Apa yang dimaksud dengan Glaukoma (Glaucoma)?

Glaukoma

Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati.

Penyebab utama glaukoma adalah meningkatnya tekanan bola mata di atas 20mmHg, penyebab lainnya adalah hipertensi dan diabetes mellitus. Walaupun jarang dapat juga disebabkan emosi yang tidak stabil, migrain, penyempitan pembuluh darah dan lain-lain.

Tekanan bola mata di atas normal yang terus menerus akan merusak saraf penglihatan, tetapi seringkali tidak disadari oleh pasien, karena kerusakannya sedikit demi sedikit, oleh karenanya perlu pemeriksaan mata, jika telah berusia 40 tahun ke atas. Tekanan bola mata yang di atas normal pada tahap awal akan diberikan obat tetes mata untuk menurunkan tekanan bola mata menjadi normal.

Apa yang dimaksud dengan Glaukoma (Glaucoma) ?

Glaukoma akut adalah glaukuma yang diakibatkan peninggian tekanan intraokular yang mendadak. Glaukoma akut dapat bersifat primer atau sekunder. Glaukoma primer timbul dengan sendirinya pada orang yang mempunyai bakat bawaan glaukoma, sedangkan glaukoma sekunder timbul sebagai penyulit penyakit mata lain ataupun sistemik.

Umumnya penderita glaukoma telah berusia lanjut, terutama bagi yang memiliki risiko. Bila tekanan intraokular yang mendadak tinggi ini tidak diobati segera akan mengakibatkan kehilangan penglihatan sampai kebutaan yang permanen.

Hasil Anamnesis (Subjective)

Keluhan

  1. Mata merah
  2. Tajam penglihatan turun mendadak
  3. Rasa sakit atau nyeri pada mata yang dapat menjalar ke kepala
  4. Mual dan muntah (pada tekanan bola mata yang sangat tinggi)

Faktor Risiko
Bilik mata depan yang dangkal

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)

  1. Visus turun
  2. Tekanan intra okular meningkat
  3. Konjungtiva bulbi: hiperemia kongesti, kemosis dengan injeksi silier, injeksi konjungtiva
  4. Edema kornea
  5. Bilik mata depan dangkal
  6. Pupil mid-dilatasi, refleks pupil negatif

image
Gambar Injeksi silier pada glaukoma

Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pada pelayanan primer.

Penegakan Diagnostik (Assessment)

Diagnosis Klinis
Penegakan diagnosis dilakukan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologis.

Diagnosis Banding:

  1. Uveitis Anterior
  2. Keratitis
  3. Ulkus Kornea

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus glaukoma pada layanan primer bertujuan menurunkan tekanan intra okuler sesegera mungkin dan kemudian merujuk ke dokter spesialis mata di rumah sakit.

  1. Non-Medikamentosa
    Pembatasan asupan cairan untuk menjaga agar tekanan intra okular tidak semakin meningkat

  2. Medikamentosa

    • Asetazolamid HCl 500 mg, dilanjutkan 4 x 250 mg/hari.
    • KCl 0.5 gr 3 x/hari.
    • Timolol 0.5%, 2 x 1 tetes/hari.
    • Tetes mata kombinasi kortikosteroid + antibiotik 4-6 x 1 tetes sehari
    • Terapi simptomatik.

Konseling dan Edukasi

Memberitahu keluarga bahwa kondisi mata dengan glaukoma akut tergolong kedaruratan mata, dimana tekanan intra okuler harus segera diturunkan

Kriteria Rujukan

Pada glaukoma akut, rujukan dilakukan setelah penanganan awal di layanan primer.

Peralatan

  1. Snellen chart
  2. Tonometri Schiotz
  3. Oftalmoskopi

Prognosis

  1. Ad vitam : Bonam
  2. Ad functionam : Dubia ad malam
  3. Ad sanationam : Dubia ad malam

Infografik

Referensi

  1. Gerhard, K.L. Oscar, Gabriele. Doris, Peter. Ophtalmology a short textbook. 2ndEd. New York: Thieme Stuttgart. 2007.
  2. Gondhowiardjo, T.D. Simanjuntak, G. Panduan Manajemen Klinis Perdami, 1th Ed.Jakarta: CV Ondo. 2006.
  3. James, Brus. dkk. Lecture Notes Oftalmologi. Jakarta: Erlangga. 2005.
  4. Riordan, P.E, Whitcher, J.P. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum.
    Ed17.Jakarta: EGC. 2009.
  5. Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata, Ed III. Cetakan V. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2008.
  6. Vaughan, D.G.Oftalmologi Umum. Edisi 14. Cetakan I. Jakarta: Widya Medika. 2000.

