangi dengan nilai indeks R pada awal penelitian. Perubahan warna merah di badan pada indeks R (Red) disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 24. Nilai R (Red) badan Merah 25,0 20,0 16.5 ± 1.5 15,0 20.5 ± 1.3 ͣ 17.5 ± 2.8 ᵇ 16.5 ± 1.0 ᵇ 10,0 5,0 0,0 K A B Perlakuan C Gambar 24. Perubahan warna merah ikan badut pada nilai indeks R (Red) di setiap perlakuan (Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Tepung ubi jalar ungu 15%.) Gambar 24. Menunjukan perubahan warna merah pada indeks nilai R (Red) tertinggi terdapat pada perlakuan A (20.5±1.3) diikuti dengan perlakuan B (17.5±2.8) dan selanjutnya perlakuan C (16.5±1.0) dan kontrol K (16.5±1.5). Nilai signifikansi p 0.006 (p<0,05), yang berarti bahwa perubahan warna badan merah pada nilai R berbeda nyata. Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 44 Maka dilanjutkan dengan uji tukey. Dapat dinyatakan bahwa perlakuan A berbeda nyata terhadap berbeda nyata terhadap perlakuan B, C dan K, sedangkan perlakuan B tidak beda nyata terhadap perlakuan C dan K , dan perlakuan C juga tidak beda nyata terhadap kontrol K. 108,3 120 100 80 83,1 99,5 87,7 101,2 83,7 80,5 96,9 R M0 60 R M4 40 20 0 K A Perlakuan B C Gambar 25. Grafik rata-rata nilai awal (M0) dan nilai akhir (M4) indeks R (Red) pada warna merah disetiap perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Tepung ubi jalar ungu 15%.) Hasil perbandingan pada nilai rata-rata R (red) m0-m4 warna merah dengan nilai warna merah (Red) disetiap perlakuan berbeda nyata (p<0,05) yang memberikan pengaruh paling tinggi adalah perlakuan A dengan nilai perubahannya 20.5±1.3. Perubahan warna merah di badan pada nilai indeks G (Green) diukur dengan cara menghitung jumlah nilai indeks G Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 45 pada akhir penelitian dikurangi dengan nilai indeks G pada awal penelitian. Perubahan warna merah di badan pada indeks G (Green) disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 26. Nilai G (Green) badan Merah 16,5 16.0 ± 1.2 ͣ Chart Title 16,0 15,5 15,0 14,5 14.7 ± 2.7 14,0 ͣ 14.5 ± 2.8 13,5 ͣ 13.7 ± 2.3 13,0 ͣ 12,5 K A B Perlakuan C Gambar 26. Perubahan warna merah ikan badut pada nilai indeks G (Green) di setiap perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.) Gambar 26 Menunjukan bahwa perubahan warna merah pada indeks nilai G (Green) tertinggi terdapat pada perlakuan A (16.0±1.2) diikuti dengan perlakuan K (14.7±2.7) dan selanjutnya perlakuan B (14.5 ±2.8) dan perlakuan C (13.7±2.3). Hasil uji ANOVA nilai signifikansi 0.504 (p>0,05), yang berarti bahwa perubahan warna badan merah pada nilai G (Grenn) tidak berbeda nyata dan tidak dilanjuti uju tukey. Maka dilanjutkan dengan uji homogenitas setelah dilakukan uji homogenitas didapati hasil data homogen. dengan nilai signifikansi p 0,508 Dapat dikatakan bahwa pemberian tepung Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 46 labu kuning, wortel dan ubi jalar ungu, tidak memberikan perbedaan secara nyata atau signifikan terhadap perubahan warna G (Green) pada warna merah ikan badut Amphiprion percula. 100,0 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 71,1 85,9 70,5 86,5 88,7 74,2 71,7 85,4 G M0 G M4 K A B Perlakuan C Gambar 27. Grafik rata-rata nilai awal (M0) dan nilai akhir (M4) indeks G (Green) pada warna merah disetiap perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.) Hasil perbandingan pada nilai rata-rata G (green) m0-m4 warna merah dengan kondisi di awal warna merah dengan nilai G (green) pada kondisi akhir warna merah baik pada kontrol dan disetiap perlakuan berbeda nyata (p<0,05), yang memberikan pengaruh paling tinggi adalah perlakuan A dengan nilai perubahannya 16.0±1.2. Perubahan warna merah di badan pada nilai indeks B (Blue) diukur dengan cara menghitung jumlah nilai indeks B Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 47 pada akhir penelitian dikurangi dengan nilai indeks B pada awal penelitian. Perubahan warna merah di badan pada indeks B (Blue) disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 28. Nilai B (Blue) baadan Merah 16,0 13.6 ± 0.9ͣ 14,0 12,0 10.9 ± 1.5ᵇ 12.7 ± 1.2ͣ 11.7 ± 1.5ͣ 10,0 8,0 6,0 4,0 2,0 0,0 K A Perlakuan B C Gambar 28. Perubahan warna merah ikan badut pada nilai indeks B (Blue) di setiap perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.) Gambar 28. Menunjukan bahwa perubahan warna merah pada indeks nilai B (Blue) tertinggi terdapat pada perlakuan A (13.6±0.9) diikuti dengan perlakuan B (12.7±1.2) dan selanjutnya perlakuan C (11.7±1.5) dan kontrol K (10.9±1.5). Nilai signifikansi P 0.030 (P<0,05), yang berarti bahwa perubahan warna badan merah pada nilai B berbeda nyata. Maka dilanjutkan dengan uji homogenitas setelah dilakukan uji homogenitas didapati hasil data homogen dengan nilai 0.760 setelah diuji homogentitas kemudain dilanjutkan dengan uji lanjut tukey untuk melihat perbedaan yang nyata antar perlakuan, maka didapatkan hasil bahwa Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 48 perlakuan A tidak berbeda nyata terhadap perlakuan B dan C namun berbeda nyata terhadap K, sedangkan perlakuan B tidak beda nyata terhadap perlakuan C dan K diikuti dengan perlakuan C tidak berbeda nyata terhadap perlakuan K. 