Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
Sampul
Tata Letak
Editor
: Tim penulis
: Tim penulis
: Henky Irawan, S.Pi., M.P., M.Sc
Diterbitkan pertama kali oleh
UMRAH PRESS
Alamat penerbit:
Gedung Rektorat Kampus Universitas Maritim Raja Ali Haji,
Lantai III, Jalan Dompak, Tanjungpinang, Provinsi Kepri
29111. Telp: 0771-7001550 Fax: 0771-7038999.
Email: umrahpress@gmail.com / umrahpress@umrah.ac.id
Hak Cipta © dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh
isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
Cetakan Pertama: Januari 2023
Huruf Ukuran
: Cambria
: 11
Tim Penulis
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
Tanjungpinang: Universitas Maritim Raja Ali Haji. 2023
v + 79 Hal, 14,8 x 21 cm
ISBN : 978-623-5818-87-0
Perpustakaan Nasional RI: Data Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
i
PENULIS
Tim Penulis :
Rachmad Nor, S.Pi
Dimas Syahputra, S.Pi
Tri Yulianto, S.Pi., M.PSDA
Henky Irawan, S.Pi., M.P., M.Sc
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. yang
telah melimpahkan Rahmat dan karunia Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan buku yang berjudul “Manipulasi
Kecerahan Warna Ikan Badut”.
Penulis menyadari dalam penyusunan buku ini tidak
akan terlepas dari bimbingan, dukungan dan bantuan dari
semua pihak sehingga terselesaikannya buku ini. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kedua orang tua yang
selalu memberikan doa, semangat, motivasi, serta nasehatnasehat dengan penuh keiklahsan, kesabaran serta kasih
sayang yang tiada tara, serta semua pihak yang turut terlibat
dan memberi dukungan dalam penelitian-penelitian ini
sehingga diharapkan kehadiran buku ini dapat menjadi
inspirasi untuk memajukan ilmu pengetahuan.
Akhirnya penulis berharap semoga buku ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis
khususnya. Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan
dari buku ini, maka kritik dan saran sangat penulis harapkan.
Semoga Allah SWT selalu menyertai langkah-langkah kita.
Tanjungpinang, Januari 2023
Penulis
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
iii
DAFTAR ISI
PENULIS..................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................. iv
BAB I ........................................................................................... 1
Tinjauan Pustaka ................................................................... 1
A. Biologi Ikan Badut ................................................................ 1
B. Morfologi Ikan Badut .......................................................... 1
C. Klasifikasi Ikan Badut Premnas biaculeatus............... 4
D. Klasifikasi Ikan Badut Amphiprion percula ............... 5
E. Habitat Ikan Badut ............................................................... 6
F. Labu Kuning Curcubita moschata .................................. 7
G. Wortel Daucus carota L...................................................... 8
H. Ubi Jalar Ungu Ipomea batatas L .................................... 9
BAB III. ..................................................................................... 12
Persiapan dan Pengamatan ............................................. 12
A. Rancangan Percobaan ..................................................... 12
B. Alat dan Bahan ................................................................... 13
C. Prosedur ................................................................................. 14
1. Persiapan Wadah dan Media Pemeliharaan ........... 15
2. Persiapan Pakan Uji.......................................................... 16
3. Persiapan Kotak Foto....................................................... 20
4. Pemeliharaan Ikan Badut ............................................... 23
5. Pengelolaan kualitas air.................................................. 24
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
iv
6. Pengambilan Data ............................................................. 24
A. Parameter Penelitian ....................................................... 25
1. Pengukuran Warna Ikan Badut ................................... 25
2. Pertumbuhan Bobot Mutlak.......................................... 28
3. Pertumbuhan Panjang Mutlak ..................................... 28
4. Tingkat Kelangsungan Hidup ....................................... 29
5. Pengukuran Kualitas Air................................................. 29
BAB IV ...................................................................................... 31
A. Hasil ........................................................................................ 31
8. Data Kualitas Air ................................................................ 59
B. Pembahasan ........................................................................ 60
BAB V........................................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 71
RIWAYAT HIDUP PENULIS ................................................ 76
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
v
BAB I
Tinjauan Pustaka
A.
Biologi Ikan Badut
Ikan badut pada umumnya memiliki tiga kombinasi garis
dibagian kepala, badan kemudian pangkal ekor, serta
umumnya memiliki warna oranye cerah atau merah cerah
pada tubuhnya. Memiliki postur tubuh yang mungil ikan ini
memiliki gerakan yang lincah serta tidak agresif terhadap ikan
lainnya (Arjanggi, 2013). Ikan badut juga masuk kedalam
famili Pomacentridae dan memiliki 2 genus yaitu Premnas dan
amphiprion. Memiliki sirip dorsal yang unik dengan sisik yang
relatif besar. Pola warna pada ikan ini sering dijadikan dasar
dalam proses identifikasi mereka, disamping bentuk bentuk
tubuh, kepala dan gigi. Variasi warna dapat terjadi pada spesies
yang sama, khususnya berkenaan dengan lokasi sebarannya.
Ukuran maksimalnya bisa mencapai 10 – 18 cm. Ikan badut
terlahir dalam keadaan jantan dan yang akan berubah kelamin
menjadi betina (hemaprodit). Ikan badut betina merupakan
ikan yang terbesar ukuran badannya dari kelompoknya atau
pasangannya.
B.
Morfologi Ikan Badut
Ikan badut amphipirioninae termasuk dalam famili
pomacentridae. Famili ini berukuran kecil, gerakannya lincah,
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
1
cantik, dan berwarna terang. Bentuk badannya pipih, panjang
dan sedikit bulat. Ikan jenis ini mempunyai bentuk mulut tipe
terminal yang berukuran kecil. Sisiknya stenoid dan berukuran
besar. operkulum dan pipinya mempunyai kulit yang bersisik.
Gurat sisi memanjang sampai kebelakang dasar sirip punggung
dan dapat berlanjut sampai ke dasar ekor. Pre-operkulumnya
bergerigi dengan tepi sirip ekor berlekuk.
Spesies Premnas biaculeatus mempunyai nama umum
yang dikenal dengan ikan balong padang atau ikan klon merah
marun. Ikan ini mempunyai tubuh yang dapat mencapai
ukuran 17 cm dan badannya memiliki warna merah tua
termasuk siripnya. Badannya juga terdapat tiga belang
melintang yang cukup lebar berwarna kecokelatan dengan
pinggiran putih. Pada bagian kepala, belang ini mulai dari atas
melewati operkulum sampai kebawah, sedangkan pada
pertengahan badan dimulai dari akhir dasar sirip punggung
berjari-jari keras sampai kebawah dipermulaan dasar sirip
dubur. Belang tersebut juga melewati pangkal ekor mulai dari
penghabisan dasar sirip punggung yang berjari-jari lemah
sampai akhir dasar sirip dubur. Tulang di muka dan dibawah
mata
masing-masing
berduri
panjang
dan
mengarah
kebelakang bentuk sirip ekornya bundar (Poernomo Achmad,
2003). Ciri khas yang paling menarik di ikan badut adalah
badannya yang dihiasi dengan warna-warna yang cerah sesuai
dengan tempat hidupnya, yaitu anemon laut. Ikan badut
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
2
Premnas biaculeatus biak yang terdapat di BPBL Batam
cenderung memiliki warna merah dan hitam yang pudar tidak
seperti dihabitat asli ikan badut ini. Menurut Mahariesti
(2009) tubuh ikan badut Premnas biaculeatus betina, memiliki
warna merah gelap atau marun dan ukurannya lebih besar
dibanding jantan, namun ikan badut jantan memiliki warna
merah terang.
Ikan Badut Amphipirion percula tergolong family
pomacentridae. Ikan ini berukuran kecil, memiliki warna
terang dan gerak yang lincah, bentuk badan yang bulat. Ikan
jenis ini memiliki. Badannya bulat, panjang, dan pipih. Ikan
jenis ini mempunyai mulut tipe terminal berukuran kecil. Sisik
ukuran besar dan stenoid. Pipi dan operkulumnya bersisik.
Gurat sisi memanjang sampai ke belakang dasar sirip
punggung dan dapat berlanjut sampai ke dekat dasar ekor. Preoperkulumnya bergerigi dengan tepi sirip ekor berlekuk. Ikan
dalam nemon ini mempunyai satu sirip punggung yang terdiri
dari 9 – 14 jari-jari keras, 11-18 jari – jari lemah, serta sirip
dubur yang terdiri dari 2-3 jari (Poernomo et al., 2003). Spesies
Amphiprion percula memiliki tubuh yang mencapai ukuran 11
cm. Badan yang berwarna dasar orange dengan tiga belang di
bagian kepala, badan, dan pangkal ekor. Jari – jari keras sirip
punggungnya tidak sama panjang. Bentuk sirip ekornya
bundar (Kordi, 2011). Ciri khas yang menarik diikan badut
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
3
adalah badan yang dihiasi warna yang cerah sesuai dengan
tempat hidupnya, yaitu nemone laut (Fautin, D. G. et al., 2007).
C.
Klasifikasi Ikan Badut Premnas biaculeatus
Gambar 1. Ikan badut Premnas biaculeatus
(Dokumentasi pribadi, 2022)
Klasifikasi ikan badut Premnas biaculeatus adalah sebagai
berikut :
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Actynopterygii
Ordo
: Perciformes
Filum
: Pomancentridae
Genus
: Premnas
Spesies : Premnas biaculeatus
Sumber : Fishbase.se/Summary/6632
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
4
D.
Klasifikasi Ikan Badut Amphiprion percula
Klasifikasi ikan Badut Amphiprion percula
(Fishbase.se/summary/9209, 2022) adalah sebagai berikut:
Kingdom
:
Animalia
Filum
:
Chordata
Subfilum
:
Vertebrata
Kelas
:
Actinoptergii
Ordo
:
Perciformis
Family
:
Pomacentridae
Genus
:
Amphiprion
Spesies
:
Amphiprion percula
Gambar 2. Ikan Nemo Amphiprion percula
Sumber. Foto Pribadi, 2022
Terdapat beberapa jenis ikan Badut, jenis-jenis Ikan Nemo :
1.
Ikan Badut Amphiprion chagosensis
2.
Ikan Badut Amphiprion polymnus
3.
Ikan Badut Amphiprion sebae
4.
Ikan Badut Amphiprion ocellaris
5.
Ikan Badut Amphiprion percula
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
5
6.
Ikan Badut Premnas biaculeatus
Menurut Allen et al., (2003) ikan Badut Amphiprion
percula bewarna merah jingga dan tiga garis putih, garis
tengah tampak menonjol ke depan, serta jumlah tepi hitam
pada garis dan sirip bervariasi.
E.
Habitat Ikan Badut
Habitat ikan badut adalah terumbu karang di perairan
dangkal hingga pada kedalaman 2 m. ikan badut biasa hidup
berdampingan dengan anemon laut. Ikan badut mendapat
keuntungan dari anemon karena mendapat tempat berlindung
dari musuh-musuhnya tentakel anemon memiliki sel jalatang
yang dapat menyengat ikan lain, tetapi tidak dapat menyengat
ikan badut. Sebaliknya anemon mendapat keuntungan, karena
ikan badut selalu bergerak diantara tentakel dan membawa
oksigen bagi anemon dan ikan badut juga memakan produk
sisa yang dihasilkan oleh anemon (Kordi, 2011). Ikan Badut
hidup bersimbiosis bersama anemon laut. Anemon laut
memberikan tempat tinggal bagi ikan badut dan juga ikan
badut membantu mengusir ikan kupu-kupu butterfly fish yang
mencoba memakan tentakel anemon. Namun, berdasarkan
penelitian terbaru memperlihatkan bahwa ikan badut
mengeluarkan zat/sisa pencernaan yang digunakan oleh
anemon laut sebagai nutrisi penting dan sebagai gantinya, ikan
badut bisa bersarang diantara tentakel anemon yang
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
6
menyengat sebagai perlindungan. Ikan badut juga tetap aktif
pada malam hari bergerak dan mengibaskan siripnya. Ikan
badut juga hidup pada perairan karang terutama di puncak dan
dicelah karang begitu juga dengan spesies lainnya, namun
khusus pada Premnas biaculeatus mereka banyak tersebar
diperairan Sibolga dan Padang.
F.
Labu Kuning Curcubita moschata
Labu kuning Curcubita moschata merupakan salah satu
komoditas pertanian yang memiliki banyak kelebihan
dibandingkan dengan komoditas yang lain. Labu kuning
merupakan jenis sayuran buah yang memiliki daya simpan
tinggi, mempunyai aroma dan cita rasa yang khas. Labu kuning
mengandung gizi-gizi lainnya seperti karbohidrat, mineral,
protein, dan vitamin. Labu kuning juga banyak mengandung βkaroten, vitamin A, serat, vitamin C, vitamin K, dan Niacin atau
vitamin B3. Kandungan mineral pada labu kuning yaitu kalium,
zat besi, fosfor, dan magnesium.