Lehigh Valley Center for Sight

Jenis-jenis Glaukoma

Glaukoma Sudut-Terbuka Primer (Primary Open-Angle Glaucoma)

Glaukoma Sudut-Terbuka Primer adalah tipe yang yang paling umum dijumpai. Glaukoma jenis ini bersifat turunan, sehingga risiko tinggi bila ada riwayat dalam keluarga. Biasanya terjadi pada usia dewasa dan berkembang perlahan-lahan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Seringkali tidak ada gejala sampai terjadi kerusakan berat dari syaraf optik dan penglihatan terpengaruh secara permanen.

Pemeriksaan mata teratur sangatlah penting untuk deteksi dan penanganan dini. Hal ini dikarenakan kerusakan pada nerve optic terjadi secara perlahan dan tidak terasa sakit.

Glaukoma Sudut-Terbuka Primer biasanya membutuhkan pengobatan seumur hidup untuk menurunkan tekanan dalam mata dan mencegah kerusakan lebih lanjut.

Glaukoma Sudut-Tertutup Akut (Acute Angle-Closure Glaucoma)

Glaukoma Sudut-Tertutup Akut lebih sering ditemukan karena keluhannya yang mengganggu. Gejalanya adalah sakit mata hebat, pandangan kabur dan terlihat warna-warna di sekeliling cahaya. Beberapa pasien bahkan mual dan muntah-muntah.

Glaukoma Sudut-Tertutup Akut termasuk yang sangat serius dan dapat mengakibatkan kebutaan dalam waktu yang singkat. Bila Anda merasakan gejala-gejala tersebut segera hubungi dokter spesialis mata Anda.

Glaukoma Sekunder (Secondary Glaukoma)

Glaukoma Sekunder disebabkan oleh kondisi lain seperti katarak, diabetes, trauma, arthritis maupun operasi mata sebelumnya. Obat tetes mata atau tablet yang mengandung steroid juga dapat meningkatkan tekanan pada mata. Karena itu tekanan pada mata harus diukur teratur bila sedang menggunakan obat-obatan tersebut.

Glaukoma Kongenital (Congenital Glaukoma)

Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam mata tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair dan berkabut dan peka terhadap cahaya.

Faktor risiko

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadapa peningkatan kemungkinan terkena Glaukoma antara lain :

  • Riwayat glaukoma di dalam keluarga, saudara sekandung lebih beresiko dibandingkan orang tua dan anaknya
  • Tekanan bola mata tinggi
  • Miopia (rabun jauh)
  • Diabetes (kencing manis) dengan gula darah tinggi yang lama
  • Hipertensi (tekanan darah tinggi)
  • Migrain atau penyempitan pembuluh darah otak (sirkulasi buruk)
  • Kecelakaan/operasi pada mata sebelumnya
  • Menggunakan steroid (cortisone) dalam jangka waktu lama
  • Berumur lebih dari 45 tahun

Glaukoma merupakan suatu neuropati optik yang ditandai dengan pencekungan “cupping” diskus optikus dan penyempitan lapang pandang yang disertai dengan peningkatan tekanan intraokuler yang merupakan faktor resiko terjadinya glaukoma. Mekanisme peningkatan tekanan intraokuler pada glaukoma dipengaruhi oleh gangguan aliran keluar humor aquos.

Fisiologi Humor Aquos

Tekanan intraokuler ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor aquos dan tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata. Humor aquos merupakan cairan jernih yang mengisi kamera okuli anterior dan posterior. Volume humor aquos sekitar 250 µL, dan kecepatan pembentukannya 2,5 µL/menit. Komposisi humor aquos hampir sama dengan komposisi plasma, yaitu mengandung askorbat, piruvat, laktat, protein, dan glukosa.

Tabel Perbandingan komposisi plasma dan humor aquos
image

Humor aquos merupakan media refrakta jadi harus jernih. Sistem pengeluaran humor aquos terbagi menjadi 2 jalur, yaitu sebagian besar melalui sistem vena dan sebagian kecil melalui otot ciliaris.