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 21,9 10,9 23,6 10,0 22,9 10,3 24,0 12,3 B M0 B M4 5,0 0,0 K A B Perlakuan C Gambar 29. Grafik rata-rata nilai awal (M0) dan nilai akhir (M4) indeks B (Blue) pada warna merah disetiap perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.) Hasil perbandingan pada nilai rata-rata G (green) m0-m4 warna merah dengan kondisi di akhir warna merah baik pada kontrol dan disetiap perlakuan berbeda nyata (P<0,05) yang memberikan pengaruh paling tinggi adalah perlakuan B dengan nilai perubahannya 10.9±1.5. Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 49 4. Perubahan kecerahan warna badan putih ikan badut jenis Amphiprion percula pada nilai indeks R, G dan B Perubahan warna putih di badan pada nilai indeks R (Red) diukur dengan cara menghitung jumlah nilai indeks R pada akhir penelitian dikurangi dengan nilai indeks R pada awal penelitian. Perubahan warna putih di badan pada indeks R (Red) disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 30. Nilai R (Red) badan Putih 60,0 50,0 40,0 50.8 ± 4.7 ͣ Chart Title 46.5 ± 2.3 ͣ 30,0 37.1 ± 10.6 ͣ 42.0 ± 4.1 ͣ 20,0 10,0 0,0 K A B Perlakuan C Gambar 30. Perubahan warna putih ikan badut pada nilai indeks R (Red) di setiap perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.) Gambar 30. Menunjukan bahwa perubahan warna merah pada indeks nilai R (Red) tertinggi terdapat pada kontrol K (50.8±4.7) diikuti dengan perlakuan A (46.5±2.3) dan selanjutnya perlakuan C (42,0±4.1) dan perlakuan B (37.1±10.6). Hasil uji ANOVA nilai signifikansi < 0.019 (P<0,05), yang berarti bahwa perubahan warna badan putih Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 50 pada nilai R berbeda nyata. Maka dilanjutkan uji homogeny dengan nilai 0.114 dengan uji post hoc test tukey, hasil uji lanjut tukey menunjukkan bahwa perlakuan A tidak beda nyata terhadap perlakuan B C dan K, sedangkan perlakuan B tidak beda nyata terhadap perlakuan C dan berbeda nyata terhadap K , dan perlakuan C tidak beda nyata terhadap K. 250,0 200,0 150,0 195.1 144.3 100,0 186.1 139.5 178.5 141.5 175.5 133.5 R M0 R M4 50,0 0,0 K A B Perlakuan C Gambar 31. Grafik rata-rata nilai awal (M0) dan nilai akhir (M4) indeks R (Red) pada warna putih disetiap perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.) Hasil perbandingan pada nilai rata-rata R (red) m0-m4 warna putih dengan kondisi akhir warna putih baik pada kontrol dan disetiap perlakuan terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05), dimana, yang memberikan pengaruh paling tinggi adalah perlakuan K dengan nilai perubahannya 50.8±4.7. Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 51 Perubahan warna putih di badan pada nilai indeks G (Green) diukur dengan cara menghitung jumlah nilai indeks G pada akhir penelitian dikurangi dengan nilai indeks G pada awal penelitian. Perubahan warna putih di badan pada indeks G (Green) disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 32. Nilai G (Green) badan Putih 40,0 35,0 33.5 ± 4.4 ͣ 30,0 25,0 20,0 25.7 ± 3.2 ͣ 22.9 ± 2.4 ͣ 28.1 ± 8.0 ͣ 15,0 10,0 5,0 0,0 K A Perlakuan B C Gambar 32. Perubahan warna putih ikan badut pada nilai indeks G (Green) di setiap perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.) Gambar 32. Menunjukan bahwa rata rata perubahan warna merah pada indeks nilai G (Green) tertinggi terdapat pada Kontrol K (33.5±4.4) diikuti dengan perlakuan C (28.1±8.0) dan selanjutnya perlakuan A (25.7±3.2) dan perlakuan B (22.9±2.4). Hasil uji ANOVA nilai signifikansi < 0.024 (P<0,05), yang berarti bahwa perubahan warna badan merah pada nilai G berbeda nyata. Maka dilanjutkan dengan uji homogeny dengan nilai 0.085 dan uji post hoc test tukey, hasil Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 52 uji lanjut tukey menunjukkan bahwa perlakuan A, tidak berbeda nyata terhadap perlakuan B, perlakuan C dan K, selanjutnya pada perlakuan B tidak berbeda nyata terhadap perlakuan C serta berbeda nyata terhadap perlakuan K diikuti dengan perlakuan C yang tidak berbeda nyata terhadap perlakuan K. 250,0 200,0 150,0 221.3 187.8 205.3 179.7 205.9 202.3 179.4 177.7 G M0 G M4 100,0 50,0 0,0 K A B Perlakuan C Gambar 33. Grafik rata-rata nilai awal (M0) dan nilai akhir (M4) indeks G (Green) pada warna putih disetiap perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.) Hasil perbandingan pada nilai rata-rata G (green) m0-m4 warna putih dengan pada kondisi akhir warna putih baik pada kontrol dan disetiap perlakuan berbeda nyata (P<0,05) yang memberikan pengaruh paling tinggi adalah perlakuan K dengan nilai perubahannya 33.5±4.4. Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 53 Perubahan warna putih di badan pada nilai indeks B (Blue) diukur dengan cara menghitung jumlah nilai indeks B pada akhir penelitian dikurangi dengan nilai indeks B pada awal penelitian. Perubahan warna putih di badan pada indeks Nilai B (Blue) badan Putih B (Blue) disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 34. 25,0 20,0 21.5 ± 4.3 ͣ 19.5 ± 2.4 ͣ 15,0 16.2 ± 2.7 ͣ 14.1 ± 5.1 ͣ 10,0 5,0 0,0 K A B Perlakuan C Gambar 34. Perubahan warna putih ikan badut pada nilai indeks B (Blue) di setiap perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.) Gambar 34. Menunjukan bahwa perubahan warna merah pada indeks nilai B (Blue) tertinggi tertinggi terdapat pada kontrol K (21.5±4.3) diikuti dengan perlakuan A (19.5±2.4) dan selanjutnya perlakuan B (16.2±2.7) dan perlakuan C (14.1±5.1). Hasil uji ANOVA nilai signifikansi <0,023 (P<0,05), yang berarti bahwa perubahan warna badan merah pada nilai R berbeda nyata. Maka dilanjutkan dengan uji homogeny 0.189 dan uji post hoc test tukey, hasil uji lanjut tukey menunjukkan bahwa perlakuan A, tidak berbeda nyata Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 54 terhadap perlakuan B, perlakuan C dan perlakuan K, selanjutnya pada perlakuan B tidak berbeda nyata terhadap perlakuan C serta perlakuan K diikuti dengan perlakuan C yang berbeda nyata terhadap perlakuan K. 180,0 160,0 140,0 120,0 100,0 152.7 131.3 144.2 124.7 140.9 124.7 142.7 128.5 B M0 80,0 B M4 60,0 40,0 20,0 0,0 K A B Perlakuan C Gambar 35. Grafik rata-rata nilai awal (M0) dan nilai akhir (M4) indeks B (Blue) pada warna putih disetiap perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.) Hasil perbandingan pada nilai rata-rata G (green) m0-m4 warna putih dengan kondisi awal warna putih dengan nilai B pada kondisi akhir warna putih baik pada kontrol dan disetiap perlakuan terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05), dimana, yang memberikan pengaruh paling tinggi adalah kontrol K dengan nilai perubahannya (21.5±4.3). Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 55 5. Pertumbuhan Bobot Mutlak Ikan Badut Premnas biaculeatus dan Amphiprion percula Pengukuran bobot mutlak dilakukan dengan cara menimbang berat ikan badut yang dipelihara. Pengukuran dilakukan setiap sampling atau 7 hari sekali. Nilai pertumbuhan bobot mutlak pada ikan badut di tampilkan pada Pertumbuhan Bobot Mutlak (g) Gambar 36. 0,35 0,3 0,25 0,2 (0,324±0,01)a a (0,246±0,11)a (0,256±0,11) (0,284±0,03)a 0,15 0,1 0,05 0 K A B Perlakuan C Gambar 36. Pertumbuhan bobot mutlak ikan badut Premnas biaculeatus. (Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.) Gambar 36. menunjukkan bahwa pertumbuhan bobot mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan B (0,324±0,01) diikuti dengan perlakuan C (0,284±0,03) dan selanjutnya perlakuan A (0,256±0,11) dan kontrol K (0,246±0,11). Hasil uji Anova nilai signifikansi p 0,485 (p >0,05), yang berarti bahwa pertumbuhan bobot mutlak tidak berbeda nyata. Maka Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 56 dilanjutkan dengan uji homogenitas, dan mendapatkan hasil uji tidak homogen, kemudian dilanjutkan dengan uji nonparametrik, kruskal wallis dan mendapatkan nilai signifikansi 0,413 yang berarti Kontrol K (tanpa penambahan tepung) perlakuan A (labu kuning 15%), perlakuan B (wortel 15%), perlakuan C (ubi jalar ungu 15%) tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan bobot mutlak. 6. Pertumbuhan Panjang Mutlak Ikan Badut Premnas biaculeatus dan Amphiprion percula Pengukuran panjang mutlak dilakukan dengan cara mengukur total panjang badan ikan badut mulai dari ujung kepala hingga ujung ekor menggunakan penggaris. Pengukuran dilakukan setiap sampling atau 7 hari sekali. Nilai pertumbuhan panjang mutlak pada ikan badut di tampilkan pada Gambar 25. Pertumbuhan Panjang mutlak (cm) 0,7 0,6 0,5 (0,246±0,04)a (0,54±0,11)a (0,64±0,05)a (0,56±0,08)a 0,4 0,3 0,2 0,1 0 K A B C Perlakuan Gambar 37. Pertumbuhan panjang mutlak ikan badut Premnas biaculeatus.(Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 57 Tepung labu kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.) Gambar 37 menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan B (0,64±0,05) diikuti dengan perlakuan C (0,56±0,08) dan selanjutnya perlakuan A (0,54±0,11) dan kontrol K (0,246±0,04). Hasil uji Anova nilai signifikansi p 0,137 (p >0,05), yang berarti bahwa pertumbuhan panjang mutlak tidak berbeda nyata. Maka dilanjutkan dengan uji homogenitas, dan mendapatkan hasil uji homogen dengan nilai signifikansi 0,130 yang berarti Kontrol K (tanpa penambahan tepung) perlakuan A (labu kuning 15%), perlakuan B (wortel 15%), perlakuan C (ubi jalar ungu 15%) tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan panjang mutlak. 