Gambar 3. Labu kuning Curcubita moschata
(Dokumentasi pribadi, 2022)
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
7
G.
Wortel Daucus carota L
Wortel adalah bahan pangan yang memiliki harga murah
dan memiliki ketersediaan yang melimpah. Wortel memiliki
beberapa kandungan senyawa atau zat yang bermanfaat bagi
kesehatan, mulai dari akar/umbinya yang dikenal sebagai
wortel, daunnya hingga bijinya. Wortel dapat dibuat menjadi
tepung yang akan menjadi bahan penambahan pada pakan
dikarenakan wortel mengandung β-karoten yang akan
berguna untuk meningkatkan kecerahan warna pada ikan
badut. Wortel merupakan salah satu bahan pangan yang sering
disebut sumber vitamin A karena tinggi akan kandungan β-
karoten. β-karoten adalah pigmen yang memberikan warna
oranye kemerahan pada wortel dan merupakan salah satu
pewarna alami yang umum digunakan dalam pengolahan
pangan. β-karoten merupakan provitamin A sehingga dapat
dikonversi menjadi vitamin A. Selain itu β -karoten juga
merupakan senyawa antioksidan. (Christy, 2020). Pada tepung
wortel mengandung kadar air 6,73%, kadar karbohidrat
13,15%, kadar lemak
1,15%, kadar protein 7,7% dan β-
karoten 3,37 mg /100 g. (Rochimiwati, 2011).
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
8
Gambar 4. Wortel Daucus carota L.
(Dokumentasi pribadi, 2022)
Menurut Cahyono (2002), klasifikasi wortel adalah sebagai
berikut :
H.
Divisi
: Spermatophyta
Subdevisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Umbelliferales
Famili
: Umbellifirae/ Apiaceae/ Ammiaceae
Genus
: Daucus
Spesies
: Daucus carota L.
Ubi Jalar Ungu Ipomea batatas L
Ubi jalar ungu adalah ubi yang mempunyai
daging
berwarna ungu hingga ungu muda (Juanda dan Cahyono,
2000). Ubi biasanya memiliki permukaan rata sampai tidak
rata dan bulat sampai lonjong. Bentuk ubi yang ideal adalah
lonjong agak panjang dengan berat antara 200 g- 250 g per ubi.
Kulit ubi berwarna putih, kuning, ungu atau ungu kemerahManipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
9
merahan tergantung jenis varietasnya. Memiliki kadar serat
pangan tinggi yaitu 4,72% per 100 gram. Selain itu, ubi jalar
ungu juga mengandung sumber antioksidan yang berasal dari
antosianin, vitamin E, vitamin C dan β-karoten. Kandungan
antosianin pada ubi jalar ungu yaitu 110-210 mg/100g. Ubi
jalar ungu memiliki kandungan β-karoten 1.208 mg dan
vitamin C sebesar 10,5 mg (Norhasanah, et al., 2016).
Kandungan gizi pada ubi memiliki hubungan pada warna
daging terutama kandungan β-karoten. Ubi jalar ungu
mengandung β-karoten yang paling tinggi jika dibandingkan
dengan ubi jalar oren atau kuning serta ubi jalar putih yaitu
9900 μg (32,967 SI) β-karoten per 100 g, dan 260 μg β-karoten
untuk ubi jalar putih, serta 2900 μg β-karoten untuk ubi jalar
kuning. (Aini, 2004). Kadar β-karoten dalam bentuk tepung
berdasarkan pengolaan dry basis (db), adalah 440,31 μg/100
g.
Gambar 5. Ubi jalar ungu Ipomea batatas L
(Dokumentasi pribadi, 2022)
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
10
Ubi Jalar mempunyai klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Convolvulales
Famili
: Convolvulaceae
Genus
: Ipomoea
Spesies
: Ipomoea batatas (L.) Lamb.
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
11
BAB III.
Persiapan dan Pengamatan
A.
Rancangan Percobaan
Pengamatan kecerahan warna pada ikan badut ini
dilakukan dengan Metode Eksperimental menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penggunaan dosis sebesar
15% mengacu pada penelitian Sartikawati et al, (2020). Aspek
yang diteliti adalah penambahan tepung labu kuning, wortel
dan ubi jalar ungu dengan dosis yang sama pada pakan pelet
komersial, melalui 4 perlakuan dan 5 kali ulangan sehingga
diperoleh 20 unit percobaan. Penempatan setiap unit
percobaan dilakukan secara acak.
1 Kontrol K : Pelet 100 g (tanpa penambahan tepung dan
perekat)
2 Perlakuan : Penambahan tepung labu kuning 15 g + 5 g
A
perekat + 80 g pelet.
3 Perlakuan : Penambahan tepung wortel 15 g + 5 g
B
perekat + 80 g pelet.
4 Perlakuan : Penambahan tepung ubi jalar ungu 15 g + 5
C
g perekat + 80 g pelet
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
12
Rancangan penelitian disajikan pada Tabel 3 sebagai
berikut :
Tabel 1. Perlakuan dan Pengkodean
Perlakuan
: Pelet 100 g (Tanpa penambahan
tepung)
Perlakuan A : Penambahan tepung labu
kuning 15 g + 5 g perekat + 80 g
pelet.
Perlakuan B : Penambahan tepung wortel 15 g
+ 5 g perekat + 80 g pelet.
Perlakuan C : Penambahan tepung ubi jalar
ungu 15 g + 5 g perekat + 80 g
pelet
Kontrol
B.
Ulangan
K1 K2 K3 K4 K5
A1 A2 A3 A4 A5
B1 B2 B3 B4 B5
C1 C2 C3 C4 C5
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pengamatan ini, disajikan
pada Tabel 1 sebagai berikut :
Tabel 2. Nama dan fungsi alat yang digunakan dalam penelitian
No.
Nama Alat
Jumlah
Satuan
1.
Fungsi/Kegunaan
Media
pemeliharaan
Wadah
pemeliharaan
Sebagai ruang foto
ikan
Mencampur bahan
pakan
Menyedot
kotoran/feses
Sebagai
sumber
oksigen
Bak
1
Buah
2.
Wadah
keranjang bulat
20
Buah
3.
Kotak foto
1
Unit
4.
Molen mini
1
Buah
5.
Selang sifon
1
Buah
6.
Aerator
1
Buah
7.
Kamera Iphone
XS MAX
1
Buah
Media foto ikan
8.
Timbangan emas
1
Buah
Mengukur
ikan
berat
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
13
No.
Nama Alat
Jumlah
Satuan
9.
Penggaris
1
Buah
10.
pH meter
1
Buah
11.
DO meter
1
Buah
12.
13.
14.
1
1
1
Buah
Buah
Buah
1
Unit
16.
Thermometer
Refraktometer
Laptop
Adobe Photoshop
CS4
Seser
1
Buah
17.
Baskom
1
Buah
18.
Botol semprot
1
Buah
15.
Fungsi/Kegunaan
Mengukur panjang
ikan
Mengukur pH air
Mengukur kadar
oksigen terlarut
Mengukur suhu air
Mengukur salinitas
Media Ukur RGB
Mengukur nilai
indeks RGB
Menyerok ikan
Wadah ikan
sementara
Menyemprot
perekat cair
Bahan yang digunakan disajikan pada Tabel 3 sebagai
berikut :
Tabel 3. Nama dan fungsi bahan yang digunakan dalam
penelitian
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nama Bahan
Ikan badut
Pelet Otohime
Tepung labu
kuning
Tepung wortel
Tepung ubi jalar
ungu
Perekat
Jumlah
20
80
15
Satuan
ekor
g
g
Fungsi/Kegunaan
Hewan uji
Pakan ikan
Bahan uji
15
15
g
g
Bahan uji
Bahan uji
5
g
Bahan uji
C. Prosedur
Prosedur yang dilakukan terdiri dari: persiapan wadah
dan media pemeliharaan, persiapan pakan uji, persiapan kotak
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
14
foto, pemeliharaan ikan, pengelolaan kualitas air dan
pengambilan data.
1.
Persiapan Wadah dan Media Pemeliharaan
Media pemeliharaan yang digunakan adalah bak dengan
ukuran panjang 2 m, lebar 1,1 m, tinggi 0,7 m. Bak
pemeliharaan diisi dengan wadah keranjang berdiameter 20
cm dan tinggi 10 cm, dengan volume air 3,1 liter. Menurut Sari,
(2014) padat tebar pembesaran benih yang berukuran >2,5
cm
adalah
2-3
ekor/liter.
Wadah
keranjang
untuk
pemeliharaan ikan badut didesain agar mengapung di
permukaan air pada media bak, masing-masing wadah
keranjang ini berfungsi sebagai pemisah antar perlakuan dan
ulangan agar peneliti dapat mengamati ikan yang diuji selama
pengamatan berlangsung. Permukaan lingkaran pada wadah
keranjang yang akan didesain mengapung dapat diikatkan
dengan gabus yang telah dipotong berukuran panjang 5 cm dan
lebar 5 cm. Gabus yang diikatkan pada permukaan wadah
diikat mengelilingi permukaan wadah keranjang, agar wadah
keranjang seimbang sehingga tidak terjadi kemiringan pada
wadah yang menyebabkan ikan keluar dari wadah keranjang.
Metode penelitian rancangan acak lengkap (RAL) 4 perlakuan
5 kali ulangan, maka jumlah wadah keranjang berjumlah 20
unit. Setiap wadah keranjang dibuat label perlakuan dan
ulangan menggunakan alas plastik berwarna putih yang diberi
tulisan kode masing-masing perlakuan menggunakan spidol
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
15
berwarna hitam. Pada bak pemeliharaan diberi aerator untuk
suplai oksigen yang baik pada proses pemeliharaan. Ikan badut
yang diuji berukuran ± 3 cm dengan padat tebar 1 ekor/wadah
keranjang.
2.
Persiapan Pakan Uji
a. Persiapan Tepung Uji
Pembuatan pakan dilakukan secara bertahap.
Adapun
yang
dilakukan
pertama
adalah
mempersiapkan buah labu kuning, buah wortel dan ubi
jalar ungu. Proses pembuatan tepung yakni dengan
mencuci buah yang didapat dengan bersih, lalu setelah
itu kupas kulitnya dan dilakukan pemarutan dengan
cara memarut tipis tipis dengan ketebalan ± 1 mm
kemudian setelah masing masing buah sudah diparut,
selanjutnya yang dilakukan adalah dengan mengeringanginkan. Hingga kadar air berkurang, dan setelah
kering, maka buah tersebut dihaluskan menggunakan
blender yang bertujuan untuk mendapatkan tekstur
yang halus sampai kemudian menjadi tepung.
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
16
Gambar 6. Pemarutan dan pengeringan buah
(Dokumentasi Pribadi, 2022)
b. Coating Pakan
Pada persiapan pakan ikan yang digunakan
berupa pelet ikan. K (Kontrol) tanpa penambahan
tepung, A (tepung labu kuning 15%) B (tepung wortel
15%), C (tepung ubi jalar ungu 15%). dengan berat
bersih pakan berjumlah 100 gram dan tepung buah
masing-masing perlakuan berjumlah 15 gram. Pelet
yang digunakan adalah pelet Otohime yang diproduksi
dari Negara Jepang. Pelet Otohime mempunyai ukuran
pelet C1 atau 900 mikron. Pelet ini mengandung
protein sebesar 55%, lipid 9%, serat 1,9%, dan kadar
air 8%. Alat dan bahan yang harus dipersiapkan adalah
pelet, tepung buah, perekat, aquades, timbangan
digital, dan molen mini manual. adapun pembuatannya
dilakukan secara bertahap dengan menimbang bahanbahan yang telah dipersiapkan yaitu pelet seberat 80 g,
tepung buah 15 g, perekat 5 g dan aquades seberat 125
ml.
langkah
menggunakan
utama
air
yaitu
aquades
melarutkan
yang
perekat
dihangatkan.
Selanjutnya perekat di masukkan kedalam botol
semprot, kemudian masukkan pelet kedalam molen
mini manual dan semprot pelet tersebut menggunakan
larutan perekat, dan diaduk dengan cara memutar
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
17
molen mini manual hingga permukaan pelet basah
secara merata, langkah selanjutnya adalah masukkan
tepung buah yang telah disiapkan ke dalam molen mini
manual kemudian putar lagi molen hingga tepung
menempel di pelet yang telah disemprot larutan
perekat. Langkah terakhir ketika pakan keseluruhan
telah tercampur maka selanjutnya adalah pakan
dikeringanginkan. Setelah kering bobot pakan harus
sesuai dosis penelitian yaitu memiliki bobot akhir 100
g pakan.