Aliran humor aquos normal
Gambar Aliran humor aquos normal

Pada sistem vena, humor aquos diproduksi oleh prosesus ciliaris masuk melewati kamera okuli posterior menuju kamera okuli anterior melalui pupil. Setelah melewati kamera okuli anterior cairan humor aquos menuju trabekula meshwork ke angulus iridokornealis dan menuju kanalis Schlemm yang akhirnya masuk ke sistem vena. Aliran humor aquos akan melewati jaringan trabekulum sekitar 90 %. Sedangkan sebagian kecil humor aquos keluar dari mata melalui otot siliaris menuju ruang suprakoroid untuk selanjutnya keluar melalui sklera atau saraf maupun pembuluh darah. Jalur ini disebut juga jalur uveosklera (10-15%).

Patofisiologi Glaukoma

Penurunan penglihatan pada glaukoma terjadi karena adanya apoptosis sel ganglion retina yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan lapisan inti dalam retina serta berkurangnya akson di nervus optikus. Diskus optikus menjadi atrofi disertai pembesaran cawan optik.Kerusakan saraf dapat dipengaruhi oleh peningkatan tekanan intraokuler. Semakin tinggi tekanan intraokuler semakin besar kerusakan saraf pada bola mata. Pada bola mata normal tekanan intraokuler memiliki kisaran 10-22 mmHg.

Tekanan intraokuler pada glaukoma sudut tertutup akut dapat mencapai 60-80 mmHg, sehingga dapat menimbulkan kerusakan iskemik akut pada iris yang disertai dengan edema kornea dan kerusakan nervus optikus.

Klasifikasi Glaukoma

1. Glaukoma Primer

  • Glaukoma Sudut Terbuka Primer

    Glaukoma sudut terbuka primer terdapat kecenderungan familial yang kuat. Gambaran patologi utama berupa proses degeneratif trabekular meshwork sehingga dapat mengakibatkan penurunan drainase humor aquos yang menyebabkan peningkatan takanan intraokuler. Pada 99% penderita glaukoma primer sudut terbuka terdapat hambatan pengeluaran humor aquos pada sistem trabekulum dan kanalis schlemm.

    glaukoma sudut terbuka
    Gambar Aliran humor aquos glaukoma sudut terbuka

  • Glaukoma Sudut Tertutup Primer

    Glaukoma sudut tertutup primer terjadi pada mata dengan predisposisi anatomis tanpa ada kelainan lainnya. Adanya peningkatan tekanan intraokuler karena sumbatan aliran keluar humor aquos akibat oklusi trabekular meshwork oleh iris perifer.

    Glaukoma sudut tertutup
    Gambar Glaukoma sudut tertutup

2. Glaukoma Sekunder

Peningkatan tekanan intraokuler pada glaukoma sekunder merupakan manifestasi dari penyakit lain dapat berupa peradangan, trauma bola mata dan paling sering disebabkan oleh uveitis.

3. Glaukoma Kongenital

Glaukoma kongenital biasanya sudah ada sejak lahir dan terjadi akibat gangguan perkembangan pada saluran humor aquos. Glaukoma kongenital seringkali diturunkan. Pada glaukoma kongenital sering dijumpai adanya epifora dapat juga berupa fotofobia serta peningkatan tekanan intraokuler. Glaukoma kongenital terbagi atas glaukoma kongenital primer (kelainan pada sudut kamera okuli anterior), anomali perkembangan segmen anterior, dan kelainan lain (dapat berupa aniridia, sindrom Lowe, sindom Sturge-Weber dan rubela kongenital).

Penilaian Glaukoma

  1. Tonometri

    Tonometri merupakan suatu pengukuran tekanan intraokuler yang menggunakan alat berupa tonometer Goldman. Faktor yang dapat mempengaruhi biasnya penilaian tergantung pada ketebalan kornea masing-masing individu. Semakin tebal kornea pasien maka tekanan intraokuler yang di hasilkan cenderung tinggi, begitu pula sebaliknya, semakin tipis kornea pasien tekanan intraokuler bola mata juga rendah.

    Tonometer yang banyak digunakan adalah tonometer Schiotz karena cukup sederhana, praktis, mudah dibawa, relatif murah, kalibrasi alat mudah dan tanpa komponen elektrik. Penilaian tekanan intraokuler normal berkisar 10-22 mmHg. Pada usia lanjut rentang tekanan normal lebih tinggi yaitu sampai 24 mmHg.