7. Tingkat Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup (survival rate) ikan badut Premnas biaculeatus dapat dihitung dengan membandingkan jumlah ikan badut yang hidup pada akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan badut pada awal pemeliharaan. Nilai tingkat kelangsungan hidup ikan uji disajikan pada Gambar 26. Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 58 Tingkat Kelangsungan Hidup (%) 120 (100±0,00)a (100±0,00)a (100±0,00)a (100±0,00)a K A B C 100 80 60 40 20 0 Perlakuan Gambar 38. Tingkat kelangsungan hidup ikan badut Premnas biaculeatus. (Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.) Gambar 38. menunjukkan nilai rata-rata tingkat kelangsungan hidup ikan badut pada kontrol K, perlakuan A, perlakuan B, dan perlakuan C yaitu (100±0,00%). Hasil uji deskriptif pada kelangsungan hidup menunjukkan semua data perlakuan identik. 8. Data Kualitas Air Nilai kualitas air selama pemeliharaan disajikan pada Tabel 11 sebagai berikut: Tabel 11. Nilai standar parameter kualitas air No Parameter Nlai Hasil Standar Satuan Kualitas Air Pengamatan Mutu 1 Suhu 27-29 27 - 30 °C 2 Salinitas 30-32 30 - 34 ppt 3 DO 5,6-6,4 >4,0 mg/l 4 pH 7,5-8 7 - 8,5 (*) Berdasarkan baku mutu air laut untuk biota laut. Sumber : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 51 tahun 2004. Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 59 Tabel 11. menjelaskan bahwa kualitas air yang telah dilakukan pengamatan selama penelitian memiliki nilai parameter kualitas air yang baik dan optimal, yang menandakan bahwa kondisi air pada penelitian berlangsung cukup baik dan optimal. hal ini mengacu kepada baku mutu air laut, Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004, tentang baku mutu air laut untuk biota laut. B. Pembahasan 1. Perubahan Warna Ikan Badut Premnas biaculeatus Perubahan warna RGB badan merah dan badan putih pada ikan badut Premnas biaculeatus. Merupakan pengukuran perubahan warna yang terjadi selama penelitian dengan menghitung nilai R (Red), G (Green) dan B (Blue) pada bagian badan merah dan badan putih pada ikan badut. Ikan badut Premnas biaculeatus hasil budidaya yang terdapat di Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam mengalami degeneratif pola pigmen, atau memiliki warna pudar tidak seperti warna yang ada pada habitat alami ikan ini. Terdapat faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi kecerahan warna atau pigmentasi pada ikan. Faktor internal yaitu dipengaruhi oleh genetik ikan, menurut Kusumawati, et al., (2011) pola pigmen merupakan salah satu karakter fenotip yang diturunkan dari induk terhadap keturunannya. Kemudian faktor eksternal yaitu lingkungan Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 60 dan pakan, dikarenakan ikan atau biota akuatik tidak dapat mensintesis karotenoid didalam tubuhnya, oleh karena itu perlu mendapatkan suplemen dari luar yaitu melalui pakan (Kurniawati, et al., 2012). A B Gambar 39. Ikan badut hasil budidaya (A) dan Ikan badut hasil tangkapan di habitat alami (B) Nilai badan merah yang diukur memiliki perubahan warna yang berbeda, melihat dari segi warna tubuh pada ikan badut jenis Premnas biaculeatus di habitat alaminya adalah memiliki warna merah tua, maka setelah diberikan pakan dengan penambahan tepung labu kuning, wortel dan ubi jalar ungu yang masing masing mengandung β-karoten, maka perubahan warna yang terjadi pada badan ikan ini, yakni memiliki warna tubuh semula merah sedikit pudar kini berubah menjadi merah tua sedikit gelap. Sedangkan pada bagian badan putih ikan badut, ketika dilakukan pengukuran dan pengamatan mengalami peningkatan kualitas warna pada setiap perlakuan dan menunjukkan nilai berbeda signifikan atau berbeda nyata yang dibuktikan dengan pengujian nilai Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 61 indeks RGB menggunakan software Adobe photoshop CS4. Secara visual sulit untuk membedakan warna putih dengan nilai indeks RGB yang mengalami peningkatan atau penurunan, untuk itu perlu dilakukan pengukuran warna melalui software atau aplikasi yang mendukung pengukuran RGB pada spektrum warna tertentu, dalam hal ini warna putih. Bagian badan warna merah, nilai indeks R,G dan B tertinggi terdapat pada perlakuan B (Tepung wortel 15%). Dalam hal ini pemberian pelet yang dicampur tepung wortel dengan dosis 15g/100g pakan, mampu meningkatkan kecerahan warna pada badan merah ikan badut Premnas biaculeatus. Berdasarkan hasil uji Anova didapatkan nilai R (14,5±4,9), nilai G (-16,06±2,1) dan nilai B (-8,1±3,7). Setelah diuji menggunakan aplikasi Adobe Photoshop CS4 nilai indeks