Gambar 7. Penyemprotan perekat ke pakan
(Dokumentasi Pribadi, 2022)
c. Biaya Pembuatan Pakan
Dalam proses pembuatan pakan perlu melihat
perhitungan pembiayaan dalam pembuatan pakan,
mulai dari harga bahan-bahan mentahnya hingga
menjadi tepung serta merincikan bahan tersebut
hingga dicampur menjadi 100 g pakan utuh. Adapun
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
18
perhitungan biaya pembuatan pakan ini dilakukan
bertujuan untuk mengetahui informasi mengenai
berapa biaya yang dibutuhkan untuk membuat 100 g
pakan dari harga bahan-bahan yang dibutuhkan. Mulai
dari pakan kontrol, perlakuan A (Tepung labu kuning),
perlakuan B (Wortel) dan perlakuan C (Tepung ubi
jalar ungu). Adapun rincian biaya pembuatan pakan
akan disajikan pada tabel dibawah sebagai berikut.
Tabel 4. Harga bahan pakan keseluruhan
No
1
2
3
4
5
Bahan
Jumlah/
berat
Labu Kuning
10
Wortel
12
Ubi Jalar
4
Ungu
Perekat
1
Pelet
1
Otohime C1
Satuan
Harga/kg
Total Harga
kg
kg
kg
Rp. 7.000
Rp. 17.000
Rp. 10.000
Rp. 70.000
Rp. 204.000
Rp. 40.000
kg
kg
Rp. 17.000
Rp. 200.000
Rp. 17.000
Rp. 200.000
Total Keseluruhan
Rp. 531.000
Tabel 5. Biaya pembuatan pakan kontrol tanpa menggunakan
tepung
No
1
Keterangan
Jumlah
Bahan
Bahan (g)
Pelet
Otohime C1
80
Harga per kg
Biaya
Rp. 200.000
Rp. 16.000
Total
Rp. 16.000
Tabel 6. Biaya pembuatan pakan A menggunakan tepung labu
kuning
No
1
Keterangan
Bahan
Pelet Otohime C1
Jumlah Bahan
(g)
80
Harga
per kg
200.000
Biaya
16.000
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
19
2
Tepung Labu Kuning
15
70.000
1.050
3
Perekat
5
17.000
85
Total
17.135
Tabel 7. Biaya pembuatan pakan B menggunakan tepung
wortel
No
1
Keterangan
Bahan
Pelet Otohime C1
Jumlah Bahan
(g)
80
Harga
per kg
200.000
16.000
2
Tepung Wortel
15
170.000
2.550
3
Perekat
5
17.000
85
Total
Biaya
18.635
Tabel 8. Biaya pembuatan pakan C menggunakan tepung ubi
jalar ungu
No
1
Keterangan
Bahan
Pelet Otohime C1
Jumlah
Bahan (g)
80
Harga
per kg
200.000
Biaya
16.000
2
Tepung Ubi Jalar Ungu
15
40.000
600
3
Perekat
5
17.000
85
Total
3.
16.685
Persiapan Kotak Foto
Persiapan kotak foto dilakukan dengan membuatnya
terlebih dahulu menggunakan bahan dasar kardus yang
dilapisi dengan material flexi atau spanduk berwarna putih,
kemudian dipotong membentuk pola persegi sehingga
membentuk kotak lalu studio tersebut dirancang berbentuk
mini dengan ukuran, dan bisa dilipat bertujuan agar lebih
praktis dan mudah dibawa dan diaplikasikan dimana saja.
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
20
Selanjutnya memberikan kotak foto dengan lampu LED strip 3
mata 220 Volt.
Gambar 8. Lampu LED strip 3 mata dan kotak foto
(Dokumentasi Pribadi, 2022)
Lampu LED dirangkai di dalam kotak foto yang telah
disiapkan,tepatnya dibagaian dalam langit-langit kotak foto,
agar cahaya dari lampu LED menyorot keseluruh ruangan
kotak foto. Melakukan pemotretan sebelumnya sangat penting
untuk melihat apakah ruangan didalam kotak foto tersebut
sudah mendapatkan cahaya yang optimal. Pengukuran
intensitas cahaya sangat penting untuk dilakukan agar dapat
menjadi tolak ukur, berapa besaran intensitas cahaya yang
terdapat di dalam kotak foto tersebut. Cahaya lampu membuat
ruangan didalam kotak foto menjadi terang dan objek tubuh
ikan badut yang akan dipotret akan terlihat jelas. Mengukur
intensitas cahaya lampu LED yang terdapat pada kotak foto
diukur menggunakan lux meter, dan setelah dilakukan
pengukuran, intensitas cahaya yang terdapat didalam kotak
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
21
foto mini ini memiliki nilai intensitas cahaya sebesar 1043 lux.
Pengukuran intensitas cahaya pada kotak foto dapat dilihat
pada Gambar 9.
Gambar 9. Pengukuran intensitas cahaya menggunakan lux
meter
(Dokumentasi Pribadi, 2022)
Pemotretan ikan badut dilakukan menggunakan kamera
ponsel bermerek Iphone XS MAX yang mempunyai spesifikasi
sebagai berikut:
Tabel 9. Spesifikasi kamera belakang Iphone XS MAX
No
Spesifikasi
1 Kamera ganda telefoto dan wide‑angle 12 MP
2 Wide‑angle: bukaan ƒ/1.8
3 Telefoto: bukaan ƒ/2.4
4 Zoom optik 2x; zoom digital hingga 10x
5 Mode Potret dengan bokeh yang disempurnakan dan
Depth Control
6 Pencahayaan Potret dengan 5 efek
7 Penstabilan gambar optik ganda
8 Lensa enam elemen
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
22
9
10
11
12
13
14
15
16
17
4.
Flash True Tone Quad‑LED dengan Slow Sync
Penutup lensa kristal safir
Sensor penerangan sisi belakang
Filter IR hibrida
Fokus otomatis dengan Focus Pixels
Ketuk untuk fokus dengan Focus Pixels
Smart HDR untuk foto
Pemetaan warna lokal
Koreksi mata merah yang disempurnakan
Pemeliharaan Ikan Badut
Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan
badut Premnas biaculeatus, usia 3
bulan, dengan ukuran
panjang ± 3 cm, sebanyak 20 ekor, Ikan yang digunakan adalah
ikan badut jantan. Bak pemeliharaan yang digunakan sebanyak
1 unit yang dilengkapi dengan aerator untuk suplai oksigen
dan bak diisi wadah keranjang sebanyak 20 unit. Padat
penebaran benih ikan badut adalah 1 ekor/wadah. Feeding
rate (FR) sebesar 5% dari bobot tubuh ikan dan diberikan 2
kali sehari yaitu pagi dan sore (Ghufran & Kordi, 2011).
Pemeliharaan yang terdapat di BPBL Batam mempunyai
manajemen pemberian pakan yang terstruktur sesuai dengan
kegiatan pembenihan ikan badut yang terdapat disana, yaitu
dengan memberikan pakan diberikan setiap tiga kali sehari
pada pagi pukul 08.00, siang pukul 12.00 dan sore hari pada
pukul 16.00. Pakan yang diberikan adalah pelet komersial
dengan merek dagang Otohime ukuran C1 800 mikron, dengan
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
23
campuran tepung buah labu kuning, wortel dan ubi jalar ungu
sesuai dosis pada masing-masing perlakuan sebanyak 15%.
5.
Pengelolaan kualitas air
Selama pemeliharaan berlangsung, pengelolaan kualitas
air dilakukan dengan membersihkan wadah keranjang, dan
mencuci media bak setiap seminggu sekali atau melakukan
pergantian air. Pergantian air ini dilakukan dengan cara
menguras kering air yang ada didalam bak, kemudian bak
dicuci dengan cara di sikat dan di bersihkan menggunakan
kaporit dan sabun detergen. Setelah bak bersih dari lumut dan
sisa kotoran, kemudian bak dibilas serta dilakukan pengisisan
air laut kembali ke dalam bak. Setelah air terisi dan aerator
sudah dipasang pada bak. Kemudian ikan dimasukkan kembali
kedalam bak pemeliharaan ini dilakukan setiap satu minggu
sekali. Setiap harinya pembersihan sisa pakan atau feses di
dasar bak dilakukan menggunakan teknik penyiponan.
Penyiponan dilakukan setiap hari agar feses dapat dikeluarkan
dari wadah sehingga tidak terjadi penumpukan serta
meningkatnya kadar amonia (Kalidupa et al., 2018).
6.
Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan cara mengukur
parameter-parameter yang diamati selama penelitian. Adapun
pengambilan data untuk pengukuran warna ikan badut
dilakukan menggunakan kamera ponsel bermerek Iphone XS
MAX dan selanjutnya gambar hasil pemotretan ikan uji akan
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
24
diukur menggunakan software Adobe photoshop CS4 untuk
dilihat berapa nilai tingkat kecerahan indeks RGB pada warna
merah dan putih di badan ikan badut. Kemudian pertumbuhan
panjang mutlak menggunakan penggaris, adapun ikan yang
diukur mulai dari ujung kepala hingga ujung ekor, lalu untuk
mengukur pertumbuhan bobot mutlak dilakukan dengan
menggunakan timbangan emas digital ketelitian 0,01 g.
Parameter kualitas air diamati menggunakan alat-alat tertentu
untuk mengukur kadar kualitas di dalam suatu perairan dalam
hal ini air laut, yaitu dengan menggunakan pH meter, DO meter,
saltmeter, dan thermometer.
A.
Parameter Penelitian
Parameter penelitian yang diamati selama penelitian
terdiri dari ; pengukuran warna ikan badut, pertumbuhan
bobot
mutlak,
pertumbuhan
panjang
mutlak,
tingkat
kelangsungan hidup dan analisis kualitas air.
1.
Pengukuran Warna Ikan Badut
Teknik mengambil gambar pada ikan badut ketika
proses pemotretan yaitu ikan badut di serok dari bak
pemeliharaan kemudian ikan diletakkan kedalam kotak foto
mini yang didalamnya terdapat akuarium kecil yang didesain
memiliki latar belakang green screen, sebagai wadah saat akan
mengambil gambar ikan, tujuan diberi green screen
agar
warna putih pada tubuh ikan badut tidak tercampur dengan
warna putih pada bahan flexi pada kotak foto. Pemotretan
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
25
dilakukan di kotak foto mini bertujuan agar pencahayaan yang
ada didalam kotak foto tersebut stabil dan tidak terpengaruh
dari kondisi pencahayaan diluar ruangan. Kotak foto diberi
lampu LED warna putih. Kemudian sebelum melakukan
pemotretan, hal yang harus diperhatikan adalah jarak antara
kamera dan akuarium ± 15 cm agar pada saat pemotretan hasil
foto atau gambar ikan uji pada setiap perlakuan dan ulangan
seragam atau sama mulai dari awal penelitian hingga akhir
penelitian.
A
B
Gambar 10. Skema pemotretan ikan uji menggunakan kamera
dan kotak foto (Keterangan : A). Tampak depan, B). Tampak
keseluruhan)
Langkah utama untuk penggunaan metode ini yaitu
siapkan kotak foto dan kamera untuk mengambil gambar ikan
uji yang akan diamati, lalu buka aplikasi Adobe photoshop CS4
di laptop, kemudian import gambar ikan yang telah difoto,
setelah itu pilih menu Eyedropper Tool, klik di bagian tubuh
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
26
ikan uji yang telah ditentukan pada titik tertentu untuk
pengambilan nilai RGB nya, maka setelah di klik akan muncul
nilai indeks RGB nya. Gambar 11 yang disajikan terdapat 6 titik
pengambilan nilai indeks RGB pada bagian yang diukur
meliputi kepala, badan dan ekor pada warna merah dan putih
yang terdapat pada tubuh ikan badut, Pengukuran nilai indeks
RGB dapat dilihat pada Gambar 11.
Kepala Putih
Badan putih
..
Kepala Merah
Badan Merah
Ekor putih
..
. .
Ekor Merah
Gambar 11. Pengukuran nilai indeks RGB menggunakan
adobe photoshop CS4
(Dokumentasi Pribadi, 2022)
Titik tersebut merupakan titik pengambilan nilai RGB pada
beberapa bagian tertentu, titik diambil dari persilangan garis
horizontal yang terletak tepat ditengah badan ikan badut, yang
kemudian titik-titik yang terdapat pada persilangan garis
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
27
horizontal tersebut akan digunakan sebagai point untuk
megarahkan kursor eyedropper tool untuk melihat nilai indeks
RGB nya, kemudian dilakukan penjumlahan pada nilai
indeksnya di setiap ulangan. Pengamatan kecerahan warna
yang muncul pada ikan badut ini mengacu pada penelitian
(Sigit, 2020) yaitu diukur menggunakan aplikasi Adobe
Photoshop CS4.
2.
Pertumbuhan Bobot Mutlak
Pengukuran pertumbuhan bobot mutlak dilakukan
dengan cara menimbang berat ikan badut yang dipelihara.
Penimbangan dilakukan setiap seminggu sekali. Perhitungan
pertumbuhan bobot mutlak dilakukan dengan menggunakan
rumus (Effendi, 1997) sebagai berikut:
𝐖 = 𝐖𝐭 − 𝐖𝟎
Keterangan :
W : Pertumbuhan bobot mutlak (g)
Wt : Bobot rata-rata ikan uji diakhir penelitian (g)
W0 : Bobot rata-rata ikan uji diawal penelitian (g)
3.