    Pada glaukoma sudut terbuka primer, 32-50% pasien ditemukan dengan tekanan intraokuler yang normal pada saat pertama kali diperiksa.

  2. Penilaian Diskus Optikus

    Diskus optikus yang normal memiliki cekungan di bagian tengahnya. Pada pasien glaukoma terdapat pembesaran cawan optik atau pencekungan sehingga tidak dapat terlihat saraf pada bagian tepinya.

  3. Pemeriksaan Lapangan Pandang

    Gangguan lapangan pandang pada glaukoma dapat mengenai 30 derajat lapangan pandang bagian central. Cara pemeriksaan lapangan pandang dapat menggunakan automated perimeter.

  4. Gonioskopi

    Gonioskopi merupakan pemeriksaan dengan alat yang menggunakan lensa khusus untuk melihat aliran keluarnya humor aquos. Fungsi dari gonioskopi secara diagnostik dapat membantu mengidentifikasi sudut yang abnormal dan menilai lebar sudut kamera okuli anterior.

TERAPI MEDIKAMENTOSA

1. Supresi Pembentukan Humor Aqueus

  • Golongan β-adrenergik Bloker

    Obat golongan ini dapat digunakan sebagai monoterapi atau dengan kombinasi dengan obat yang lain. Contoh obat golongan β-adrenergic bloker misalnya timolol maleat 0,25% dan 0.5%, betaxolol 0,25% dan 0,5%, levobunolol dan lain-lain.

    Timolol maleat merupakan β-adrenergik non selektif baik β1 atau β2. Timolol tidak memiliki aktivitas simpatomimetik, sehingga apabila diteteskan pada mata dapat mengurangi tekanan intraokuler. Timolol dapat menurunkan tekanan intraokuler sekitar 20-30%. Reseptor β- adrenergik terletak pada epitel siliaris, jika reseptornya terangsang aktifitas sekresinya akan meningkatkan inflow humor aquos melalui proses komplek enzim adenyl cyclase-reseptor sehingga menurunkan produksi humor aquos.

    Farmakodinamik golongan β-adrenergic bloker dengan cara menekan pembentukan humor aquos sehingga tekanan intraokuler dapat turun. Sedangkan farmakokinetiknya sebagian besar diserap dengan baik oleh usus secara peroral sehingga bioavaibilitas rendah , dan memiliki kadar puncak dalam plasma mencapai 1 sampa 3 jam. Kebanyakan golongan β-adrenergic bloker memiliki waktu paruh antara 3 sampai 10 jam. Waktu ekskresi yang dibutuhkan ginjal untuk mengeluarkan obat golongan ini dapat diperpanjang apabila terdapat hambatan aliran darah yang menuju ke hati atau hambatan enzim hati.

    Penggunaan obat golongan ini dalam jangka lama dapat mengakibatkan kontraindikasi berupa obstruksi jalan napas kronik. Indikasi pemakaian diberikan pada pasien glaukoma sudut terbuka sebagai terapi inisial baik secara tunggal atau kombinasi terapi dengan miotik.

    Indikasi lainnya dapat diberikan pada glaukoma inflamasi, hipertensi okuler dan glaukoma kongenital.

  • Golongan α2-adrenergik Agonis

    Golongan α2-adrenergik agonis obat ini dibagi menjadi 2 yaitu selektif dan tidak selektif. Golongan α2-adrenergic agonis yang selektif misalnya apraklonidin memiliki efek menurunkan produksi humor aquos, meningkatkan aliran keluar humor aquos melalui trabekula meshwork dengan menurunkan tekanan vena episklera dan dapat juga meningkatkan aliran keluar uveosklera.

    Farmakokinetik dari pemberian apraklonidin 1% dalam waktu 1 jam dapat menghasilkan penurunan tekanan intraokuler yang cepat paling sedikit 20% dari tekanan intraokuler awal. Efek maksimal dari apraklonidin dalam menurunkan tekanan intraokuler dapat terjadi sekitar 3-5 jam setelah pemberian terapi.

    Indikasi penggunaan apraklonidin untuk mengontrol peningkatan akut tekanan intraokuler pasca tindakan laser. Sedangkan kontraindikasi pemakaian obat ini apabila pasien dengan mono amin oksidase (MAO) dan trisiklik depresan karena mempengaruhi metabolisme dan uptake katekolamin.