RGB cenderung menurun, dikarenakan kondisi warna badan ikan badut yang semula merah cerah sedikit pudar menuju warna merah tua, sehingga menyebabkan nilai indeks RGB pun turun. Sesuai dengan pernyataan Arif. B, et al., (2014) semakin tinggi nilai indeks warnanya, maka citra tersebut semakin terang, sebaliknya jika nilai indeks warnanya semakin kecil, maka citra akan semakin gelap. Dalam hal ini merah cerah sedikit pudar menuju ke warna merah tua gelap maka nilai indeks nya semakin kecil. Sehingga setiap nilai indeks RGB badan merah jika mendapatkan nilai yang semakin menurun Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 62 maka semakin baik, dikarenakan mengikuti warna tubuh di habitat asli ikan badut jenis Premnas biaculeatus. Bagian badan putih memiliki nilai indeks RGB yang cenderung meningkat disetiap perlakuan, nilai indeks RGB tertinggi terdapat pada kontrol K (Tanpa penambahan tepung) yaitu memiliki nilai R (28,3±1,03), G (34,4±3,09) dan B(25,1±1,03). Dalam hal ini, kontrol (tanpa penambahan tepung) dapat meningkatkan kecerahan warna putih. Setelah dilakukan uji Anova nilai signifikansi pada kontrol K badan putih pada nilai R, G dan B adalah (<0,001) P < 0,05 yang berarti memiliki perbedaan yang nyata. Maka dapat disimpulkan bahwa pemberian pelet murni atau kontrol (tanpa penambahan tepung) memiliki perbedaan yang nyata terhadap perubahan warna badan putih pada ikan badut Premnas biaculeatus. Awal Kontrol Akhir Labu Kuning Wortel Ubi Jalar Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 63 Kontrol Labu Kuning Wortel Ubi Jalar Gambar 40. Pengamatan warna tubuh ikan badut Premnas biaculeatus pada awal dan akhir penelitian secara visual (Dokumentasi Pribadi, 2022) Selama penelitian berlangsung dari minggu awal sampai dengan minggu akhir, setelah dilakukan pengamatan diketahui perubahan warna merah pada badan ikan badut Premnas biaculeatus semakin menuju ke merah tua, namun warna merah tua dibadan ikan badut yang dihasilkan secara visual belum menunjukkan warna badan seperti dihabitat alami ikan tersebut. Namun selama penelitian berlangsung, pakan yang diberikan dari minggu awal sampai dengan minggu akhir penelitian menunjukkan tanda perubahan warna pada badan ikan badut Premnas biaculeatus yang semula pudar menjadi merah tua. Peningkatan perubahan warna tertinggi adalah pemberikan pakan menggunakan penambahan tepung wortel 15%. Namun tidak memberikan perbedaan yang nyata antar perlakuan. Perubahan warna merah pada badan ikan badut selama penelitian disajikan pada Gambar 28. Peningkatan warna badan merah nilai indeks RGB tertinggi diperoleh pada perlakuan B (Tepung wortel 15%) secara visual dapat dilihat warna merah semakin gelap menuju kewarna merah tua, dihabitat asli ikan badut Premnas biaculeatus memiliki warna merah tua, dalam hal ini dapat dikatakan pemberian tepung yang mengandung β-karoten Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 64 dapat meningkatkan kualitas warna merah pada ikan badut Premnas biaculeatus. Sedangkan peningkatan warna badan putih nilai indeks RGB tertinggi diperoleh pada kontrol K (Tanpa penambahan tepung) Perubahan warna pada nilai indeks RGB khususnya badan merah ikan badut Premnas biaculeatus, dalam pengamatan warna tubuh secara visual, menunjukkan perubahan warna tubuh menjadi merah tua yang sedikit lebih gelap, namun belum maksimal seperti warna tubuh pada habitat asli yakni berwarna merah tua gelap, dikarenakan beberapa faktor, salah satunya adalah faktor umur, menurut Satyani dan Sugito (1997), umur ikan sangat mempengaruhi kecerahan warna tubuh, semakin ikan dewasa maka intensitas kecerahan tubuh akan semakin meningkat, namun akan kembali turun, oleh karenanya dibutuhkan sumber karetenoid eksternal untuk mempertahankan intensitas warna tetap baik. Hal tersebut dikarenakan semakin bertambah besarnya tubuh ikan atau semakin dewasa, maka sel warna pada ikan tidak dapat memenuhi luas permukaan tubuh ikan tersebut, karena kemampuan jumlah sel warna yang terbatas. Maka dari itu diperlukan pemberian pakan yang mengandung karotenoid, dengan durasi yang ditingkatkan agar dapat meningkatkan dan mempertahankan kecerahan warna. Lama waktu pemeliharaan pada penelitian ini adalah 1 bulan, namun belum menunjukkan perubahan warna yang maksimal, sehingga Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 65 menambahkan durasi pemberian pakan yang mengandung karotenoid dalam pemeliharaan sangat dibutuhkan untuk melihat apakah akan terdapat perubahan warna yang signifikan dan optimal ketika ikan diberikan pakan dengan durasi yang ditingkatkan dan konsisten sampai ikan mencapai usia dewasa. 