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pengukuran pertumbuhan panjang mutlak dilakukan
dengan cara mengukur panjang ikan badut yang dipelihara.
Pengukuran dilakukan setiap seminggu sekali. Perhitungan
pertumbuhan panjang mutlak dilakukan dengan menggunakan
rumus (Effendi, 1997) sebagai berikut:
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
28
𝐋 = 𝐋𝐭 − 𝐋𝟎
Keterangan :
L : Pertumbuhan panjang mutlak (cm)
Lt : Panjang rata-rata ikan uji diakhir penelitian (cm)
L0 : Panjang rata-rata ikan uji diawal penelitian (cm)
4.
Tingkat Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup adalah perbandingan
jumlah ikan yang hidup pada akhir dan awal penelitian.
Persentasi kelangsungan hidup pada ikan badut dihitung
dengan menggunakan rumus Effendie, (1997) sebagai berikut:
𝐒𝐑 =
𝐍𝐭
𝐱 𝟏𝟎𝟎%
𝐍𝐨
Keterangan :
SR : Tingkat kelangsungan hidup hewan uji (100%)
Nt : Jumlah ikan uji pada akhir penelitian (ekor)
No : Jumlah ikan uji pada awal penelitian (ekor)
5.
Pengukuran Kualitas Air
Parameter kualitas air yang akan diukur meliputi suhu,
dissolved oxygen (DO), pH meter, dan salinitas. Alat yang
digunakan adalah; thermometer untuk mengukur suhu, pH
meter digunakan untuk mengukur pH, DO meter digunakan
untuk mengukur DO (Dissolved oxygen), Refraktometer
digunakan untuk mengukur salinitas.
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
29
Tabel 10. Persyaratan Kualitas Air Pemeliharaan Ikan Hias
Badut
No
Parameter
Standar Mutu
Satuan
Kualitas Air
1
Suhu
27 – 30 *
°C
2
Salinitas
30 – 34 *
ppt
3
DO
>4,0 *
mg/l
4
pH
7 - 8,5 *
(*) Berdasarkan baku mutu air laut untuk biota laut.
Sumber : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 51
tahun 2004.
B.
Analisis Data
Data perubahan warna ikan badut, pertumbuhan bobot
mutlak, pertumbuhan panjang mutlak dan kelangsungan hidup
yang didapatkan selama penelitian ini akan disajikan dalam
bentuk tabel dan grafik. Data kualitas air akan disajikan secara
deskriptif. Kemudian data akan dilakukan uji normalitas dan
homogenitas setelah data penelitian dinyatakan normal dan
homogen maka dilakukan Analysis of variance (ANOVA).
Apabila data menunjukkan perbedaan nyata (p<0,05) maka
dilakukan uji lanjutan tiap perlakuan menggunakan uji post
hoc test (Tukey) untuk menentukan perbedaan antar
perlakuan.
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
30
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Perubahan nilai indeks RGB pada warna badan merah
dan badan putih, merupakan hasil pengukuran dari minggu
awal dan minggu akhir selama pengamatan berlangsung yaitu
28 hari atau selama 4 minggu. Hasil parameter perubahan
warna ikan badut selama penelitian sebagai berikut:
1.
Perubahan kecerahan warna badan merah ikan
badut jenis Premnas biaculeatus pada nilai indeks R,
G dan B
Perubahan warna merah di badan pada nilai indeks R
(Red) diukur dengan cara menghitung jumlah nilai indeks R
pada akhir penelitian dikurangi dengan nilai indeks R pada
awal penelitian. Perubahan warna merah di badan pada indeks
R (Red) disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 12.
Perubahan warna merah
pada nilai indeks R (Red)
K
0,0
-2,0
-4,0
-6,0
-8,0
-10,0
-12,0
-14,0
-16,0
(-8,7±3,5)a
A
B
C
(-9,5±2,3)a
(-10,5±1,3)a
(-14,1±4,1)a
Perlakuan
Gambar 12. Perubahan warna merah ikan badut pada nilai
indeks R (Red) di setiap perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
31
penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung
wortel 15%, C) Tepung ubi jalar ungu 15%.)
Gambar 12. menunjukkan bahwa perubahan warna
badan merah pada indeks R (Red) tertinggi terdapat pada
perlakuan B (-14,1±4,1) diikuti dengan perlakuan A (10,5±1,3) dan selanjutnya perlakuan C (-9,5±2,3) dan kontrol
K (-8,7±3,5). Nilai signifikansi p 0,056 (p >0,05), yang berarti
bahwa perubahan warna badan merah pada nilai indeks R
(Red) tidak berbeda nyata. Maka dilanjutkan dengan uji
homogenitas setelah dilakukan uji Anova didapati hasil data
homogen. Dapat dikatakan bahwa pemberian tepung labu
kuning, wortel dan ubi jalar ungu, tidak memberikan
perbedaan secara nyata atau signifikan terhadap perubahan
warna R (Red) pada badan merah ikan badut Premnas
biaculeatus.
80,0
70,0
60,0
50,0
61,7
53,0
73,4
62,9
67,7
53,6
72,3
62,7
40,0
R (M0)
30,0
R (M4)
20,0
10,0
0,0
K
A
B
Perlakuan
C
Gambar 13. Grafik rata-rata nilai awal (M0) dan nilai akhir
(M4) indeks R (Red) pada warna merah disetiap perlakuan.
(Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
32
kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Tepung ubi jalar ungu
15%.)
Hasil paired T test perbandingan pada nilai R kondisi
awal warna merah dengan nilai R pada kondisi akhir warna
merah baik pada kontrol dan disetiap perlakuan tidak terdapat
perbedaan yang nyata (p>0,05), namun yang memberikan
pengaruh paling tinggi adalah perlakuan B dengan nilai
perubahannya -14,1±4,1.
Perubahan warna merah di badan pada nilai indeks G
(Green) diukur dengan cara menghitung jumlah nilai indeks G
pada akhir penelitian dikurangi dengan nilai indeks G pada
awal penelitian. Perubahan warna merah di badan pada indeks
G (Green) disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 14.
Perubahan warna
merah pada nilai indeks
G (Green)
K
A
B
C
0,0
-5,0
-10,0 (‑8,9±2,7)a
-15,0
-20,0
(‑9,0±1,6)a
(‑14,0±10,3)a
(‑16,1±3,8)a
Perlakuan
Gambar 14. Perubahan warna merah ikan badut pada nilai
indeks G (Green) di setiap perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa
penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung
wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.)
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
33
Gambar 14 menunjukkan perubahan warna badan
merah pada nilai indeks G (Green) tertinggi terdapat pada
perlakuan B (-16,1±3,8) diikuti dengan perlakuan A (14,0±10,3) dan selanjutnya perlakuan C (-9,0 ±1,6) dan
perlakuan K (-8,9±2,7). Hasil uji Anova nilai signifikansi p
0,155 (p>0,05), yang berarti bahwa perubahan warna badan
merah pada nilai G (Green) tidak berbeda nyata. Maka
dilanjutkan dengan uji homogenitas setelah dilakukan uji
homogenitas didapati hasil data tidak homogen. Kemudian
dilanjutkan
dengan
uji
Kruskall-Wallis
dengan
nilai
signifikansi p 0,125 Dapat dikatakan bahwa pemberian tepung
labu kuning, wortel dan ubi jalar ungu, tidak memberikan
perbedaan secara nyata atau signifikan terhadap perubahan
warna G (Green) pada badan merah ikan badut Premnas
biaculeatus.
70,0
60,0
50,0
40,0
55,3
46,4
60,6
46,6
63,1
47,0
66,4
57,4
G (M0)
30,0
G (M4)
20,0
10,0
0,0
K
A
B
Perlakuan
C
Gambar 15. Grafik rata-rata nilai awal (M0) dan nilai akhir
(M4) indeks G (Green) pada warna merah disetiap perlakuan
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
34
(Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu
kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.)
Hasil paired T test perbandingan pada nilai G kondisi
awal warna merah dengan nilai G pada kondisi akhir warna
merah baik pada kontrol dan disetiap perlakuan tidak terdapat
perbedaan yang nyata (p >0,05), namun yang memberikan
pengaruh paling tinggi adalah perlakuan B dengan nilai
perubahannya -16,1±3,8.
Perubahan warna merah di badan pada nilai indeks B
(Blue) diukur dengan cara menghitung jumlah nilai indeks B
pada akhir penelitian dikurangi dengan nilai indeks B pada
awal penelitian. Perubahan warna merah di badan pada indeks
B (Blue) disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 16.
Perubahan warna merah
pada nilai indeks B (Blue)
K
0,0
-1,0
-2,0
-3,0
-4,0
-5,0
-6,0
-7,0
-8,0
-9,0
-10,0
A
(‑2,7±3,5)a
B
C
(‑4,4±6,2)a
(‑9,3±5,8)a
Perlakuan
(‑7,7±4,1)a
Gambar 16. Perubahan warna merah ikan badut pada nilai
indeks B (Blue) di setiap perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa
penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung
wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.)
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
35
Gambar 16 menunjukkan bahwa perubahan warna
badan merah pada nilai indeks B (Blue) tertinggi terdapat pada
perlakuan B (-9,3±5,8) diikuti dengan perlakuan C (-7,7±4,1)
dan selanjutnya perlakuan A (-4,4±6,2) dan kontrol K (2,7±3,5). Nilai signifikansi p 0,543 (p >0,05), yang berarti
bahwa perubahan warna badan merah pada nilai B (Blue) tidak
berbeda nyata. Maka dilanjutkan dengan uji homogenitas
setelah dilakukan uji homogenitas didapati hasil data homogen
setelah diuji Anova dan dapat dikatakan bahwa pemberian
tepung labu kuning, wortel dan ubi jalar ungu, tidak
memberikan perbedaan secara nyata atau signifikan terhadap
perubahan nilai B (Blue) pada badan merah ikan badut
Premnas biaculeatus.
25,0
20,2
20,0
15,0
10,0
5,0
11,1
8,3
13,3
8,9
18,4
10,9
10,7
B
C
B (M0)
B (M4)
0,0
K
A
Perlakuan
Gambar 17. Grafik rata-rata nilai awal (M0) dan nilai akhir
(M4) indeks B (Blue) pada warna merah disetiap perlakuan
(Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu
kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.)
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
36
Hasil paired T test perbandingan pada nilai B kondisi
awal warna merah dengan nilai B pada kondisi akhir warna
merah baik pada kontrol dan disetiap perlakuan terdapat
perbedaan yang nyata (p >0,05), namun yang memberikan
pengaruh paling tinggi adalah perlakuan B dengan nilai
perubahannya -9,3±5,8.
2.
Perubahan kecerahan warna badan putih ikan
badut jenis Premnas biaculeatus pada nilai indeks
R, G dan B
Perubahan warna putih di badan pada nilai indeks R
(Red) diukur dengan cara menghitung jumlah nilai indeks R
pada akhir penelitian dikurangi dengan nilai indeks R pada
awal penelitian. Perubahan warna putih di badan pada indeks
R (Red) disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 18.
Perubahan warna putih
pada nilai indeks R (Red)
30,0
25,0
(28,3±0,8)a
20,0
(23,5±1,2)c
(25,1±1,0)a
(22,5±1,7)b
15,0
10,0
5,0
0,0
K
A
B
Perlakuan
C
Gambar 18. Perubahan warna putih ikan badut pada nilai
indeks R (Red) di setiap perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa
penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung
wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.)
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
37
Gambar 18 menunjukkan perubahan warna badan putih
pada nilai indeks
R tertinggi terdapat pada kontrol K
(28,3±0,8) diikuti dengan perlakuan B (25,1±1,0) dan
selanjutnya perlakuan A (23,5±1,2) dan perlakuan C
(22,5±1,7). Hasil uji Anova nilai signifikansi p <0,001 (p<0,05),
yang berarti bahwa perubahan warna badan putih pada nilai
indeks R (Red) berbeda nyata. Maka dilanjutkan dengan uji
post hoc test tukey, hasil uji lanjut tukey menunjukkan bahwa
perlakuan A (labu kuning 15%), tidak berbeda nyata terhadap
perlakuan B (wortel 15%), dan perlakuan C (ubi jalar namun
berbeda nyata terhadap kontrol K (tanpa penambahan
tepung), kemudian perlakuan B (wortel 15%), berbeda nyata
terhadap perlakuan C (ubi jalar ungu 15%) serta kontrol K
(tanpa penambahan tepung) kemudian perlakuan C (Ubi jalar
ungu 15% %) berbeda nyata terhadap perlakuan K (tanpa
penambahan tepung).
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
38
180,0
160,0
140,0
120,0
168,1
139,7
163,4
139,9
164,8
139,7
162,9
140,4
100,0
R (M0)
80,0
R (M4)
60,0
40,0
20,0
0,0
K
A
Perlakuan
B
C
Gambar 19. Grafik rata-rata nilai awal (M0) dan nilai akhir
(M4) indeks R (Red) pada warna putih disetiap perlakuan.
(Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu
kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.)