  • Penghambat Karbonat Anhidrase

    • Asetasolamid Oral

      Asetasolamid oral merupakan obat yang sering di gunakan karena dapat menekan pembentukan humor aquos sebanyak 40-60%. Bekerja efektif dalam menurunkan tekanan intraokuler apabila konsentrasi obat bebas dalam plasma ±2,5 µM.16,18 Apabila diberikan secara oral, konsentrasi puncak pada plasma dapat diperoleh dalam 2 jam setelah pemberian dapat bertahan selama 4-6 jam dan menurun dengan cepat karena ekskresi pada urin.

      Indikasi asetasolamid terutama untuk menurunkan tekanan intraokuler, mencegah prolaps korpus vitreum, dan menurunkan tekanan introkuler pada pseudo tumor serebri. Kontraindikasi relatif untuk sirosis hati, penyakit paru obstruktif menahun, gagal ginjal, diabetes ketoasidosis dan urolithiasis.

      Efek samping yang paling sering dikeluhkan parastesi dan inisial diuresis, sedangkan efek lain yang dapat muncul apabila digunakan dalam jangka lama antara lain metalic taste, malaise, nausea, anoreksia, depresi, pembentukan batu ginjal, depresi sumsum tulang, dan anemia aplastik.

    • Penghambat Karbonat Anhidrase Topikal

      Penghambat karbonat anhidrase topikal bersifat larut lemak sehingga bila digunakan secara topikal daya penetrasi ke kornea relatif rendah. Pemberian dorsolamid topikal akan terjadi penetrasi melalui kornea dan sklera ke epitel tak berpigmen prosesus siliaris sehingga dapat menurunkan produksi humor aqueus dan HCO3- dengan cara menekan enzim karbonik anhidrase II. Penghambat karbonik anhidrase topikal seperti dorsolamid bekerja efektif menurunkan tekanan intraokuler karena konsentrasi di prosesus siliaris mencapai 2-10µM. Penghambat karbonat anhidrase topikal (dorsolamid) dapat menurunkan tekanan intraokuler sebesar 15-20%.

      Indikasi pemberian untuk mengontrol glaukoma baik jangka pendek maupun jangka panjang, sebagai obat tunggal atau kombinasi. Indikasi lain untuk mencegah kenaikan tekanan intraokuler pasca bedah intraokuler. Efek samping lokal yang dijumpai seperti mata pedih, keratopati pungtata superfisial, dan reaksi alergi. Efek samping sistemik jarang dijumpai seperti metalic taste, gangguan gastrointestinal dan urtikaria.

2. Fasilitasi Aliran Keluar Humor Aqueus

  1. Parasimpatomimetik

    Golongan obat parasimpatomimetik dapat menimbulkan efek miosis pada mata dan bersifat sekresi pada mata, sehingga menimbulkan kontraksi muskulus ciliaris supaya iris membuka dan aliran humor aquos dapat keluar.

  2. Analog prostaglandin

    Analog prostaglandin merupakan obat lini pertama yang efektif digunakan pada terapi glaukoma misalnya, latanopros. Latanopros merupakan obat baru yang paling efektif katena dapat ditoleransi dengan baik dan tidak menimbulkan efek samping sistemik.18

    Farmakokinetik latanopros mengalami hidrolisis enzim di kornea dan diaktifkan menjadi asam latanopros. Penurunan tekanan intraokuler dapat dilihat setelah 3-4 jam setelah pemberian dan efek maksimal yang terjadi antara 8-12 jam.

    Cara kerja obat ini dengan meningkatkan aliran keluarnya humor aqueus melalui uveosklera. Obat ini diindikasikan pada glaukoma sudut terbuka, hipertensi okuler yang tidak toleran dengan antiglaukoma lain. kontrandikasi pada pasien yang sensitif dengan latanopros.

3. Penurunan Volume Vitreus

Obat yang digunakan dalam menurunkan volume vitreus dapat menggunakan obat hiperosmotik dengan cara mengubah darah menjadi hipertonik sehingga air tertarik keluar dari vitreus dan menyebabkan pengecilan vitreus sehingga terjadi penurunan produksi humor aquos. Penurunan volume vitreus bermanfaat dalam pengobatan glaukoma sudut tertutup akut dan maligna yang menyebabkan pergeseran lensa kristalina ke anterior yang menyebabkan penutupan sudut ( glaukoma sudut tertutup sekunder ).

Tabel Obat-obat yang digunakan untuk glaukoma sudut terbuka
image
image