2. Pertumbuhan Bobot Mutlak Pakan memegang peranan penting dalam pertumbuhan ikan badut, nutrisi yang terdapat dalam pakan dapat menunjang pertumbuhan baik bobot dan panjang pada ikan hias. Dalam hal ini perlakuan B atau pelet yang dicampur dengan tepung wortel memiliki pertumbuhan bobot mutlak yang tinggi, namun tidak berbeda nyata dari perlakuan lainnya, artinya dapat dikatakan bahwa penambahan tepung yang mengandung karoten kedalam pakan tidak mebuat perbedaan signifikan pada pertumnbuhan ikan badut, hal ini diperkuat dengan pernyataan karotenoid pada Ramadhan pakan tidak (2014), akan penambahan mempengaruhi pertumbuhan, karena ikan lebih banyak memanfaatkannya dalam mengekspresikan protein pigmen pada lapisan dermis. Selain meningkatkan ekspresi pigmen tubuh, karoten juga diketahui secara alami berfungsi sebagai bahan dasar vitamin A, menunjang termoregulasi atau proses pengaturan suhu tubuh, membantu pembentukan kuning telur dalam proses reproduksi, dan berpengaruh terhadap kesehatan ikan Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 66 (Bachtiar, 2002). Hal tersebut terbukti dengan tingkat kelulushidupan ikan yang tinggi selama penelitian. Ikan badut yang dipelihara di BPBL Batam memiliki nilai pertumbuhan panjang dan berat yang ideal, dengan pemberian pakan 3 kali sehari pada pagi, siang dan sore hari, ikan badut yang terdapat di BPBL batam memiliki nilai pertumbuhan panjang mutlak ± 0,5 cm dan bobot mutlak ± 0,25 gr, dalam 1 bulan pemeliharaan. Dalam penelitian ini terdapat nilai bobot mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan B (tepung wortel 15%) yang memiliki nilai pertumbuhan bobot mutlak 0,324 g yang berarti nilai pertumbuhan bobot mutlak sesuai dengan pemeliharan ikan badut yang terdapat di BPBL Batam. 3. Pertumbuhan Panjang Mutlak Pertumbuhan erat kaitannya dengan ketersediaan protein dalam makanan, karena protein merupakan sumber energi bagi ikan dan protein merupakan nutrisi yang sangat dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan. Dalam dunia ikan hias, pertumbuhan panjang mempengaruhi nilai jual dari ikan tersebut, dan faktor untuk menunjang pertumbuhan tersebut adalah melalui pakan yang mengandung nutrisi yang tinggi. Pertumbuhan juga erat kaitannya dengan ketersediaan protein dalam makanan, karena protein merupakan sumber energi bagi ikan dan protein merupakan nutrisi yang sangat Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 67 dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan. Sesuai dalam Anggraeni dan Abdulgani (2013) yang menyatakan bahwa jumlah protein akan mempengaruhi pertumbuhan ikan, karena protein merupakan sumber energi bagi ikan dan protein merupakan nutrisi yang sangat dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan. 4. Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Badut Premnas biaculeatus SR (Survival Rate) atau tingkat kelangsungan hidup dapat dihitung dengan menghitung jumlah biota yang hidup pada akhir pemeliharaan dibagi dengan jumlah biota diawal pemeliharaan kemudian dikali 100%. Ada dua faktor yang mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup ikan yaitu faktor internal (keunggulan benih itu sendiri) dan faktor eksternal (kondisi lingkungan budidaya, penanganan terhadap ikan, transportasi dan penanganan saat dilakukan penebaran). Tingkat kelangsungan hidup selama penelitian mendapatkan nilai 100%. Tingginya nilai kelangsungan hidup tersebut menunjukkan kemampuan ikan dalam beradaptasi dan bertahan hidup untuk setiap perlakuan. Dari hasil pengamatan selama penelitian ketika pemberian pakan yang mengandung β-karoten diberikan kepada ikan badut, mendapatkan respon yang positif, artinya ikan memakan pakan tersebut dan dalam hal ini mendapatkan makanannya. Menurut Sari et al. (2014), bahwa kematian ikan terjadi apabila ikan tidak berhasil atau Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 68 tidak mendapatkan makanan dan terjadinya perubahan lingkungan yang signifikan sehingga mengakibatkan ikan menjadi stres sehingga berujung pada kematian. 5. Analisis Kualitas Air Data kualitas air pada penelitian ini memiliki suhu yang baik dengan nilai rentang 27 - 29 °C, salinitas air laut stabil pada nilai 30 - 32 ppt, DO di angka 5,6 - 6,2 mg/l dan pH 7,5 8. Kisaran nilai dari berbagai parameter kualitas air tersebut menggambarkan kondisi air yang cukup stabil dan masih layak untuk proses pemeliharaan sesuai kepada baku mutu air laut, Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004. Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 69 BAB V Penutup A. Penutup Ikan badut Premnas biaculeatus dan Amphiprion percula hasil biakan atau budidaya cenderung mengalami degeneratif warna atau memiliki warna tubuh yang pudar, tidak seperti warna tubuh pada habitat alami. Buku ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai cara untuk dapat meningkatkan kecerahan warna ikan badut. Buku ini juga berisikan tentang manipulasi kecerahan warna pada tubuh ikan badut melalui pakan pelet komersil yang menggunakan bahan dasar tepung labu kuning, wortel dan ubi jalar ungu yang mengandung beta karoten, dalam hal ini diyakini dapat meningkatkan kecerahan warna tubuh pada ikan badut Premnas biaculeatus dan Amphiprion percula. Kemajuan teknologi yang sangat pesat berpengaruh terhadap beberapa sektor, tentunya pada sektor perikanan. Buku ini dilengkapi dengan tata cara pengukuran kecerahan warna pada tubuh ikan badut melalui aplikasi Adobe Photoshop dengan mengukur citra pada nilai indeks Red, Green, Blue (RGB). Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 70 DAFTAR PUSTAKA Aini, Nur. Makalah Falsafah Sains Pengolahan Tepung Ubi Jalar Dan Produk – Produknya Untuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan. Bogor : Institut Pertanian Bogor: 2004. Amin, M.I., Rosidah, W., Lili. 2012. Peningkatan kecerahan warna udang red cherry (Neocaridina heteropoda) jantan melalui pemberian astaxanthin dan canthaxanthin dalam pakan. Jurnal perikanan dan kelautan. 3(4): 243252. Anggraeni, N.M., Abdulgani, N. 2013. Pengaruh Pemberian Pakan Alami dan Pakan Buatan terhadap Pertumbuhan Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata) pada Skala Laboratorium. Surabaya. Jurnal Sains Dan Seni Pomits 2(1): 197-201. Arief, M.B., Dzulfikar, A.Z. 2014. Analisis Distribusi Intensitas RGB Citra Digital untuk Klasifikasi Kualitas Biji Jagung Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan. Surabaya. Jurnal Fisika dan Aplikasinya. Vol.10 Nomor 3. Arjanggi, Muhammad. 2013. Laju Pertumbuhan Benih Clownfish Dengan Pakan Pelet Berbeda. Jurnal Ilmu Kelautan, 5(1), 6. Bachtiar, Y. 2002. Pembesaran Ikan Di Kolam Pekarangan. AgroMedia Pustaka, Jakarta. Barus, R. S. 2014. Pengaruh Konsentrasi Tepung Sprirulina platensis pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Maskoki (Carassius auratus). Jurnal Aquacoastmarine. Vol.2 Nomor 4. Cahyono, Bambang. 2002. Wortel : Teknik Budi Daya Analisis Usaha Tani. Yogyakarta. Kanisius. Cornelia, Melanie., Nathania, Christy. 2020. Pemanfaatan Ekstrak Wortel (Daucus carota L.) Dan Sari Kiwi Kuning. Universitas Pelita Harapan. FaST Jurnal Sains dan Teknologi (Actinidia deliciosa). Vol.4 Nomor 2. Dhiyas, A., Rustanti, N. 2017. Pengaruh Perbandingan Tepung Labu Kuning (Curcubita Moschata) dan Tepung Mocaf Terhadap Serat Pangan, Aktivitas Antioksidan, dan Total Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 71 Energi Pada Flakes “Kumo”. Journal of Nutrition College. 5(4): 499–503. Ghufran, H., Kordi. 2011. 32. Ikan laut ekonomis.Yogyakarta. Lily publisher. Hal 55-56 Kalidupa, N. 2018. Studi Pemanfaatan Tepung Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) dalam Pakan Terhadap Pewarnaan Ikan Mas Koi (Cyprinus carpio L.) Jurnal Media Autika. 3(1) : 590-597. Kurniawati, Iskandar, Subhan, U. 2012. Pengaruh penambahan tepung Spirulina platensis pada pakan terhadap peningkatan warna lobster air tawar huna merah (Cherax quadricarinatus). Jurnal Perikanan dan Kelautan 3(3): 157-161. Kusumawati, D. 2011. Peran Gen AIM1 dan Intensitas Cahaya Terhadap Karakter Pola Pigmen Ikan Badut hitam (Amphiprion percula). Malang. Jurnal Riset Akuakultur. Vol.7 Nomor 2. Lesmana, D., Iwan, D. 2006. Budidaya Ikan Hias Maanvis (Pterophylum sclarae). Jakarta : Penebar Swadaya. Malini, D.M., Tri Dewi K.P., Resty Agyustin. 2018. Pengaruh Penambahan Tepung Spirulina fusiformis Pada Pakan Terhadap Tingkat Kecerahan Warna Ikan Koi (Cyprinus carpio L.) Jurnal Pro-Li. Vol.5 Nomor 2. Norhasanah., Ermina, Syainah. 2016. Pengaruh Proporsi Tepung Terigu Dan Tepung Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas Var Ayamurasaki) Terhadap Kadar Protein, Volume, Pengembangan Dan Mutu Organoleptik Roti Manis. Jurnal Kesehatan Indonesia. Vol.6 Nomor 2. Poernomo, Achmad. 2003. Ikan Hias Laut Indonesia. Penebar Swadaya. Hal 139-140. Priosembodo, Sigit. 2020. Manipulasi Warna Cahaya LED yang Berbeda terhadap Perubahan Warna Merah Ikan Sumatra Puntius tetrazona. Universitas Maritim Raja Ali Haji, Jurnal Intek Akuakultur. 4(1) : 74-83 Ramadhan, R. 2014, Pengaruh Penambahan Tepung Bunga Marigold dalam Pakan Buatan Terhadap Kualitas Warna Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 72 Benih Ikan Koi (Cyprinus carpio L.) Tesis Universitas Padjajaran. Rochimiwati, S. N., Lydia, F., Theresia, D. K. B., Sirajuddin, Sukmawati. 