Hasil paired T test perbandingan pada nilai R kondisi
awal warna putih dengan nilai R pada kondisi akhir warna
putih baik pada kontrol dan disetiap perlakuan terdapat
perbedaan yang nyata (p <0,05), namun yang memberikan
pengaruh paling tinggi adalah kontrol K dengan nilai
perubahannya -28,3±0,8.
Perubahan warna putih di badan pada nilai indeks G
(Green) diukur dengan cara menghitung jumlah nilai indeks G
pada akhir penelitian dikurangi dengan nilai indeks G pada
awal penelitian. Perubahan warna putih di badan pada indeks
G (Green) disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 20.
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
39
Perubahan warna putih pada
nilai indeks G (Green)
40,0
35,0
30,0
(34,5±3,1)a
(23,2±1,2)a
25,0
20,0
(26,9±2,0)b
15,0
(17,9±2,0)c
10,0
5,0
0,0
K
A
Perlakuan
B
C
Gambar 20. Perubahan warna putih ikan badut pada nilai
indeks G (Green) di setiap perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa
penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung
wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.)
Gambar 20 menunjukkan bahwa perubahan warna
badan putih pada nilai indeks G (Green) tertinggi terdapat pada
Kontrol K (34,5±3,1) diikuti dengan perlakuan B (26,9±2,0)
dan selanjutnya perlakuan A (23,2±1,2) dan perlakuan C
(17,9±2,0). Hasil uji Anova nilai signifikansi p <0,001 (p <0,05),
yang berarti bahwa perubahan warna badan merah pada nilai
R berbeda nyata. Maka dilanjutkan dengan uji post hoc test
tukey, hasil uji lanjut tukey menunjukkan bahwa perlakuan A
(labu kuning 15%), tidak berbeda nyata terhadap perlakuan B
(Wortel 15%), namun perlakuan A (labu kuning 15%) berbeda
nyata terhadap perlakuan C (ubi jalar ungu 15%), dan kontrol
K (tanpa penambahan tepung), selanjutnya pada perlakuan B
(wortel 15%), berbeda nyata terhadap perlakuan C (ubi jalar
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
40
ungu 15%) serta kontrol K (tanpa penambahan tepung) diikuti
dengan perlakuan C (Ubi jalar ungu 15%) yang berbeda nyata
terhadap perlakuan K (tanpa penambahan tepung).
220,0
210,0
214,7
203,5
200,0
206,5
190,0
180,0
180,2
180,3
K
A
179,6
197,8
179,9
G (M0)
G (M4)
170,0
160,0
B
Perlakuan
C
Gambar 21. Grafik rata-rata nilai awal (M0) dan nilai akhir
(M4) indeks G (Green) pada warna putih disetiap perlakuan.
(Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu
kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.)
Hasil paired T test perbandingan pada nilai G kondisi
awal warna putih dengan nilai G pada kondisi akhir warna
putih baik pada kontrol dan disetiap perlakuan terdapat
perbedaan yang nyata (p <0,05), namun yang memberikan
pengaruh paling tinggi adalah kontrol K dengan nilai
perubahannya -34,5±3,1.
Perubahan warna putih di badan pada nilai indeks B
(Blue) diukur dengan cara menghitung jumlah nilai indeks B
pada akhir penelitian dikurangi dengan nilai indeks B pada
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
41
awal penelitian. Perubahan warna putih di badan pada indeks
Perubahan warna putih
pada nilai indeks B (Blue)
B (Blue) disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 21.
30,0
25,0
(28,5±1,0)a
20,0
b
(24,1±1,1)a (25,2±1,3)
(20,0±1,7)c
15,0
10,0
5,0
0,0
K
A
B
Perlakuan
C
Gambar 22. Perubahan warna putih ikan badut pada nilai
indeks B (Blue) di setiap perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa
penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung
wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.)
Gambar 22. menunjukkan bahwa perubahan warna
badan putih pada nilai indeks B (Blue) tertinggi terdapat pada
kontrol K (28,5±1,0) diikuti dengan perlakuan B (25,2±1,3)
dan selanjutnya perlakuan A (24,4±1,1) dan perlakuan C
(20,0±1,7). Hasil uji Anova nilai signifikansi p <0,001 (p <0,05),
yang berarti bahwa perubahan warna badan putih pada nilai
indeks B (Blue) berbeda nyata. Maka dilanjutkan dengan uji
post hoc test (Tukey), hasil uji lanjut tukey menunjukkan
bahwa perlakuan A (labu kuning 15%), tidak berbeda nyata
terhadap perlakuan B (wortel 15%), namun berbeda nyata
terhadap perlakuan C (ubi jalar ungu 15%) dan kontrol K
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
42
(tanpa penambahan tepung). kemudian perlakuan B (wortel
15%) berbeda nyata terhadap perlakuan C (ubi jalar ungu
15%)dan kontrol K dan selanjutnya perlakuan C (ubi jalar
ungu 15%) berbeda nyata terhadap kontrol K (tanpa
penambahan tepung).
180,0
160,0
140,0
120,0
100,0
80,0
60,0
40,0
20,0
0,0
158,0
129,5
154,8
130,4
156,0
130,8
154,1
134,1
B (M0)
B (M4)
K
A
B
C
Perlakuan
Gambar 23. Grafik rata-rata nilai awal (M0) dan nilai akhir
(M4) indeks B (Blue) pada warna putih disetiap perlakuan.
(Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu
kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.)
Hasil T test perbandingan pada nilai B kondisi awal
warna putih dengan nilai B pada kondisi akhir warna putih
baik pada kontrol dan disetiap perlakuan terdapat perbedaan
yang nyata (p <0,05), namun yang memberikan pengaruh
paling tinggi adalah kontrol K dengan nilai perubahannya
(28,5±1,0).
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
43
3.
Perubahan kecerahan warna badan merah ikan
badut jenis Amphiprion percula pada nilai indeks R,
G dan B
Perubahan warna merah di badan pada nilai indeks R
(Red) diukur dengan cara menghitung jumlah nilai indeks R
pada akhir penelitian dikurangi dengan nilai indeks R pada
awal penelitian. Perubahan warna merah di badan pada indeks
R (Red) disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 24.
Nilai R (Red) badan Merah
25,0
20,0
16.5 ± 1.5
15,0
20.5 ± 1.3 ͣ
17.5 ± 2.8 ᵇ 16.5 ± 1.0 ᵇ
10,0
5,0
0,0
K
A
B
Perlakuan
C
Gambar 24. Perubahan warna merah ikan badut pada nilai
indeks R (Red) di setiap perlakuan (Keterangan : K). Tanpa
penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung
wortel 15%, C) Tepung ubi jalar ungu 15%.)
Gambar 24. Menunjukan perubahan warna merah pada
indeks nilai R (Red) tertinggi terdapat pada perlakuan A
(20.5±1.3) diikuti dengan perlakuan B (17.5±2.8) dan
selanjutnya perlakuan C (16.5±1.0) dan kontrol K (16.5±1.5).
Nilai signifikansi p 0.006 (p<0,05), yang berarti bahwa
perubahan warna badan merah pada nilai R berbeda nyata.
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
44
Maka dilanjutkan dengan uji tukey. Dapat dinyatakan bahwa
perlakuan A berbeda nyata terhadap berbeda nyata terhadap
perlakuan B, C dan K, sedangkan perlakuan B tidak beda nyata
terhadap perlakuan C dan K , dan perlakuan C juga tidak beda
nyata terhadap kontrol K.
108,3
120
100
80
83,1
99,5
87,7
101,2
83,7
80,5
96,9
R M0
60
R M4
40
20
0
K
A
Perlakuan
B
C
Gambar 25. Grafik rata-rata nilai awal (M0) dan nilai
akhir (M4) indeks R (Red) pada warna merah disetiap
perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A).
Tepung labu kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Tepung
ubi jalar ungu 15%.)
Hasil perbandingan pada nilai rata-rata R (red) m0-m4
warna merah dengan nilai warna merah (Red) disetiap
perlakuan
berbeda
nyata
(p<0,05)
yang
memberikan
pengaruh paling tinggi adalah perlakuan A dengan nilai
perubahannya 20.5±1.3.
Perubahan warna merah di badan pada nilai indeks G
(Green) diukur dengan cara menghitung jumlah nilai indeks G
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
45
pada akhir penelitian dikurangi dengan nilai indeks G pada
awal penelitian. Perubahan warna merah di badan pada indeks
G (Green) disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 26.
Nilai G (Green) badan Merah
16,5
16.0 ± 1.2 ͣ
Chart
Title
16,0
15,5
15,0
14,5
14.7 ± 2.7
14,0
ͣ
14.5 ± 2.8
13,5
ͣ
13.7 ± 2.3
13,0
ͣ
12,5
K
A
B
Perlakuan
C
Gambar 26. Perubahan warna merah ikan badut pada nilai
indeks G (Green) di setiap perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa
penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung
wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.)
Gambar 26 Menunjukan bahwa perubahan warna merah
pada indeks nilai G (Green) tertinggi terdapat pada perlakuan
A (16.0±1.2) diikuti dengan perlakuan K (14.7±2.7) dan
selanjutnya perlakuan B (14.5 ±2.8) dan perlakuan C
(13.7±2.3). Hasil uji ANOVA nilai signifikansi 0.504 (p>0,05),
yang berarti bahwa perubahan warna badan merah pada nilai
G (Grenn) tidak berbeda nyata dan tidak dilanjuti uju tukey.
Maka dilanjutkan dengan uji homogenitas setelah dilakukan uji
homogenitas didapati hasil data homogen. dengan nilai
signifikansi p 0,508 Dapat dikatakan bahwa pemberian tepung
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
46
labu kuning, wortel dan ubi jalar ungu, tidak memberikan
perbedaan secara nyata atau signifikan terhadap perubahan
warna G (Green) pada warna merah ikan badut Amphiprion
percula.
100,0
90,0
80,0
70,0
60,0
50,0
40,0
30,0
20,0
10,0
0,0
71,1
85,9
70,5
86,5
88,7
74,2
71,7
85,4
G M0
G M4
K
A
B
Perlakuan
C
Gambar 27. Grafik rata-rata nilai awal (M0) dan nilai akhir
(M4) indeks G (Green) pada warna merah disetiap perlakuan.
(Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu
kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.)
Hasil perbandingan pada nilai rata-rata G (green) m0-m4
warna merah dengan kondisi di awal warna merah dengan
nilai G (green) pada kondisi akhir warna merah baik pada
kontrol dan disetiap perlakuan berbeda nyata (p<0,05), yang
memberikan pengaruh paling tinggi adalah perlakuan A
dengan nilai perubahannya 16.0±1.2.
Perubahan warna merah di badan pada nilai indeks B
(Blue) diukur dengan cara menghitung jumlah nilai indeks B
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
47
pada akhir penelitian dikurangi dengan nilai indeks B pada
awal penelitian. Perubahan warna merah di badan pada indeks
B (Blue) disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 28.
Nilai B (Blue) baadan
Merah
16,0
13.6 ± 0.9ͣ
14,0
12,0
10.9 ± 1.5ᵇ
12.7 ± 1.2ͣ
11.7 ± 1.5ͣ
10,0
8,0
6,0
4,0
2,0
0,0
K
A
Perlakuan
B
C
Gambar 28. Perubahan warna merah ikan badut pada nilai
indeks B (Blue) di setiap perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa
penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung
wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.)
Gambar 28. Menunjukan bahwa perubahan warna
merah pada indeks nilai B (Blue) tertinggi terdapat pada
perlakuan A (13.6±0.9) diikuti dengan perlakuan B (12.7±1.2)
dan selanjutnya perlakuan C (11.7±1.5) dan kontrol K
(10.9±1.5). Nilai signifikansi P 0.030 (P<0,05), yang berarti
bahwa perubahan warna badan merah pada nilai B berbeda
nyata. Maka dilanjutkan dengan uji homogenitas setelah
dilakukan uji homogenitas didapati hasil data homogen
dengan nilai 0.760 setelah diuji homogentitas kemudain
dilanjutkan dengan uji lanjut tukey untuk melihat perbedaan
yang nyata antar perlakuan, maka didapatkan hasil bahwa
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
48
perlakuan A tidak berbeda nyata terhadap perlakuan B dan C
namun berbeda nyata terhadap K, sedangkan perlakuan B
tidak beda nyata terhadap perlakuan C dan K diikuti dengan
perlakuan C tidak berbeda nyata terhadap perlakuan K.
30,0
25,0
20,0
15,0
10,0
21,9
10,9
23,6
10,0
22,9
10,3
24,0
12,3
B M0
B M4
5,0
0,0
K
A
B
Perlakuan
C
Gambar 29. Grafik rata-rata nilai awal (M0) dan nilai akhir
(M4) indeks B (Blue) pada warna merah disetiap perlakuan.
(Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu
kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.)
Hasil perbandingan pada nilai rata-rata G (green) m0-m4
warna merah dengan kondisi di akhir warna merah baik pada
kontrol dan disetiap perlakuan berbeda nyata (P<0,05) yang
memberikan pengaruh paling tinggi adalah perlakuan B
dengan nilai perubahannya 10.9±1.5.
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
49
4.
Perubahan kecerahan warna badan putih ikan badut
jenis Amphiprion percula pada nilai indeks R, G dan
B
Perubahan warna putih di badan pada nilai indeks R
(Red) diukur dengan cara menghitung jumlah nilai indeks R
pada akhir penelitian dikurangi dengan nilai indeks R pada
awal penelitian. Perubahan warna putih di badan pada indeks
R (Red) disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 30.
Nilai R (Red) badan Putih
60,0
50,0
40,0
50.8 ± 4.7 ͣ
Chart Title
46.5 ± 2.3 ͣ
30,0
37.1 ± 10.6 ͣ
42.0 ± 4.1 ͣ
20,0
10,0
0,0
K
A
B
Perlakuan
C
Gambar 30. Perubahan warna putih ikan badut pada nilai
indeks R (Red) di setiap perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa
penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung
wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.)
Gambar 30. Menunjukan bahwa perubahan warna
merah pada indeks nilai R (Red) tertinggi terdapat pada
kontrol K (50.8±4.7) diikuti dengan perlakuan A (46.5±2.3)
dan selanjutnya perlakuan C (42,0±4.1) dan perlakuan B
(37.1±10.6).
Hasil uji ANOVA nilai signifikansi < 0.019
(P<0,05), yang berarti bahwa perubahan warna badan putih
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
50
pada nilai R berbeda nyata. Maka dilanjutkan uji homogeny
dengan nilai 0.114 dengan uji post hoc test tukey, hasil uji
lanjut tukey menunjukkan bahwa perlakuan A tidak beda
nyata terhadap perlakuan B C dan K, sedangkan perlakuan B
tidak beda nyata terhadap perlakuan C dan berbeda nyata
terhadap K , dan perlakuan C tidak beda nyata terhadap K.
250,0
200,0
150,0
195.1
144.3
100,0
186.1
139.5
178.5
141.5
175.5
133.5
R M0
R M4
50,0
0,0
K
A
B
Perlakuan
C
Gambar 31. Grafik rata-rata nilai awal (M0) dan nilai akhir
(M4) indeks R (Red) pada warna putih disetiap perlakuan.
(Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu
kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.)
Hasil perbandingan pada nilai rata-rata R (red) m0-m4
warna putih dengan kondisi akhir warna putih baik pada
kontrol dan disetiap perlakuan terdapat perbedaan yang nyata
(P<0,05), dimana, yang memberikan pengaruh paling tinggi
adalah perlakuan K dengan nilai perubahannya 50.8±4.7.
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
51
Perubahan warna putih di badan pada nilai indeks G
(Green) diukur dengan cara menghitung jumlah nilai indeks G
pada akhir penelitian dikurangi dengan nilai indeks G pada
awal penelitian. Perubahan warna putih di badan pada indeks
G (Green) disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 32.
Nilai G (Green) badan Putih
40,0
35,0
33.5 ± 4.4 ͣ
30,0
25,0
20,0
25.7 ± 3.2 ͣ
22.9 ± 2.4 ͣ
28.1 ± 8.0 ͣ
15,0
10,0
5,0
0,0
K
A Perlakuan B
C
Gambar 32. Perubahan warna putih ikan badut pada nilai
indeks G (Green) di setiap perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa
penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung
wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.)
Gambar 32. Menunjukan bahwa rata rata perubahan
warna merah pada indeks nilai G (Green) tertinggi terdapat
pada Kontrol K (33.5±4.4) diikuti dengan perlakuan C
(28.1±8.0) dan selanjutnya perlakuan A (25.7±3.2) dan
perlakuan B (22.9±2.4). Hasil uji ANOVA nilai signifikansi <
0.024 (P<0,05), yang berarti bahwa perubahan warna badan
merah pada nilai G berbeda nyata. Maka dilanjutkan dengan uji
homogeny dengan nilai 0.085 dan uji post hoc test tukey, hasil
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
52
uji lanjut tukey menunjukkan bahwa perlakuan A, tidak
berbeda nyata terhadap perlakuan B, perlakuan C dan K,
selanjutnya pada perlakuan B tidak berbeda nyata terhadap
perlakuan C serta berbeda nyata terhadap perlakuan K diikuti
dengan perlakuan C yang tidak berbeda nyata terhadap
perlakuan K.
250,0
200,0
150,0
221.3
187.8
205.3
179.7
205.9
202.3
179.4
177.7
G M0
G M4
100,0
50,0
0,0
K
A
B
Perlakuan
C
Gambar 33. Grafik rata-rata nilai awal (M0) dan nilai akhir
(M4) indeks G (Green) pada warna putih disetiap perlakuan.
(Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A). Tepung labu
kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.)
Hasil perbandingan pada nilai rata-rata G (green) m0-m4
warna putih dengan pada kondisi akhir warna putih baik pada
kontrol dan disetiap perlakuan berbeda nyata (P<0,05) yang
memberikan pengaruh paling tinggi adalah perlakuan K
dengan nilai perubahannya 33.5±4.4.
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
53
Perubahan warna putih di badan pada nilai indeks B
(Blue) diukur dengan cara menghitung jumlah nilai indeks B
pada akhir penelitian dikurangi dengan nilai indeks B pada
awal penelitian. Perubahan warna putih di badan pada indeks
Nilai B (Blue) badan Putih
B (Blue) disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 34.
25,0
20,0
21.5 ± 4.3 ͣ
19.5 ± 2.4 ͣ
15,0
16.2 ± 2.7
ͣ
14.1 ± 5.1 ͣ
10,0
5,0
0,0
K
A
B
Perlakuan
C
Gambar 34. Perubahan warna putih ikan badut pada nilai
indeks B (Blue) di setiap perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa
penambahan tepung, A). Tepung labu kuning 15%, B) Tepung
wortel 15%, C) Ubi jalar ungu 15%.)
Gambar 34. Menunjukan bahwa perubahan warna
merah pada indeks nilai B (Blue) tertinggi tertinggi terdapat
pada kontrol K (21.5±4.3) diikuti dengan perlakuan A
(19.5±2.4) dan selanjutnya perlakuan B (16.2±2.7) dan
perlakuan C (14.1±5.1). Hasil uji ANOVA nilai signifikansi
<0,023 (P<0,05), yang berarti bahwa perubahan warna badan
merah pada nilai R berbeda nyata. Maka dilanjutkan dengan uji
homogeny 0.189 dan uji post hoc test tukey, hasil uji lanjut
tukey menunjukkan bahwa perlakuan A, tidak berbeda nyata
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
54
terhadap perlakuan B, perlakuan C dan perlakuan K,
selanjutnya pada perlakuan B tidak berbeda nyata terhadap
perlakuan C serta perlakuan K diikuti dengan perlakuan C
yang berbeda nyata terhadap perlakuan K.
180,0
160,0
140,0
120,0
100,0
152.7
131.3
144.2
124.7
140.9
124.7
142.7
128.5
B M0
80,0
B M4
60,0
40,0
20,0
0,0
K
A
B
Perlakuan
C
Gambar 35. Grafik rata-rata nilai awal (M0) dan nilai
akhir (M4) indeks B (Blue) pada warna putih disetiap
perlakuan. (Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A).
Tepung labu kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar
ungu 15%.)
Hasil perbandingan pada nilai rata-rata G (green) m0-m4
warna putih dengan kondisi awal warna putih dengan nilai B
pada kondisi akhir warna putih baik pada kontrol dan disetiap
perlakuan terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05), dimana,
yang memberikan pengaruh paling tinggi adalah kontrol K
dengan nilai perubahannya (21.5±4.3).
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
55
5.
Pertumbuhan Bobot Mutlak Ikan Badut Premnas
biaculeatus dan Amphiprion percula
Pengukuran bobot mutlak dilakukan dengan cara
menimbang berat ikan badut yang dipelihara. Pengukuran
dilakukan setiap sampling atau
7 hari sekali. Nilai
pertumbuhan bobot mutlak pada ikan badut di tampilkan pada
Pertumbuhan Bobot Mutlak
(g)
Gambar 36.
0,35
0,3
0,25
0,2
(0,324±0,01)a
a
(0,246±0,11)a (0,256±0,11)
(0,284±0,03)a
0,15
0,1
0,05
0
K
A
B
Perlakuan
C
Gambar 36. Pertumbuhan bobot mutlak ikan badut Premnas
biaculeatus. (Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A).
Tepung labu kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar
ungu 15%.)
Gambar 36. menunjukkan bahwa pertumbuhan bobot
mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan B (0,324±0,01)
diikuti dengan perlakuan C (0,284±0,03) dan selanjutnya
perlakuan A (0,256±0,11) dan kontrol K (0,246±0,11). Hasil uji
Anova nilai signifikansi p 0,485 (p >0,05), yang berarti bahwa
pertumbuhan bobot mutlak tidak berbeda nyata. Maka
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
56
dilanjutkan dengan uji homogenitas, dan mendapatkan hasil
uji tidak homogen, kemudian dilanjutkan dengan uji
nonparametrik, kruskal wallis dan mendapatkan nilai
signifikansi 0,413 yang berarti Kontrol K (tanpa penambahan
tepung) perlakuan A (labu kuning 15%), perlakuan B (wortel
15%), perlakuan C (ubi jalar ungu 15%) tidak berbeda nyata
terhadap pertumbuhan bobot mutlak.
6.
Pertumbuhan Panjang Mutlak Ikan Badut Premnas
biaculeatus dan Amphiprion percula
Pengukuran panjang mutlak dilakukan dengan cara
mengukur total panjang badan ikan badut mulai dari ujung
kepala
hingga
ujung
ekor
menggunakan
penggaris.
Pengukuran dilakukan setiap sampling atau 7 hari sekali. Nilai
pertumbuhan panjang mutlak pada ikan badut di tampilkan
pada Gambar 25.
Pertumbuhan Panjang
mutlak (cm)
0,7
0,6
0,5
(0,246±0,04)a
(0,54±0,11)a
(0,64±0,05)a
(0,56±0,08)a
0,4
0,3
0,2
0,1
0
K
A
B
C
Perlakuan
Gambar 37. Pertumbuhan panjang mutlak ikan badut Premnas
biaculeatus.(Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A).
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
57
Tepung labu kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar
ungu 15%.)
Gambar 37 menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang
mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan B (0,64±0,05) diikuti
dengan perlakuan C (0,56±0,08) dan selanjutnya perlakuan A
(0,54±0,11) dan kontrol K (0,246±0,04). Hasil uji Anova nilai
signifikansi p 0,137 (p >0,05), yang berarti bahwa
pertumbuhan panjang mutlak tidak berbeda nyata. Maka
dilanjutkan dengan uji homogenitas, dan mendapatkan hasil
uji homogen dengan nilai signifikansi 0,130 yang berarti
Kontrol K (tanpa penambahan tepung) perlakuan A (labu
kuning 15%), perlakuan B (wortel 15%), perlakuan C (ubi jalar
ungu 15%) tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan
panjang mutlak.
7.
Tingkat Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup (survival rate) ikan badut Premnas
biaculeatus dapat dihitung dengan membandingkan jumlah
ikan badut yang hidup pada akhir pemeliharaan dengan jumlah
ikan
badut
pada
awal
pemeliharaan.
Nilai
tingkat
kelangsungan hidup ikan uji disajikan pada Gambar 26.
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
58
Tingkat Kelangsungan
Hidup (%)
120
(100±0,00)a
(100±0,00)a
(100±0,00)a
(100±0,00)a
K
A
B
C
100
80
60
40
20
0
Perlakuan
Gambar 38. Tingkat kelangsungan hidup ikan badut Premnas
biaculeatus. (Keterangan : K). Tanpa penambahan tepung, A).
Tepung labu kuning 15%, B) Tepung wortel 15%, C) Ubi jalar
ungu 15%.)
Gambar 38. menunjukkan nilai rata-rata tingkat
kelangsungan hidup ikan badut pada kontrol K, perlakuan A,
perlakuan B, dan perlakuan C yaitu (100±0,00%). Hasil uji
deskriptif pada kelangsungan hidup menunjukkan semua data
perlakuan identik.
8.
Data Kualitas Air
Nilai kualitas air selama pemeliharaan disajikan pada
Tabel 11 sebagai berikut:
Tabel 11. Nilai standar parameter kualitas air
No
Parameter
Nlai Hasil
Standar
Satuan
Kualitas Air Pengamatan
Mutu
1
Suhu
27-29
27 - 30
°C
2
Salinitas
30-32
30 - 34
ppt
3
DO
5,6-6,4
>4,0
mg/l
4
pH
7,5-8
7 - 8,5
(*) Berdasarkan baku mutu air laut untuk biota laut.
Sumber : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 51
tahun 2004.