2011. Pembuatan aneka jajanan pasar dengan substitusi tepung wortel untuk anak baduta. Jurnal Media gizi dan Pangan. Vol XI. Edisi 1, Januari-Juni 2011. Sari, O.V., Hendrarto, B., Soedarsono, P. 2014. Pengaruh Variasi Jenis Makanan terhadap Ikan Karang Nemo (Amphiprion ocellaris Cuvier, 1830) ditinjau dari Perubahan Warna, Pertumbuhan dan Tingkat Kelulushidupan. Diponegoro journal of maquares, 3(3), 134-143. Sartikawati, S., Junaidi M., Damayanti, A.A. 2020. Efektivitas Penambahan Tepung Buah Labu Kuning Pada Pakan Ikan Terhadap Peningkatan Kecerahan dan Pertumbuhan Ikan Badut (Amphiprion ocellaris). Jurnal Kelautan. Vol.13 Nomor 1. Satyani, D. dan Sugito, S. 1997. Astaxanthin Sebagai Sumber Pakan Untuk Peningkatan Warna Ikan Hias. Warta Penelitian Perikanan Indonesia. Vol.8 : 6-8 Waspodo, S., Setyono, B.D.H. 2020. Kandungan Karotenoid Pada Ikan Mas Koki (Carassius auratus) yang Diberi Tepung Labu Kuning, Tepung Wortel dan Tepung Spirullina. Jurnal Perikanan. 10 (1): 77-83. Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 73 RIWAYAT HIDUP PENULIS Penulis dilahirkan di Tanjungpinang pada tanggal 12 April 1999 dari Bapak Mohammad Noer dan Ibu Nur Asmara. Penulis merupakan putra bungsu dari 7 bersaudara. Tahun 2012 penulis menamatkan pendidikan formal di SD Negeri 001 Tanjungpinang, kemudian melanjutkan pendidikan menengah di SMP Negeri 3 Tanjungpinang dan lulus tahun 2015, pada tahun 2018 menamatkan pendidikan SMA Negeri 5 Tanjungpinang. Pada tahun 2018 penulis diterima di Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) melalui jalur SMMPTN. Penulis diterima pada Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH). Selama menjadi mahasiswa ilmu kelautan dan perikanan penulis aktif di dalam organisai Himpunan Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan. Tahun 2018 penulis melaksanakan kuliah kerja nyata Desa Busung Kecamatan Sri Kuala Lobam. Penulis juga pernah melaksanakan Praktik Keterampilan Lapang di Kampong Madong sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Praktik Keterampilan Lapang. Penulis melaksanakan penelitian pada tahun 2022 di Hachery Balai Pembenihan Ikan Hias BPBL Batam, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 74 Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH). Penulis menyusun dan menyelesaikan penulisan Buku dengan judul ‘Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut”. Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 75 RIWAYAT HIDUP PENULIS Penulis dilahirkan di Bintan pada tanggal 12 Mei 2000 dari Bapak Wagito dan Ibu Patimah. Penulis merupakan putra tunggal. penulis menamatkan pendidikan formal SD Negeri 001 Toapaya tahun 2012, kemudian melanjutkan pendidikan menengah di SMP Negeri 17 Bintan dan lulus pada Tahun 2015, pada tahun 2018 menamatkan pendidikan SMA Negeri 3 Bintan. Pada tahun 2018 penulis diterima di Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) melalui jalur SBMPTN. Penulis diterima pada jurusan Budidaya Perairan, Fakultas ilmu Kelautan dan Perikanan. Selama menjadi mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji penulis aktif di organisasi BEMKM UMRAH dan Himpunan Jurusan Budidaya Perairan. Pada tahun 2020 penulis melaksanakan kuliah kerja nyata di Desa Dompak Lama. Dan penulis juga melaksanakan Praktik Keterampilan Lapang di Desa Pengujan pada tahun 2021, Penulis melaksanakan penelitian pada tahun 2022 di BPBL Batam, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH). Penulis menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Penambahan Tepung Labu Kuning, Wortel, dan Ubi Jalar Ungu pada Pakan Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 76 Pelet Komersial Terhadap Kecerahan Warna Ikan Badut Amphiprion percula”. Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 77 RIWAYAT HIDUP PENULIS Henky Irawan, S.Pi, MP, M.Sc lulus di Program Studi S1 Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau tahun 2005. Melanjuktkan ke jenjang S2 pada program Double Degree Beasiswa Unggulan di Program Studi Budidaya Perairan kekhususan Bioteknologi Perikanan dan Kelautan Fakultas, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya dan Depatement of Aquatic Science, Universitas Burapha-Thailand, serta lulus tahun 2009. Mulai bertugas di Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) di Jurusan Ilmu Kelautan (IKL) pada tahun 2009 dan pada tahun 2014 bertugas di Jurusan Budidaya Perairan (BDP) hingga sekarang. E-mail: henkyirawan@umrah.ac.id Sejak Tahun 2016 hingga saat ini telah menulis buku yaitu: Buku ajar iktiologi, Avertebrata air, Buku Avertebrata air Edisi II, Buku ajar bioteknologi akuakultur, Buku ajar sistem dan teknologi akuakultur, Buku Data dan informasi manfaat dana desa di Provinsi Kepulauan Riau, Buku Panduan penyusunan bahan ajar perguruan tinggi, Buku Rekayasa genetika ikan, Buku Transplantasi lamun mudah dan praktis, Buku Budidaya rumput laut kappaphycus alvarezii dengan metode lepas dasar Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 78 dan longline, Buku Cryopreservation kunci produksi budidaya perikanan di masa depan dan Buku Optimalisasi Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii. Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 79 Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut 80