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
59
Tabel 11. menjelaskan bahwa kualitas air yang telah
dilakukan pengamatan selama penelitian memiliki nilai
parameter kualitas air yang baik dan optimal, yang
menandakan bahwa kondisi air pada penelitian berlangsung
cukup baik dan optimal. hal ini mengacu kepada baku mutu air
laut, Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun
2004, tentang baku mutu air laut untuk biota laut.
B. Pembahasan
1.
Perubahan Warna Ikan Badut Premnas biaculeatus
Perubahan warna RGB badan merah dan badan putih
pada ikan badut Premnas biaculeatus. Merupakan pengukuran
perubahan warna yang terjadi selama penelitian dengan
menghitung nilai R (Red), G (Green) dan B (Blue) pada bagian
badan merah dan badan putih pada ikan badut.
Ikan badut Premnas biaculeatus hasil budidaya yang
terdapat di Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam
mengalami degeneratif pola pigmen, atau memiliki warna
pudar tidak seperti warna yang ada pada habitat alami ikan ini.
Terdapat
faktor
internal
dan
faktor
eksternal
yang
mempengaruhi kecerahan warna atau pigmentasi pada ikan.
Faktor internal yaitu dipengaruhi oleh genetik ikan, menurut
Kusumawati, et al., (2011) pola pigmen merupakan salah satu
karakter fenotip yang diturunkan dari induk terhadap
keturunannya. Kemudian faktor eksternal yaitu lingkungan
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
60
dan pakan, dikarenakan ikan atau biota akuatik tidak dapat
mensintesis karotenoid didalam tubuhnya, oleh karena itu
perlu mendapatkan suplemen dari luar yaitu melalui pakan
(Kurniawati, et al., 2012).
A
B
Gambar 39. Ikan badut hasil budidaya (A) dan Ikan badut hasil
tangkapan di habitat alami (B)
Nilai badan merah yang diukur memiliki perubahan
warna yang berbeda, melihat dari segi warna tubuh pada ikan
badut jenis Premnas biaculeatus di habitat alaminya adalah
memiliki warna merah tua, maka setelah diberikan pakan
dengan penambahan tepung labu kuning, wortel dan ubi jalar
ungu yang masing masing mengandung β-karoten,
maka
perubahan warna yang terjadi pada badan ikan ini, yakni
memiliki warna tubuh semula merah sedikit pudar kini
berubah menjadi merah tua sedikit gelap. Sedangkan pada
bagian badan putih ikan badut, ketika dilakukan pengukuran
dan pengamatan mengalami peningkatan kualitas warna pada
setiap perlakuan dan menunjukkan nilai berbeda signifikan
atau berbeda nyata yang dibuktikan dengan pengujian nilai
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
61
indeks RGB menggunakan software Adobe photoshop CS4.
Secara visual sulit untuk membedakan warna putih dengan
nilai indeks
RGB yang
mengalami
peningkatan atau
penurunan, untuk itu perlu dilakukan pengukuran warna
melalui software atau aplikasi yang mendukung pengukuran
RGB pada spektrum warna tertentu, dalam hal ini warna putih.
Bagian badan warna merah, nilai indeks R,G dan B
tertinggi terdapat pada perlakuan B (Tepung wortel 15%).
Dalam hal ini pemberian pelet yang dicampur tepung wortel
dengan dosis 15g/100g pakan, mampu meningkatkan
kecerahan warna pada badan merah ikan badut Premnas
biaculeatus. Berdasarkan hasil uji Anova didapatkan nilai R (14,5±4,9), nilai G (-16,06±2,1) dan nilai B (-8,1±3,7). Setelah
diuji menggunakan aplikasi Adobe Photoshop CS4 nilai indeks
RGB cenderung menurun, dikarenakan kondisi warna badan
ikan badut yang semula merah cerah sedikit pudar menuju
warna merah tua, sehingga menyebabkan nilai indeks RGB pun
turun. Sesuai dengan pernyataan Arif. B, et al., (2014) semakin
tinggi nilai indeks warnanya, maka citra tersebut semakin
terang, sebaliknya jika nilai indeks warnanya semakin kecil,
maka citra akan semakin gelap. Dalam hal ini merah cerah
sedikit pudar menuju ke warna merah tua gelap maka nilai
indeks nya semakin kecil. Sehingga setiap nilai indeks RGB
badan merah jika mendapatkan nilai yang semakin menurun
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
62
maka semakin baik, dikarenakan mengikuti warna tubuh di
habitat asli ikan badut jenis Premnas biaculeatus.
Bagian badan putih memiliki nilai indeks RGB yang
cenderung meningkat disetiap perlakuan, nilai indeks RGB
tertinggi terdapat pada kontrol K (Tanpa penambahan tepung)
yaitu memiliki nilai R (28,3±1,03), G (34,4±3,09) dan
B(25,1±1,03). Dalam hal ini, kontrol (tanpa penambahan
tepung) dapat meningkatkan kecerahan warna putih. Setelah
dilakukan uji Anova nilai signifikansi pada kontrol K badan
putih pada nilai R, G dan B adalah (<0,001) P < 0,05 yang
berarti memiliki perbedaan yang nyata. Maka dapat
disimpulkan bahwa pemberian pelet murni atau kontrol
(tanpa penambahan tepung) memiliki perbedaan yang nyata
terhadap perubahan warna badan putih pada ikan badut
Premnas biaculeatus.
Awal
Kontrol
Akhir
Labu Kuning
Wortel
Ubi Jalar
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
63
Kontrol
Labu Kuning
Wortel
Ubi Jalar
Gambar 40. Pengamatan warna tubuh ikan badut Premnas
biaculeatus pada awal dan akhir penelitian secara visual
(Dokumentasi Pribadi, 2022)
Selama penelitian berlangsung dari minggu awal sampai
dengan minggu akhir, setelah dilakukan pengamatan diketahui
perubahan warna merah pada badan ikan badut Premnas
biaculeatus semakin menuju ke merah tua, namun warna
merah tua dibadan ikan badut yang dihasilkan secara visual
belum menunjukkan warna badan seperti dihabitat alami ikan
tersebut. Namun selama penelitian berlangsung, pakan yang
diberikan dari minggu awal sampai dengan minggu akhir
penelitian menunjukkan tanda perubahan warna pada badan
ikan badut Premnas biaculeatus yang semula pudar menjadi
merah tua. Peningkatan perubahan warna tertinggi adalah
pemberikan pakan menggunakan penambahan tepung wortel
15%. Namun tidak memberikan perbedaan yang nyata antar
perlakuan. Perubahan warna merah pada badan ikan badut
selama penelitian disajikan pada Gambar 28.
Peningkatan warna badan merah nilai indeks RGB
tertinggi diperoleh pada perlakuan B (Tepung wortel 15%)
secara visual dapat dilihat warna merah semakin gelap menuju
kewarna merah tua, dihabitat asli ikan badut Premnas
biaculeatus memiliki warna merah tua, dalam hal ini dapat
dikatakan pemberian tepung yang mengandung β-karoten
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
64
dapat meningkatkan kualitas warna merah pada ikan badut
Premnas biaculeatus. Sedangkan peningkatan warna badan
putih nilai indeks RGB tertinggi diperoleh pada kontrol K
(Tanpa penambahan tepung)
Perubahan warna pada nilai indeks RGB khususnya
badan merah ikan badut Premnas biaculeatus, dalam
pengamatan warna tubuh secara visual, menunjukkan
perubahan warna tubuh menjadi merah tua yang sedikit lebih
gelap, namun belum maksimal seperti warna tubuh pada
habitat asli yakni berwarna merah tua gelap, dikarenakan
beberapa faktor, salah satunya adalah faktor umur, menurut
Satyani dan Sugito (1997), umur ikan sangat mempengaruhi
kecerahan warna tubuh, semakin ikan dewasa maka intensitas
kecerahan tubuh akan semakin meningkat, namun akan
kembali turun, oleh karenanya dibutuhkan sumber karetenoid
eksternal untuk mempertahankan intensitas warna tetap baik.
Hal tersebut dikarenakan semakin bertambah besarnya tubuh
ikan atau semakin dewasa, maka sel warna pada ikan tidak
dapat memenuhi luas permukaan tubuh ikan tersebut, karena
kemampuan jumlah sel warna yang terbatas. Maka dari itu
diperlukan pemberian pakan yang mengandung karotenoid,
dengan durasi yang ditingkatkan agar dapat meningkatkan dan
mempertahankan
kecerahan
warna.
Lama
waktu
pemeliharaan pada penelitian ini adalah 1 bulan, namun belum
menunjukkan perubahan warna yang maksimal, sehingga
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
65
menambahkan durasi pemberian pakan yang mengandung
karotenoid dalam pemeliharaan sangat dibutuhkan untuk
melihat apakah akan terdapat perubahan warna yang
signifikan dan optimal ketika ikan diberikan pakan dengan
durasi yang ditingkatkan dan konsisten sampai ikan mencapai
usia dewasa.
2.
Pertumbuhan Bobot Mutlak
Pakan memegang peranan penting dalam pertumbuhan
ikan badut,
nutrisi yang terdapat dalam pakan dapat
menunjang pertumbuhan baik bobot dan panjang pada ikan
hias. Dalam hal ini perlakuan B atau pelet yang dicampur
dengan tepung wortel memiliki pertumbuhan bobot mutlak
yang tinggi, namun tidak berbeda nyata dari perlakuan lainnya,
artinya dapat dikatakan bahwa penambahan tepung yang
mengandung karoten kedalam pakan tidak mebuat perbedaan
signifikan pada pertumnbuhan ikan badut, hal ini diperkuat
dengan
pernyataan
karotenoid
pada
Ramadhan
pakan
tidak
(2014),
akan
penambahan
mempengaruhi
pertumbuhan, karena ikan lebih banyak memanfaatkannya
dalam mengekspresikan protein pigmen pada lapisan dermis.
Selain meningkatkan ekspresi pigmen tubuh, karoten juga
diketahui secara alami berfungsi sebagai bahan dasar vitamin
A, menunjang termoregulasi atau proses pengaturan suhu
tubuh, membantu pembentukan kuning telur dalam proses
reproduksi, dan berpengaruh terhadap kesehatan ikan
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
66
(Bachtiar, 2002). Hal tersebut terbukti dengan tingkat
kelulushidupan ikan yang tinggi selama penelitian.
Ikan badut yang dipelihara di BPBL Batam memiliki nilai
pertumbuhan panjang dan berat yang ideal, dengan pemberian
pakan 3 kali sehari pada pagi, siang dan sore hari, ikan badut
yang terdapat di BPBL batam memiliki nilai pertumbuhan
panjang mutlak ± 0,5 cm dan bobot mutlak ± 0,25 gr, dalam 1
bulan pemeliharaan. Dalam penelitian ini terdapat nilai bobot
mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan B (tepung wortel
15%) yang memiliki nilai pertumbuhan bobot mutlak 0,324 g
yang berarti nilai pertumbuhan bobot mutlak sesuai dengan
pemeliharan ikan badut yang terdapat di BPBL Batam.
3.
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pertumbuhan erat kaitannya dengan ketersediaan
protein dalam makanan, karena protein merupakan sumber
energi bagi ikan dan protein merupakan nutrisi yang sangat
dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan. Dalam dunia ikan hias,
pertumbuhan panjang mempengaruhi nilai jual dari ikan
tersebut, dan faktor untuk menunjang pertumbuhan tersebut
adalah melalui pakan yang mengandung nutrisi yang tinggi.
Pertumbuhan juga erat kaitannya dengan ketersediaan protein
dalam makanan, karena protein merupakan sumber energi
bagi ikan dan protein merupakan nutrisi yang sangat
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
67
dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan. Sesuai dalam Anggraeni
dan Abdulgani (2013) yang menyatakan bahwa jumlah protein
akan mempengaruhi pertumbuhan ikan, karena protein
merupakan sumber energi bagi ikan dan protein merupakan
nutrisi yang sangat dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan.
4.
Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Badut Premnas
biaculeatus
SR (Survival Rate) atau tingkat kelangsungan hidup
dapat dihitung dengan menghitung jumlah biota yang hidup
pada akhir pemeliharaan dibagi dengan jumlah biota diawal
pemeliharaan kemudian dikali 100%. Ada dua faktor yang
mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup ikan yaitu faktor
internal (keunggulan benih itu sendiri) dan faktor eksternal
(kondisi lingkungan budidaya, penanganan terhadap ikan,
transportasi dan penanganan saat dilakukan penebaran).
Tingkat kelangsungan hidup selama penelitian mendapatkan
nilai 100%. Tingginya nilai kelangsungan hidup tersebut
menunjukkan kemampuan ikan dalam beradaptasi dan
bertahan hidup untuk setiap perlakuan. Dari hasil pengamatan
selama penelitian ketika pemberian pakan yang mengandung
β-karoten diberikan kepada ikan badut, mendapatkan respon
yang positif, artinya ikan memakan pakan tersebut dan dalam
hal ini mendapatkan makanannya. Menurut Sari et al. (2014),
bahwa kematian ikan terjadi apabila ikan tidak berhasil atau
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
68
tidak mendapatkan makanan dan terjadinya perubahan
lingkungan yang signifikan sehingga mengakibatkan ikan
menjadi stres sehingga berujung pada kematian.
5.
Analisis Kualitas Air
Data kualitas air pada penelitian ini memiliki suhu yang
baik dengan nilai rentang 27 - 29 °C, salinitas air laut stabil
pada nilai 30 - 32 ppt, DO di angka 5,6 - 6,2 mg/l dan pH 7,5 8. Kisaran nilai dari berbagai parameter kualitas air tersebut
menggambarkan kondisi air yang cukup stabil dan masih layak
untuk proses pemeliharaan sesuai kepada baku mutu air laut,
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004.
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
69
BAB V
Penutup
A.
Penutup
Ikan badut Premnas biaculeatus dan Amphiprion
percula hasil biakan atau budidaya cenderung mengalami
degeneratif warna atau memiliki warna tubuh yang pudar,
tidak seperti warna tubuh pada habitat alami. Buku ini
bertujuan untuk memberikan informasi mengenai cara untuk
dapat meningkatkan kecerahan warna ikan badut.
Buku ini juga berisikan tentang manipulasi kecerahan
warna pada tubuh ikan badut melalui pakan pelet komersil
yang menggunakan bahan dasar tepung labu kuning, wortel
dan ubi jalar ungu yang mengandung beta karoten, dalam hal
ini diyakini dapat meningkatkan kecerahan warna tubuh pada
ikan badut Premnas biaculeatus dan Amphiprion percula.
Kemajuan teknologi yang sangat pesat berpengaruh
terhadap beberapa sektor, tentunya pada sektor perikanan.
Buku ini dilengkapi dengan tata cara pengukuran kecerahan
warna pada tubuh ikan badut melalui aplikasi Adobe
Photoshop dengan mengukur citra pada nilai indeks Red,
Green, Blue (RGB).
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
70
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Nur. Makalah Falsafah Sains Pengolahan Tepung Ubi Jalar
Dan Produk – Produknya Untuk Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Pedesaan. Bogor : Institut Pertanian Bogor:
2004.
Amin, M.I., Rosidah, W., Lili. 2012. Peningkatan kecerahan
warna udang red cherry (Neocaridina heteropoda)
jantan
melalui
pemberian
astaxanthin
dan
canthaxanthin dalam pakan. Jurnal perikanan dan
kelautan. 3(4): 243252.
Anggraeni, N.M., Abdulgani, N. 2013. Pengaruh Pemberian
Pakan Alami dan Pakan Buatan terhadap Pertumbuhan
Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata) pada Skala
Laboratorium. Surabaya. Jurnal Sains Dan Seni Pomits
2(1): 197-201.
Arief, M.B., Dzulfikar, A.Z. 2014. Analisis Distribusi Intensitas
RGB Citra Digital untuk Klasifikasi Kualitas Biji Jagung
Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan. Surabaya. Jurnal
Fisika dan Aplikasinya. Vol.10 Nomor 3.
Arjanggi, Muhammad. 2013. Laju Pertumbuhan Benih
Clownfish Dengan Pakan Pelet Berbeda. Jurnal Ilmu
Kelautan, 5(1), 6.
Bachtiar, Y. 2002. Pembesaran Ikan Di Kolam Pekarangan.
AgroMedia Pustaka, Jakarta.
Barus, R. S. 2014. Pengaruh Konsentrasi Tepung Sprirulina
platensis pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan
Maskoki (Carassius auratus). Jurnal Aquacoastmarine.
Vol.2 Nomor 4.
Cahyono, Bambang. 2002. Wortel : Teknik Budi Daya Analisis
Usaha Tani. Yogyakarta. Kanisius.
Cornelia, Melanie., Nathania, Christy. 2020. Pemanfaatan
Ekstrak Wortel (Daucus carota L.) Dan Sari Kiwi Kuning.
Universitas Pelita Harapan. FaST Jurnal Sains dan
Teknologi (Actinidia deliciosa). Vol.4 Nomor 2.
Dhiyas, A., Rustanti, N. 2017. Pengaruh Perbandingan Tepung
Labu Kuning (Curcubita Moschata) dan Tepung Mocaf
Terhadap Serat Pangan, Aktivitas Antioksidan, dan Total
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
71
Energi Pada Flakes “Kumo”. Journal of Nutrition College.
5(4): 499–503.
Ghufran, H., Kordi. 2011. 32. Ikan laut ekonomis.Yogyakarta.
Lily publisher. Hal 55-56
Kalidupa, N. 2018. Studi Pemanfaatan Tepung Kulit Buah Naga
Merah (Hylocereus polyrhizus) dalam Pakan Terhadap
Pewarnaan Ikan Mas Koi (Cyprinus carpio L.) Jurnal
Media Autika. 3(1) : 590-597.
Kurniawati, Iskandar, Subhan, U. 2012. Pengaruh penambahan
tepung Spirulina platensis pada pakan terhadap
peningkatan warna lobster air tawar huna merah
(Cherax quadricarinatus). Jurnal Perikanan dan Kelautan
3(3): 157-161.
Kusumawati, D. 2011. Peran Gen AIM1 dan Intensitas Cahaya
Terhadap Karakter Pola Pigmen Ikan Badut hitam
(Amphiprion percula). Malang. Jurnal Riset Akuakultur.
Vol.7 Nomor 2.
Lesmana, D., Iwan, D. 2006. Budidaya Ikan Hias Maanvis
(Pterophylum sclarae). Jakarta : Penebar Swadaya.
Malini, D.M., Tri Dewi K.P., Resty Agyustin. 2018. Pengaruh
Penambahan Tepung Spirulina fusiformis Pada Pakan
Terhadap Tingkat Kecerahan Warna Ikan Koi (Cyprinus
carpio L.) Jurnal Pro-Li. Vol.5 Nomor 2.
Norhasanah., Ermina, Syainah. 2016. Pengaruh Proporsi
Tepung Terigu Dan Tepung Ubi Jalar Ungu (Ipomoea
Batatas Var Ayamurasaki) Terhadap Kadar Protein,
Volume, Pengembangan Dan Mutu Organoleptik Roti
Manis. Jurnal Kesehatan Indonesia. Vol.6 Nomor 2.
Poernomo, Achmad. 2003. Ikan Hias Laut Indonesia. Penebar
Swadaya. Hal 139-140.
Priosembodo, Sigit. 2020. Manipulasi Warna Cahaya LED yang
Berbeda terhadap Perubahan Warna Merah Ikan
Sumatra Puntius tetrazona. Universitas Maritim Raja Ali
Haji, Jurnal Intek Akuakultur. 4(1) : 74-83
Ramadhan, R. 2014, Pengaruh Penambahan Tepung Bunga
Marigold dalam Pakan Buatan Terhadap Kualitas Warna
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
72
Benih Ikan Koi (Cyprinus carpio L.) Tesis Universitas
Padjajaran.
Rochimiwati, S. N., Lydia, F., Theresia, D. K. B., Sirajuddin,
Sukmawati. 2011. Pembuatan aneka jajanan pasar
dengan substitusi tepung wortel untuk anak baduta.
Jurnal Media gizi dan Pangan. Vol XI. Edisi 1, Januari-Juni
2011.
Sari, O.V., Hendrarto, B., Soedarsono, P. 2014. Pengaruh Variasi
Jenis Makanan terhadap Ikan Karang Nemo (Amphiprion
ocellaris Cuvier, 1830) ditinjau dari Perubahan Warna,
Pertumbuhan dan Tingkat Kelulushidupan. Diponegoro
journal of maquares, 3(3), 134-143.
Sartikawati, S., Junaidi M., Damayanti, A.A. 2020. Efektivitas
Penambahan Tepung Buah Labu Kuning Pada Pakan
Ikan
Terhadap
Peningkatan
Kecerahan
dan
Pertumbuhan Ikan Badut (Amphiprion ocellaris). Jurnal
Kelautan. Vol.13 Nomor 1.
Satyani, D. dan Sugito, S. 1997. Astaxanthin Sebagai Sumber
Pakan Untuk Peningkatan Warna Ikan Hias. Warta
Penelitian Perikanan Indonesia. Vol.8 : 6-8
Waspodo, S., Setyono, B.D.H. 2020. Kandungan Karotenoid
Pada Ikan Mas Koki (Carassius auratus) yang Diberi
Tepung Labu Kuning, Tepung Wortel dan Tepung
Spirullina. Jurnal Perikanan. 10 (1): 77-83.
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
73
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis dilahirkan di Tanjungpinang pada
tanggal 12 April 1999 dari Bapak Mohammad
Noer dan Ibu Nur Asmara. Penulis merupakan
putra bungsu dari 7 bersaudara. Tahun 2012
penulis menamatkan pendidikan formal di SD
Negeri 001 Tanjungpinang, kemudian melanjutkan pendidikan
menengah di SMP Negeri 3 Tanjungpinang dan lulus tahun
2015, pada tahun 2018 menamatkan pendidikan SMA Negeri 5
Tanjungpinang. Pada tahun 2018 penulis diterima di
Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) melalui jalur
SMMPTN. Penulis diterima pada Jurusan Budidaya Perairan,
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim
Raja Ali Haji (UMRAH). Selama menjadi mahasiswa ilmu
kelautan dan perikanan penulis aktif di dalam organisai
Himpunan Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan. Tahun 2018
penulis melaksanakan kuliah kerja nyata Desa Busung
Kecamatan
Sri
Kuala
Lobam.
Penulis
juga
pernah
melaksanakan Praktik Keterampilan Lapang di Kampong
Madong sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata
kuliah Praktik Keterampilan Lapang. Penulis melaksanakan
penelitian pada tahun 2022 di Hachery Balai Pembenihan Ikan
Hias BPBL Batam, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana pada program Studi Budidaya Perairan, Fakultas
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
74
Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji
(UMRAH). Penulis menyusun dan menyelesaikan penulisan
Buku dengan judul ‘Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut”.
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
75
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis dilahirkan di Bintan pada tanggal 12
Mei 2000 dari Bapak Wagito dan Ibu Patimah.
Penulis merupakan putra tunggal. penulis
menamatkan pendidikan formal SD Negeri
001
Toapaya
tahun
2012,
kemudian
melanjutkan pendidikan menengah di SMP Negeri 17 Bintan
dan lulus pada Tahun 2015, pada tahun 2018 menamatkan
pendidikan SMA Negeri 3 Bintan. Pada tahun 2018 penulis
diterima di Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) melalui
jalur SBMPTN. Penulis diterima pada jurusan Budidaya
Perairan, Fakultas ilmu Kelautan dan Perikanan. Selama
menjadi mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji penulis
aktif di organisasi BEMKM UMRAH dan Himpunan Jurusan
Budidaya Perairan. Pada tahun 2020 penulis melaksanakan
kuliah kerja nyata di Desa Dompak Lama. Dan penulis juga
melaksanakan Praktik Keterampilan Lapang di Desa Pengujan
pada tahun 2021, Penulis melaksanakan penelitian pada tahun
2022 di BPBL Batam, sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada program Studi Budidaya
Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas
Maritim Raja Ali Haji (UMRAH). Penulis menyusun dan
menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Penambahan
Tepung Labu Kuning, Wortel, dan Ubi Jalar Ungu pada Pakan
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
76
Pelet Komersial Terhadap Kecerahan Warna Ikan Badut
Amphiprion percula”.
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
77
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Henky Irawan, S.Pi, MP, M.Sc lulus di Program
Studi
S1
Budidaya
Perairan,
Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Riau tahun 2005. Melanjuktkan ke jenjang S2
pada program Double Degree Beasiswa
Unggulan di Program Studi Budidaya Perairan kekhususan
Bioteknologi Perikanan dan Kelautan Fakultas, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya dan
Depatement of Aquatic Science, Universitas Burapha-Thailand,
serta lulus tahun 2009. Mulai bertugas di Universitas Maritim
Raja Ali Haji (UMRAH) pada Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan (FIKP) di Jurusan Ilmu Kelautan (IKL) pada tahun
2009 dan pada tahun 2014 bertugas di Jurusan Budidaya
Perairan
(BDP)
hingga
sekarang.
E-mail:
henkyirawan@umrah.ac.id
Sejak Tahun 2016 hingga saat ini telah menulis buku yaitu:
Buku ajar iktiologi, Avertebrata air, Buku Avertebrata air Edisi
II, Buku ajar bioteknologi akuakultur, Buku ajar sistem dan
teknologi akuakultur, Buku Data dan informasi manfaat dana
desa di Provinsi Kepulauan Riau, Buku Panduan penyusunan
bahan ajar perguruan tinggi, Buku Rekayasa genetika ikan,
Buku Transplantasi lamun mudah dan praktis, Buku Budidaya
rumput laut kappaphycus alvarezii dengan metode lepas dasar
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
78
dan longline, Buku Cryopreservation kunci produksi budidaya
perikanan di masa depan dan Buku Optimalisasi Budidaya
Rumput Laut Kappaphycus alvarezii.
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
79
Manipulasi Kecerahan Warna Ikan Badut
80